Kelelawar dan Ular Penyebar Virus Corona, Perketat Pemeriksaan Penumpang di Bandara
Angkasa Pura dan KKP mencegah penyebaran virus korona masuk ke Indonesia. Pemeriksaan penumpang rute internasional diperketat.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
matang mengambang di antara kaldu dalam mangkuk sebelum dikonsumsi oleh seorang perempuan.
Video juga memperlihatkan seorang perempuan memasukkan salah satu makhluk itu ke dalam mulutnya
dengan sumpit sambil makan bersama teman-teman yang menunjukkan reaksi yang sama.
"Tuan rumah alami coronavirus Wuhan bisa jadi kelelawar...tetapi antara kelelawar dan manusia mungkin ada
perantara yang tidak diketahui," bunyi pernyataan dari para ilmuwan yang diterbitkan di South China Morning Post.
Berita tentang sup kelelawar muncul ketika Kantor Luar Negeri Inggris memperingatkan warga Inggris untuk
tidak melakukan perjalanan ke Wuhan di tengah kekhawatiran wabah tersebut.
Hasil analisis genetika mengungkapkan bahwa virus corona yang mewabah di Wuhan, China, dan kini sudah
mencapai berbagai negara di dunia juga kemungkinan berasal dari ular.
Virus corona ini memang pertama kali mewabah di pasar makanan laut di Wuhan.
Namun, perlu diketahui bahwa pasar tersebut tidak hanya menjual makanan laut, tetapi juga hewan-hewan liar
hidup lainnya, seperti kelelawar, ular, kelinci, dan marmut. Hal ini membuat para ahli kebingungan mengenai
dari hewan mana virus corona jenis baru ini berasal.
Untuk menjawabnya, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Wei Ji dari Peking University of China melakukan
perbandingan genom antara lima sampel virus yang baru dengan 217 virus serupa yang didapatkan dari
berbagai spesies.
Rupanya, virus corona baru ini secara genetik paling mirip dengan virus yang terdapat pada ular, meskipun ia
juga mirip dengan virus pada kelelawar.
Temuan ini membuat para ahli meyakini bahwa virus corona jenis baru yang sedang mewabah ini kemungkinan
berasal dari ular.
Meski demikian, seperti diungkapkan oleh Haitao Guo dari University of Pittsburgh in Pennsylvania yang
menelaah studi ini, temuan tersebut masih berupa spekulasi dan membutuhkan eksperimen lebih lanjut.
Peter Rabinowitz dari University of Washington in Seattle juga sependapat.
Dia berkata bahwa kemiripan virus jenis baru dengan virus pada ular dan kelelawar mungkin bisa dijelaskan
demikian: virus berasal dari ular, tetapi kemudian bergabung dengan virus pada kelelawar dan membentuk virus
jenis baru yang sedang mewabah.
Dugaan Rabinowitz ini bukan sesuatu yang mustahil karena di pasar makanan
laut Wuhan, ular memang biasa dikurung dalam jarak dekat dengan kelelawar.
Setelah bergabunglah, ujar Rabinowitz, virus corona jenis baru kemudian masuk ke pernapasan manusia.
"Ini baru spekulasi, tetapi jika virus ada pada sekresi atau feses ular, bisa jadi ia kemudian menguap dan dihirup
(oleh manusia) jika ada cukup banyak ular dan cukup banyak manusia," katanya.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Medical Virology.
(Tribun Network/fid/kps/wly)