Jiwasraya Tak Mampu Bayar Premi Nasabah, Utang Rp 49,6 Triliun, DPR Minta Cekal Direksi
Jiwasraya tak mampu bayar premi nasabah. Ini karena ekuitas minus Rp 23,92 triliun sementara utang mencapai Rp 49,6 triliun.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
TRIBUNMANADO.CO.ID - Jiwasraya tak mampu bayar premi para nasabah, yang total kewajiban klaimnya mencapai Rp 16,3 triliun.
Ini terjadi karena total ekuitas (selisih aset dan kewajiban)-nya minus Rp 23,92 triliun, sementara utangnya mencapai Rp 49,6 triliun.
Selain itu, kerugian Jiwasraya per September 2019 mencapai angka Rp 13,74 triliun.
Dirut Asuransi Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengungkapkan, kondisi perusahaannya saat ini tak memungkinkan untuk membayar premi para nasabah.
Hexana Tri Sasongko menegaskan, penyelesaian kisruh Jiwasraya tak cukup satu langkah.
"Kalau dari kondisi perusahaan, aset yang tersedia tidak bisa diandalkan," kata Hexana di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/12).
• Andre Rosiade Ungkap Mega Skandal di Jiwasraya Rugikan Negara Rp13,74 T, Jatuh Tempo Rp 16 T
Hexana mengungkapkan, saat ini Jiwasraya sedang menjajaki empat investor yang bersedia membantu menambal keuangan perusahaan.
Ia menyebut strategi itu merupakan yang terbaik untuk saat ini.
"Yang kami andalkan adalah strategic partnership. Jadi, corporate action di mana time table-nya sekarang dalam proses," ujarnya.
Lebih lanjut, Hexana belum bisa memastikan kapan pembayaran premi kepada nasabah dapat dilakukan.
Ia menegaskan, pihaknya akan fokus untuk keempat investor bersedia menyuntikkan dananya ke Jiwasraya.
"Nanti kami akan bicarakan teknisnya seperti apa. Saya fokus pada bagaimana supaya milestone saya selesai dulu ini.
Saya enggak akan bicara apapun tidak bisa promise, apapun kalau itu enggak terealisir," katanya.
Hexana Tri Sasongko juga mengungkapkan, sebelum dia masuk, kondisi Jiwasraya memang sudah tidak baik.
Karena itu, untuk menyelamatkan Jiwasraya dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
• Bos Samsung Jadi Korban Jiwasraya, Lee Investasi Rp16 Miliar, 470 Orang Korsel Jadi Nasabah
Jiwasraya diketahui memiliki total ekuitas atau selisih aset dan kewajiban minus Rp 23,92 triliun.
Angka itu berasal dari jumlah aset per kuartal III/2019 Rp 25,6 triliun, sedangkan utangnya mencapai Rp 49,6 triliun.
Selain itu, kerugian Jiwasraya per September 2019 mencapai angka Rp 13,74 triliun.
Perusahaan BUMN ini juga memiliki total kewajiban klaim asuransi sebesar Rp 16,3 triliun.
Aset Jiwasraya juga menyusut menjadi Rp 2 triliun, dari sebelumnya Rp 25 triliun.
Alhasil, Jiwasraya tak mungkin dipaksakan melunasi pembayaran.
"Saat ini, aset Jiwasraya yang tersedia tidak bisa diandalkan untuk itu. Ada beberapa inisiatif dan saya enggak bisa detailkan sekarang," jelasnya.
Seperti diketahui, Jiwasraya Putra dibentuk patungan oleh Bank BTN, Telkomsel, Pegadaian dan KAI.
Jiwasraya menguasai 65% saham anak usahanya.
Kelak, Jiwasraya akan mendivestasi sebanyak 60% sahamnya melalui pencarian investor strategis dengan melibatkan Mandiri Sekuritas dan Credit Suisse.
• Dugaan Korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Kejati DKI Periksa 66 Saksi
Credit Suisse Group AG adalah bank investasi multinasional dan perusahaan layanan finansial berbasis di Swiss.
Untuk saat ini, calon investor yang masuk masih tahap due diligence serta penawaran yang diharapkan akan diterima pada Januari 2019.
Sedangkan Oktober 2019, sudah dilakukan presentasi manajemen terhadap dua investor.
Informasi di lapangan menyebutkan, ada delapan calon investor yang tertarik masuk Jiwasraya Putra.
Dari delapan invetor Jiwasraya itu, ada Sinar Mas, FWD, Allianz, dan Fosun.
Cekal Direksi Jiwasraya
Wakil Ketua Komisi VI DPR fraksi PDI Perjuangan Aria Bima meminta penegak hukum dan pemerintah mencekal jajaran direksi asuransi Jiwasraya periode 2013-2019.
Aria menilai, para direksi Jiwasraya periode itu ikut bertanggung jawab terhadap permasalahan tunggakan klaim nasabah.
Selain mencekal direksi, DPR juga merekomendasikan penyelesaian tunggakan lewat jalur hukum.
"Komisi VI DPR RI meminta penyelesaian permasalahan polis bank assurance nasabah PT Asuransi Jiwasraya lewat penegakan hukum tetap dijalankan.
Ini harus dimulai dengan mencekal direksi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) periode 2013-2018," ucap Aria.
Sementara itu, anggota Komisi VI fraksi PAN Daeng Muhammad mendukung pencekalan direksi lama sampai kasus Jiwasraya selesai.
• Pemegang Polis Menggugat Jiwasraya ke Pengadilan
Daeng juga mempertanyakan keputusan direksi menjual produk asuransi berbasis investasi yang ditawarkan lewat kemitraan dengan bank yang berisiko tinggi terhadap nasabah.
Padahal, putusan pembentukan portofolio produk tentunya telah diputuskan melalui rapat bersama jajaran direksi.
"Pertanyaan besarnya adalah ada apa produk bermasalah dijual untuk menarik uang nasabah.
Komisi VI harus memperdalam menjadi rekomendasi, bukan hanya penyelamatan uang nasabah, melainkan juga rekomendasi pelaku pencurian di Jiwasraya," ujarnya.
Investor Asing Berminat
Di tengah krisis keuangan Asuransi Jiwasraya, perusahaan pelat merah ini tengah melego saham anak usaha, Jiwasraya Putra ke investor agar dapat membiayai klaim ke nasabah.
Sejumlah investor dalam dan luar negeri tertarik masuk ke bisnis ini.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR dan manajemen Jiwasraya di gedung DPR muncul pertanyaan menarik.
Seorang anggota dewan menanyakan, apakah Jiwasraya Putra bisa laku ketika masih kesulitan keuangan?
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan bahwa investor asing tertarik masuk ke Jiwasraya Putra karena melihat potensi pasar asuransi jiwa di Indonesia.
Bayangkan saja, jumlah penduduk Indonesia mencapai 258 juta jiwa dan masih banyak belum terakses asuransi.
Alasan lainnya, Jiwasraya juga berpotensi memanfaatkan captive market dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut Hexana, saat ini BUMN mempunyai 120 perusahaan, 311 anak usaha serta 5.000-an korporasi yang telah menjadi nasabah Jiwasraya.
“Jiwasraya punya captive market yang selama ini belum dikerjakan dan digarap. Dari segi profitabilitas masih kecil di neraca, tapi potensinya memang kelihatan besar,” kata Hexana.
Dari situ, investor berminat masuk karena melihat captive market Jiwasraya yang belum digarap.
Sedangkan potensi produk saving plan secara neraca besar, meski kontribusi bagi profitabilitas masih kecil.
“Yang kami jual bukan nilai buku perusahaan, melainkan potensi bisnis,” ujar Hexana.
(Tribun Network/mam/ktn/van/wly)