Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilkada 2020

PDIP Banyak Peminat, Persaingan Masih Ketat Jadi Calon di Pilkada Manado

Jika menyimak keinginan Ketua DPD PDIP Sulut, Olly Dondokambey maka nama Andrei Angouw Ketua DPRD Sulut yang muncul

Penulis: Ryo_Noor | Editor: David_Kusuma
ryo noor/tribun manado
DR Ferry Liando 

TRIBUNMANADO.CO.ID - PDIP masih menyeleksi calon untuk diusung di Pilkada Manado. Jika menyimak keinginan Ketua DPD PDIP Sulut, Olly Dondokambey maka nama Andrei Angouw Ketua DPRD Sulut yang muncul.

Sementara di kubu Partai Demokrat, Nama Mor Bastian, Wakil Wali Kota Manado yang berpeluang diusung dipasangkan Kristo Ivan Lumentut.

DR Ferry Liando Pengamat Politik Sulut, menyampaikan, apakah ada parpol yang mengusung para figur dalam pencalonan. Sebab terlalu banyak figur yang hendak memperebutkan jalur parpol untuk pencalonan, apalagi untuk PDIP.

Banyak tokoh politik yang memperebutkan parpol ini, sehingga kompetisi masing-masing bakal calon sangat ketat untuk memperebutkanya.

Ferry Daud Liando: Peluang Andrei Angouw untuk Calon Wali Kota Tergantung Lawan Politik

Kedua, jika yang bersangkutan tidak bisa melalui pencalonan di jalur parpol, maka bisa menggunakan jalur perseorangan atau pencaloan melalui non parpol.

Syaratnya Harus ada dukungan sebanyak 30.885 penduduk, atau setara dengan 8,5 persen jumlah penduduk yg terdaftar dalam DPT pemilu 2019. Dan sebaran dukungan tersebar di 6 kecamatan dari 11 kecamatan di kota manado.

Hanya dengan dua hal ini sehingga siapapun bisa berpeluang menjadi calon.

Adapun, Ada 4 jenis karakter pemilih di manado yang kemudian dapat mempengaruhi sikap pilihannya.

Konser di Lolak, Novia Idol Semangati Pemuda BMR

Pertama, Pemilih yang berpola pikir pragmatis. Jenis pemilih ini adalah pemilih yang tidak mengukur kapasitas dan moralitas calon sebagai dasar baginya untuk memilih.

Pilihannya sangat tergantung siapa calon yang memberikannya hadiah seperti uang dan barang.

Tingginya tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada sebelumnya disebabkan bukan karena kesadaran pemilih sebagai warga negara yang baik, tetapi kehadirnya di tempat pemungutan suara disebabkan karena berhutang pada calon yang telah memberinya uang atau barang.

Dampak Virus Corona Terhadap Pariwisata, Dispar Sulut : Tourism Never Die

Kedua, pemilih yang berpola pikir sosiologis. Jenis pemilih ini tidsk mengandalakan calon yang berkualitas dan calon yang membagikan uang. Pilihannya sangat tergantung pada hubungan emosional antara dirinya dgn calon.

Nama lain dari pemilih ini adalah pemilih emosional. Pemilih akan memilih bagi calon yg memiliki kesamaan latarbelaang dgn calon. Seperti kesamaan asal usul, kesmaan etnik atau kesmaan agama.

Ketiga, pemilih dengan pola pikir apatis. Jenis pemilih ini adalah pemilih yang tidak percaya lagi dengan sistem apapun.

Baginya, memilih atau tidak memilih dalam Pilkada, tidak lagi akan berpengaruh terhadap nasibnya. Ia tak percaya lagi dgn janji-janji calon yang menurutnya tidsk mungkin memenuhi janji-janji itu.

Jadi Calon Tunggal dari PDIP di Pilwako Bitung, Mantiri Tunggu Pasangan

Karena ketiakpercayan itu maka ia tidak lagi mau memilih. Istilah ini sama dengan pemilih golput atau pemilih tidak bersikap.

Keempat pemilih dengan pola pikir politis. Pemilih jenis ini adalah pemilih yang mendasarkan pilihannya atas kepercayaannya terhadap calon. Ia memilih karena pretasi masa lalu yang pernah dilakukan oleh calon.

Andrei Angouw Calon Wali Kota Manado
Andrei Angouw Calon Wali Kota Manado (Tribun manado / Ryo Noor)

Jadi, pilihannya didasarkan pada dedikasi calon yang dianggap sangat berjasa bagi banyak orang. Pilihannya jatuh kepada calon yang punya reputasi baik, moralnya bagus dan sangat dipercaya publik. Jenis pemilih seperti ini harusnya perlu di pacu, namun sayangnya populasi dari jenis pemilih di Manado sangat sedikit. Pemilih di manado kemungkinan akan dikuasai oleh jenis pemilih pertama dan kedua.

Pria ini Temukan 2 Lempeng Warna Emas Gambar Soekarno, Tolak Dibeli Rp 750 Juta, Ternyata Kuningan

Ini keprihatinan kita bersama sebab jika mayoritas pemilih pragmatis dan pemilih sosiologis yang dominan maka dikhawatirkan yang akan terpilih adalah pemimpin yan tidak diharapkan. Ini jadi tantangan juga bagi parpol.

Sejauh mana parpol memiliki tanggung jawab untuk menyeleksi calon yang bermoral. Sifat buruk pemilih seperti menerima uang dari calon akan dapat teratasi jika calon-calon yang berkompetisi memiliki moral yang baik.

Money politik Bisa dihilangkan, kalau semua calon itu punya moral yang baik. Uang itukan dari calon. Kebanyakan calon yang bagi-bagi uang bukan pemimpin yang bermoral.

Mereka berusaha membeli suara pemilih dan jika tepilih maka kesempatan mereka untuk memperkaya diri sendiri. Mengembalikan berkali-kli lipat dari uang yang dikeluarkan saat kampanye pemenangan.

Jika semua calon hanya bermodalkan uang dalam kompetisi pilakda maka pilakda bukan lagi ajang denokrasi tetapi menjadi arena pertarungan aktor licik.

Makanan dan Minuman yang Dapat Menjaga Kesehatan Miss V, Mulai Dari Yoghurt Hingga Air Mineral

Jangan menjadikan kompetisi pilakada itu pertarungan si licik melawan si licik. Jika mencalonkan diri menjadi kepala daerah hanya bermotifkan pengabdian dan ingin berbakti pada rakyat, tentu tidak mungkin baginya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Namun karena telah memiliki target hanya untuk memperkaya diri ketika hendak berkuasa, maka segala cara bisa dilakukannya untuk mendapatkan kekuasaan termasuk menyuap pemilih. (ryo)

Foto Kucing Pakai Masker di Tengah Wabah Virus Corona Jadi Viral, Pemiliknya Ajak Jalan-jalan

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved