Sulawesi Utara
Uskup Rolly Pimpin Misa Pemakaman Pastor Rares, Ini Riwayat Hidup Pastor Rares!
Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC memimpin misa pemakaman Pastor Frans Rares MSC.
Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID - Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC memimpin misa pemakaman Pastor Frans Rares MSC, Selasa (10/03/2020) di gereja Katolik Hati Kudus Yesus Karombasan.
Ia ditemani Uskup Emeritus Keuskupan Manado Mgr Josef Suwatan MSC, Supda Sulawesi Kaltim dan Kalteng Pastor Berty Tijow MSC dan Diakon Djufry Dotulong.
Dalam sambutannya, Uskup Rolly berterima kasih untuk pengabdian.
Ada banyak peristiwa unik dalam perjalanan hidup Pastor Rares.
"Rupa-rupa kesulitan dihadapi dengan tekun," katanya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada keluarga.
Pastor Rares bukan hanya sangat berharga bagi keluarga tapi bagi seluruh umat.
Uskup Rolly mengatakan pada tanggal 2 Maret masih sempat menengok.
Karena itu ia juga mengharapkan Tuhan memberi kekuatan iman kepada tenaga medis, dokter, suster, perawat.
Menurutnya Tuhan selalu menyertai dan memberikan rumah abadi.
Pada kata pembuka misa, Superior Daerah MSC Sulawesi, Kaltim dan Kalteng P Berty Tijow, MSC membacakan Riwayat Hidup Pastor Rares.
Ini Isinya :
Curriculum Vitae
Alm. Pastor Fransiscus Rares MSC
Terlahir dengan nama Fransiscus Rares di Tomohon pada 13 Maret 1953 dari pasangan Jacobus Rares dan Jouke Johana Mogie.
Frans adalah anak kedua dari 5 bersaudara.
Anak-anak dalam keluarga Rares Mogie adalah sebagai berikut:
1) Bobie Ronald Rares (Kel. Rares Mongdong)
2) Fransiscus Rares
3) Fritz Imanuel Rares (alm) (Kel. Rares-Salmon)
4) Lucia Beatrix Rares (Kel. Sondakh-Rares)
5) Kristian Herold Rares (Kel. Rares-Endang)
Setelah selesai pendidikan TK dan SD Katolik Santo Fransiskus Kakaskasen (1965), Frans masuk Seminari Menengah "Fransiskus Xaverius" Kakaskasen, yang waktu itu masih menerima lulusan SD, dan selesai pada tahun 1972.
Selesai pendidikan di Seminari, Frans dan teman-teman seangkatannya masuk Seminari Tinggi Pineleng untuk Program Filsafat (1973-1975).
Setelah menyelesaikan studi Filsafat, Frans masuk Novisiat MSC di Karanganyar dan mengikrarkan kaul pertama dalam Tarekat MSC pada tanggal 3 Desember 1976.
Setelah berkaul pertama, ia dan teman-teman seprofesi kembali ke Pineleng untuk Studi Teologi.
Pada tanggal 16 Desember 1980, ia mengikrarkan kaul kekalnya sebagai seorang MSC, dan pada tanggal 29 Juni 1981, ia ditahbiskan sebagai imam di Gereja Katedral Manado oleh Mgr. Theodorus Moors, MSC.
Penugasan
P. Frans menjalani perutusan sebagai seorang imam baru/neomis di Paroki Saumlaki (Tanimbar) sebagai pastor pembantu (1981-1982).
Selesai masa neomis, Frans diutus untuk menjalani tugas belajar di Universitas Leuven, Belgia untuk bidang Sejarah Gereja (1982-1983).
Pada tahun 1983-1988, Frans bertugas di Propinsialat MSC, Jakarta sebagai Sekretaris dan Bendahara Provinsi.
Selanjutnya pada tahun 1988-1991, P. Frans bertugas di Paroki Maria Bintang Laut, Ambon, dan pada tahun 1991-1996 ia menjadi Pastor Paroki "St. Ignatius" Manado.
Setelah selesai bertugas di Paroki Ignatius, dalam masa cutinya, pada tanggal 5 November 1996, ia mengalami kecelakaan akibat sengatan arus listrik di rumah keluarga, Kakaskasen.
Dalam peristiwa itu, sopir kakaknya meninggal di tempat.
Adiknya (Frits Imanuel) meninggal di RS setelah dirawat 1 minggu dan P. Frans kemudian dikirim ke Singapura untuk perawatan lanjut.
Karena luka-lukanya sudah cukup parah, akhirnya kakinya harus diamputasi dan P. Frans harus berjalan dengan kaki buatan dan kedua tongkatnya.
Setelah menjalani perawatan karena kecelakaan tersebut, P. Frans kembali ke Manado dan bertugas di Rumah Biara MSC Pal 3 Manado, antara lain sebagai Bendahara Daerah, dan usaha menjalankan Toko Rohani di Tomohon.
Ia masih sempat tinggal dan melayani umat Paroki "Santo Petrus" Langowan.
Dalam 10 tahun terakhir ini, P. Frans tinggal di Tompaso bersama keluarga, sambil tetap membantu pelayanan di tengah umat Paroki Kawangkoan dan Paroki Langowan.
Akhir Hidupnya
Pada tanggal 9 Februari 2020, P. Frans masui RS Gunung Maria.
Secara medis, P. Frans mengidap penyakit Anemia Aplastik.
Produksi sel darah merah yang sedikit membuat Hemoglobinnya selalu turun dan harus ditransfusi darah baru/segar.
Kondisi yang semakin menurun dan semakin membuatnya menderita, terutama dalam satu minggu terakhir, menghantarnya menghembuskan nafas yang terakhir pada Minggu, 8 Maret 2020 pukul 03.15 wita.
P. Frans pernah berkata kepada saya, "Ada kwa dia pe oras kita pulang di Pal 3".
Kini ia telah kembali ke Pal 3, ke komunitasnya, ke komunitas kita.
Walau hanya sejenak dan sesaat karena ia akan melanjutkan perjalanannya yang terakhir menuju Rumah Bapa, tempat kediaman kita yang sesungguhnya, seperti Rasul Paulus tegaskan,
"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Kor. 5:1)
P. Berty Tijow, MSC, 8 Maret 2020.
(Tribunmanado.co.id/David Manewus)