Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kasus Stunting di Indonesia

Pernikahan Dini Salah Satu Penyebab Generasi Indonesia Pendek-pendek

Demi memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, Indonesia berusaha mengurangi stunting dan anak-anak dengan tinggi badan.

Editor: Rizali Posumah
tribun jogja
Ilustrasi Pria bertubuh pendek. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Stunting adalah masaha bagi generasi Indonesia hingga kini.

Bahkan, demi memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, Indonesia berusaha mengurangi stunting dan anak-anak dengan tinggi badan pendek.

Menurut situs resmi WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Menurut UNICEF (The United Nations Children's Fund), stunting menandakan gizi buruk kronis selama periode emas tumbuh kembang anak di usia dini.

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan melakukan sederet program demi menekan kasus stunting di berbagai daerah.

Penyebab masalah yang rawan terjadi di Indonesia adalah karena pernikahan usia dini yang masih marak.

Usia ayah dan ibu yang masih terlampau muda membuat risiko stunting menjadi meningkat.

Stunting sendiri merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Tak hanya itu, juga berdampak buruk pada aspek kognitifnya.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memang menunjukan adanya penurunan, yakni 30,8%. Namun angka tersebut belum mencapai target yang ditetapkan WHO.

Stunting bukan hanya menyerang fisik anak. Penderita stunting memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata.

Termasuk sangat berisiko terkena penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung dan diabetes.

Studi WHO di Indonesia menyebutkan, salah satu faktor penyebab stunting adalah pernikahan usia dini.

Yaitu ketika ayah dan ibu menjalani pernikahan di usia yang masih belasan tahun.

Belum memiliki cukup ilmu, serta kestabilan emosi dan finansial untuk membesarkan anak

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved