Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Kesehatan

Radang Tenggorokan Tak Kunjung Sembuh? Hati-hati, Bisa Jadi Awal Penyakit Jantung

Infeksi radang tenggorokan tak sembuh-sembuh yang dialami oleh seseorang ternyata bisa merupakan tanda dari adanya penyakit lain yang perlu diwaspadai

Editor: Rizali Posumah
healthyhomesl.com
ilustrasi radang tenggorokan 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Infeksi radang tenggorokan tak sembuh-sembuh yang dialami oleh seseorang ternyata bisa merupakan tanda dari adanya penyakit lain yang perlu diwaspadai.

Ini bisa jadi sebagai tanda adanya risiko penyakit jantung rematik pada diri orang tersebut.

Wakil Sekjen I Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) BRM Ario Soeryo Kuncoro mengingatkan, segera lakukan pemeriksaan kesehatan lengkap bila radang tenggorokan yang dialami tak juga sembuh.

"Biasanya kalau infeksi radang tenggorokan berkepanjangan atau lama sembuhnya, ada kecurigaan mengarah pada penyakit jantung rematik," jelas Ario seperti dikutip dari laman merdeka.com

Yang menjadi catatan, keluhan rematik jantung bukan hanya karena radang tenggorokan saja, melainkan diikuti gejala lain.

"Beda radang biasa dengan radang dari jantung rematik."

"Bedanya, kalau penyakit jantung rematik itu keluhan diikuti keluhan lain seperti nyeri sendi, bengkak, dan kemerahan pada kulit," tambah Ario.

"Lalu ada gerakan tubuh yang tidak biasa terjadi pada pasien. Kalau radang biasa tidak sampai nyeri."

Diagnosis utama adalah pembiakan dari kuman yang ada di tenggorokan tersebut.

"Kumannya khusus (Strepcoccus tipe A). Ketika seseorang periksa pertama kali, dokter bisa langsung mendeteksi (pembiakan kuman yang mengarah pada jantung rematik). Enggak perlu menunggu 30 tahun karena proses kekebalan tubuh yang akan merusak tubuh," ujar Ario.

 Asal tahu saja, penyakit jantung rematik mulai terjadi pada usia muda. Infeksi terjadi mulai usai 5-15 tahun dan 20 sampai 30-an. (*)

Agar Terhindar dari Serangan Jantung.

Membiarkan amarah mendidih atau kemarahan meledak bisa saja melukai hubungan pribadi dan profesionalmu, tetapi itu juga memengaruhi kesejahteraan.

Terus-menerus menghilangkan frustrasi kita dapat menyebabkan reaksi fisik dan emosional, termasuk seperti tekanan darah tinggi dan kecemasan.

Berita baiknya adalah kamu dapat belajar mengelola dan menyalurkan kemarahanmu secara konstruktif.

Satu studi 2010 Trusted Source menemukan, bahwa mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang sehat bahkan dapat membuat kamu terhindar dari kemungkinan terserang penyakit jantung.

Berikut adalah 11 cara yang bisa kamu lakukan untuk melepaskan kemarahan:

1. Ambil napas dalam-dalam

Di saat yang panas, mudah untuk mengabaikan pernapasanmu. Tapi pernapasan dangkal semacam itu yang kamu lakukan saat kamu marah akan membuatmu dalam mode pertarungan.

Untuk mengatasi hal ini, cobalah mengambil napas perlahan dan terkontrol yang kamu hirup dari perut, bukan dari dada. Ini memungkinkan tubuh untuk langsung menenangkan diri.

Kamu juga bisa menyimpan latihan pernapasan ini, pertama-tama, temukan kursi atau tempat di mana kamu dapat duduk dengan nyaman, membuat leher dan bahumu rileks sepenuhnya.

Berikutnya, bernapaslah dalam-dalam melalui hidung, dan pastikan bernapas melalui perut lalu buang napas melalui mulut.

Cobalah melakukan latihan ini tiga kali sehari selama 5 hingga 10 menit atau sesuai kebutuhan.

2. Ucapkan mantra yang menghibur

Mengulangi kalimat yang menenangkan dapat membuatnya lebih mudah untuk mengekspresikan emosi yang sulit, termasuk kemarahan dan frustrasi.

Coba ulangi secara perlahan, "Tenang saja," atau "Semuanya akan baik-baik saja," saat kamu merasa kewalahan oleh suatu situasi.

Kamu bisa melakukan ini dengan keras jika mau, tetapi kamu juga bisa mengatakannya pelan-pelan atau di dalam hati saja.

3. Coba bayangkan tempat yang membuat bahagia

Menemukan tempat bahagia di tengah-tengah penundaan penerbangan atau jadwal yang diundur dapat membantu kamu merasa lebih santai saat ini.

Saat bergulat dengan ketegangan yang mendidih, coba lukis gambaran mental untuk menenangkan tubuh dan otakmu.

Pikirkan tempat nyata atau imajiner yang membuat kamu merasa bahagia, damai, dan aman.

Ini bisa jadi perjalanan berkemah ke pegunungan yang kamu ambil tahun lalu atau pantai eksotis yang ingin kamu kunjungi suatu hari nanti.

Fokus pada detail sensorik dengan membayangkan dirimu di sana. Apa aroma, pemandangan, dan suaranya?

Waspadai pernapasanmu dan simpan gambar ini di dalam pikiranmu sampai kamu merasa kecemasan mulai meningkat.

4. Gerakkan tubuh dengan sadar

Terkadang, duduk diam bisa membuat kamu merasa lebih cemas atau gelisah. Menggerakkan tubuh kamu dengan pikiran sadar dengan yoga dan latihan menenangkan lainnya dapat melepaskan ketegangan pada ototmu.

Lain kali kamu dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan, cobalah berjalan-jalan atau bahkan melakukan tarian ringan untuk menjauhkan kamu dari stres.

5. Periksa sudut pandangmu

Momen-momen stres yang tinggi dapat membelokkan persepsi kamu tentang kenyataan, membuat kamu merasa seolah dunia ini ingin menerkammu. Lain kali jika kamu merasa marah meluap, coba periksa perspektifmu.

Setiap orang memiliki hari-hari yang buruk dari waktu ke waktu, dan besok akan menjadi awal yang baru. 

6. Ekspresikan rasa frustrasimu

Ledakan marah tidak akan membantumu, tetapi itu tidak berarti kamu tidak dapat melampiaskan rasa frustrasi kepada teman atau anggota keluarga terpercaya setelah hari yang sangat buruk.

Plus, memberikan ruang bagi diri untuk mengekspresikan kemarahan, mencegahnya meluap ke dalam.

7.Meredakan amarah dengan humor

Bercanda di saat panas dapat membantu kamu menjaga perspektif yang seimbang. Ini tidak berarti kamu harus menertawakan masalamu, tetapi melihatnya dengan cara yang lebih ringan dapat membantu.

Lain kali saat kamu merasakan kemarahan meluap-luap, bayangkan bagaimana skenario ini terlihat bagi orang luar? Bagaimana mungkin ini lucu bagi mereka

8. Ubah lingkunganmu

Istirahatkan diri dengan mengambil waktu pribadi dari lingkungan sekitar.

Jika rumahmu berantakan dan membuat stres, misalnya, lakukan perjalanan atau pergilah jalan-jalan.

Kamu mungkin akan lebih siap untuk membereskan kekacauan ketika kamu kembali.

9. Kenali pemicu dan temukan alternatif

Jika perjalanan sehari-hari yang kamu tempuh mengubah dirimu menjadi pemarah dan frustrasi, cobalah mencari rute alternatif atau pergi lebih awal untuk bekerja.

Punya rekan kerja yang keras yang terus-menerus membuatmu kesal? Lihatlah beberapa headphone peredam bising.

Idenya adalah untuk menunjukkan dengan tepat dan memahami hal-hal yang memicu kemarahan.

Setelah kamu lebih menyadari apa itu, kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindari menjadi mangsa mereka.

Jika kamu tidak yakin dari mana kemarahanmu berasal, cobalah untuk mengingatkan dirimu untuk mengambil waktu sejenak, saat kamu merasa marah.

Gunakan waktu ini untuk mencatat apa yang terjadi pada saat-saat menjelang perasaan marahmu.

Apakah kamu bersama orang tertentu? Apa yang kamu lakukan? Bagaimana perasaanmu saat itu?

10. Fokus pada apa yang kamu hargai

Meskipun memikirkan kemalangan harimu bisa terasa seperti hal yang wajar untuk dilakukan, itu tidak akan membantumu dalam jangka pendek atau panjang.

Sebaliknya, cobalah memfokuskan kembali pada hal-hal yang berjalan dengan baik.

11. Mencari pertolongan

Ini benar-benar normal dan sehat untuk merasa marah-marah dari waktu ke waktu.

Tetapi jika kamu tidak dapat menggoyahkan suasana hati yang buruk atau terus-menerus merasa kewalahan oleh amarah, mungkin sudah waktunya untuk meminta bantuan.

Jika kemarahanmu memengaruhi hubungan dan kesejahteraanmu, berbicara dengan terapis yang berkualitas dapat membantumu mengatasi sumber kemarahan.

Dokter Temukan Keganjalan, Lebam di Mulut Lina Kemungkinan Bekas Kekerasan, Teddy jadi Bulan-bulanan

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved