Virus Corona
Indonesia di Lingkaran Negara yang Terjangkit Virus Corona, Peneliti Harvard dan WHO Sebut Hal Ini
Sekretaris Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa pada 30 Januari 2020.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus kematian akibat virus corona yang telah menyerang di seluruh dunia, menunjukkan aktivitas barunya.
Sekretaris Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa pada 30 Januari 2020.
Tedros mengumumkan status darurat dunia atas virus corona yang hingga saat ini.
Setelah Harvard dan WHO, peneliti dari Australia klaim Indonesia seharusnya sudah terinfeksi.
• Kepanikan Virus Corona Berujung Tawuran, Saling Rebut Cairan Pencegah, Nenek dan Bocah Ditusuk
Dilansir dari Kompas.com, terhitung pada Minggu (16/2/2020) pagi, Provinsi Hubei, China melaporkan 139 kematian baru akibat virus corona.
Selain kematian, terdapat juga kasus baru yang telah dikonfirmasi sebanyak 1.843 kasus, dengan 1.548 kasus di Ibu Kota Wuhan.
Pada Sabtu kemarin, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO mendesak masyarakat internasional untuk membuat tanggapan mereka terhadap virus corona.

"Ini bukan pekerjaan untuk menteri kesehatan saja. Itu membutuhkan pendekatan seluruh pemerintah," ujar Tedros dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, seperti yang dikutip dari South China Morning Post.
"Pendekatan itu harus koheren dan terkoordinasi, dipandu oleh bukti dan prioritas kesehatan masyarakat," tambahnya.
Tedros kembali memuji China dengan mengatakan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah negara tersebut, sangat menggembirakan.
"Kami didorong di luar China, kami belum melihat transmisi masyarakat luas," katanya.
Di luar Daratan China, jumlah korban tewas akibat virus corona tetap pada angka empat sejak Sabtu kemarin.
• Upacara Serah Terima Petaka Sarwa Brata Eka, Royke: Kami Pernah Berkarya di Bumi Nyiur Melambai

Dugaan virus corona di Indonesia
Negara-negara tetangga seperti Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Kamboja telah mengepung Indonesia.
Menariknya, Indonesia justru menyatakan jika belum adanya kasus terkait virus corona.
Hal ini tentu menuai perhatian banyak pihak, seperti seorang peneliti dari Harvard serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Setelah kekhawatiran dari WHO dan Harvard itu, kali ini ahli kesehatan asal Australia ikut mempertanyakan klaim Indonesia terkait tidak adanya warga negara Indonesia yang terinfeksi virus corona.
Melansir SBS dari Sonora.id, ahli penyakit menular dari Australia National University (ANU) Profesor Sanjaya Senanayake mengatakan jika Indonesia kemungkinan sudah tercemar virus corona namun tidak terdeteksi.
Terlebih kebiasaan orang Indonesia yang lebih memilih berdiam di rumah ketika sakit daripada harus ke rumah sakit.
"Mungkin itu masalahnya, mereka tidak mendeteksi virus Corona," kata Senanayake.
Ia menuturkan, semua tergantung pada kemampuan layanan kesehatan.
"Ini tergantung dengan kemampuan layanan kesehatan untuk menyaring dan mendeteksi," lanjutnya.
Disisi lain, Chief Medical Officer Australia Brendan Murphy mengaku sangat heran karena tak ada satupun warga negara Indonesia yang dilaporkan terinfeksi virus corona.
• 2 Pembunuhan di Sulut pada Minggu Subuh, Gara-gara Mabuk hingga Ayah Bunuh Anak
"Seharusnya ada alasan untuk khawatir, mungkin ada kasus yang tak terdeteksi," ujar Brendan.
Ahli Pengendalian Penyakit Menular dari Universitas Sydney Adam Kamradt-Scott mengingatkan jika wabah ini bisa saja masuk dan meningkat melalui para turis.
Terlebih lalu lintas antara negeri tirai bambu dan Indonesia ini sangat tinggi.
"Mengingat tingginya tingkat perjalanan China dan Indonesia, ada kemungkinan ada kasus yang tak terdeteksi," tegasnya.
Mendengar hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto membantah berbagai tundingan terkait Indonesia yang tidak bisa mendeteksi virus corona.
Hal ini lantaran pemeriksaan yang dilakukan Indonesia telah berstandar Internasional.
"Kita kemarin di-fixed-kan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS). Kita menggunakan kit-nya (alat) dari AS, kit boleh gunakan darimaan kita gunakan dari Amerika. Intinya apa yang sudah kita kerjakan sudah ber-standar internasional," ujar Menkes Terawan di Kantor TNP2K, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Bahkan Terawan mempersilahkan kepada para peneliti yang tak percaya untuk memeriksa laboratorium dan proses pemeriksaannya. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar).
Sebagian artikel telah tayang di Sonora.id dengan judul: Setelah Peneliti Harvard & WHO, Kali Ini Ahli Kesehatan Australia Curiga Virus Corona Tak Terdeteksi di Indonesia.

• VIRAL Tren Ayam Geprek Oreo, Makanan Satu ini Menghebohkan, Bukan Ditambah Cabai Tapi Satu Bahan Ini
Isu Virus Corona Mewabah, Media Asing Sorot Harga Masker di Indonesia Meroket Hingga Rp 1,5 Juta
Merebaknya virus corona membaut harga masker di Indonesia.
Lonjakan signifikan ini pun menjadi sorotan media asing.
Straits Time, pada Senin (10/2/2020), menulis artikel berjudul Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia, yang berarti harga masker lebih mahal dari satu gram emas.
Dikutip Tribunnews dari Straits Time, harga sekotak masker N95 di Pasar Pramuka telah mencapai harga Rp 1,5 juta, meningkat tujuh kali lipat.
Lebih mahal dari satu gram emas saat ini dijual seharga Rp 800 ribu.
Padahal hingga Straits Time menerbitkan artikel tersebut, belum ada satu pun kasus virus corona di Indonesia.
Tak hanya N95, masker bedah tipis juga mengalami kelonjakan harga di Indonesia.

Untuk satu kotak berisikan 50 masker, dijual seharga Rp 275 ribu.
Sebelumnya, harga normal sekotak masker bedah hanya berkisar Rp 30 ribu.
Banyaknya permintaan masker telah membuat sejumlah apotek di ibu kota kehabisan stok.
Terkait melonjaknya harga masker di Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik pemerintah yang dinilai tak melakukan apa -apa.
Tak hanya itu, YLKI juga meminta pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menyelidiki melonjaknya harga masker di Indonesia.
"Kami menyerukan kepada KPPU dan polisi mengambil tindakan tegas, untuk menghentikan pihak manaoun yang telah bertindak tidak bertanggung jawab," kata Ketua YLKI, Sudaryatmo.
Ia mengatakan pemerintah harus segera bertindak dan menetapkan kebijakan mengenai kenaikan harga sebesar 30% diatas harga normal.
• Verrell Bramasta Gelagapan, Jessica Iskandar Temukan Pakaian Wanita di Kamarnya, Milik Siapa?

Sudaryatmo juga meminta agar diberikan sanksi pada siapa saja yang melanggar kebijakan tersebut.
Media di Singapura, mothership juga menuliskan artikel soal harga masker di Indonesia.
Meskipun hingga artikel tersebut diterbitkan pada Rabu (12/2/2020) Indonesia belum mengonfirmasi kasus virus corona, masyarakat ramai-ramai membeli masker N95.
Selain Straits Time dan mothership, media Reuters juga tutur menyoroti kenaikan harga masker di Indonesia.
Reuters menuliskan harga masker di Indonesia telah naik sebanyak 10 kali lipat dari harga normal.
Menurut Kepala YLKI, kenaikan harga terjadi karena ada oknum-oknum yang menimbun masker.

Harga Bawang Putih dan Hand Sanitizer juga Melonjak
Wabah virus corona memicu harga barang kebutuhan pokok hingga sejumlah barang perlengkapan medis melambung.
Indonesia banyak mengimpor bawang putih dari China, tempat virus corona pertama kali merebak.
Menurut data Biro Pusat Stastistik (BPS) tahun 2019, realisasi impor bawang putih sebesar 465.340 ton atau senilai 529,97 juta dollar AS.
Sekitar 90 persen dari angka itu dipenuhi dari China.
Pemerintah menutup sementara impor bawang putih dari China karena beredarnya isu virus corona.
Hal itu langsung memengaruhi harga bawang putih di pasaran.
Direktur Kebijakan Persaingan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Taufik Ahmad mengatakan, harga bawang putih sudah mulai melambung sejak 2 Januari 2020.
Kini harga bawang putih di pasar mencapai Rp 80.000 per kilogram.
Mulai 2 Januari sampai 12 Februari 2020 terjadi lonjakan harga yang signifikan dari Rp 35.000 menjadi Rp 55.000 - Rp 60.000 per kg.
Kemudian naik terus ke harga Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kg.
Tak hanya itu, harga hand sanitizer atau cairan pencuci tangan juga melonjak drastis.
Harga hand sanitizer yang berukuran 500 ml kini mencapai Rp 150.000 per botol.
• VIRAL Video Aksi Gubernur Kalteng Sugianto Sabran Ikut Evakuasi Korban Kecelakaan Beruntun

"Normalnya itu Rp 35.000 per botol. Kalau yang ukuran 50 ml sekarang Rp 30.000 per botol, normalnya Rp 13.000 per botol."
"Tapi yang paling dicari orang yang ukuran 500 ml," kata Deby, penjual perlengkapan medis di Pasar Pramuka.
Menurut Deby, kenaikan harga hand sanitizer sudah berlangsung sekitar satu bulan sejak ramainya kasus virus corona.
Deby menambahkan, saat ini para pembelinya minimal membeli 10 botol hingga 20 botol hand sanitizer.
Peningkatan penjualan hand sanitizer itu membuat penjual kini sulit mendapatkan stok baru karena sudah langka di distributor.
"Peminatnya banyak sejak virus corona itu, sekarang stoknya juga sulit."
"Aku susah carinya, dari distributornya langka, jadi berebutan sama penjual lain," ujar Deby.
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul POPULER Indonesia Dikepung Negara-negara Terjangkit Virus Corona, Ini Kata Peneliti Harvard & WHO, https://style.tribunnews.com/2020/02/17/populer-indonesia-dikepung-negara-negara-terjangkit-virus-corona-ini-kata-peneliti-harvard-who