Virus Corona
Mahasiswa Diduga Telah Terinfeksi Virus Corona di Wuhan, Kondisi Menunjukkan Positif Terjangkit
Sehingga, mahasiswa yang lapar terpaksa harus ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan makanan serta kemudian dimasak sendiri.
Tetapi dalam masa isolasi ini, warga Wuhan bertekad untuk membangkitkan semangat satu sama lain.
Hal ini juga dilakukan oleh sejumlah warga Indonesia yang dihubungi oleh BBC News Indonesia.
Sebuah video yang diunggah di media sosial dan menjadi viral menunjukkan orang-orang yang meneriakkan seruan "Wuhan jiayou" dari jendela apartemen mereka.
Frase itu dapat diterjemahkan dengan arti "Tetap semangat Wuhan" atau "Jangan menyerah Wuhan".
Seruan itu terdengar di sekitar sejumlah apartemen dan beberapa warga pun terdengar bersorak saling menguatkan.
Warga negara Indonesia di Wuhan yang diwawancarai BBC News Indonesia juga menceritakan semangat yang sama.
Yuliannova Chaniago, 26, sedang menjalani pendidikan doktoral dalam bidang Hubungan Internasional di Central China Normal University di kota itu.
Ia mengatakan jika diberi pilihan, ia ingin keluar dari China.
Namun demikian, ia memahami hal itu tidaklah mudah karena kebijakan pemerintah China yang menutup Wuhan dan sejumlah kota lain.
Saat ini, ia hanya bisa menunggu hingga masa lockdown itu selesai.
"Sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apa-apa. Tapi orang Indonesia di sini itu saling support, kasih semangat, itu yang kami lakukan disini," ujar Yuli melalui sambungan telepon, Selasa (28/1/2020).
Yuli saat diwawancarai BBC News Indonesia sedang bersama dengan temannya sesama pelajar asal Indonesia, Eva Taibe, 36, yang juga sedang menimba ilmu di universitas yang sama.
"Kita nggak tahu sampai kapan. Itu juga yang sebenernya bikin khawatir, karena kita nggak tahu sampai kapan lockdown ini akan selesai," ujar Eva, yang sedang menjalani pendidikan doktoral psikologi.
Wabah mematikan itu terjadi saat China merayakan salah satu tanggal terpenting dalam kalendernya, yaitu Tahun Baru Imlek.
Akibat lockdown, transportasi umum tidak berjalan di kota itu. Lebih lagi, penggunaan kendaraan yang tidak penting juga dilarang di pusat kota Wuhan.
Eva, yang tinggal di apartemen berjarak sekitar dua kilometer dari asrama kampus di mana Yuli menetap, memilih untuk jalan kaki untuk berkunjung ke rumah rekannya itu di kampus.