Info Pendidikan
Penjelasan Lengkap Kak Seto soal Usulan Kurikulum Baru, Bukan Sekolah 3 Hari: Ini Ada Salah Persepsi
Sebelumnya heboh Kak Seto usulkan kurikulum baru sekolah hanya 3 hari pada Mendikbud Nadiem Makarim.
Menurut Kak Seto, hal itu bisa terjadi lantaran anak-anak merasa senang saat bersekolah.
"Begitu tanya, anak-anak senang enggak sekolah di sini?, Seneng banget pak. Itu yang penting. Kalau zaman now begitu dengar, anak-anak hari ini guru mau rapat. Horeee bebas dari penjara rasanya," tutur Kak Seto.
Kak Seto menjelaskan, di sekolahnya itu proses belajar mengajar dibangun secara efektif dengan memanfaatkan diskusi antar sesama.
PR yang diberikan pun harus memicu kreativitas si anak.
Dengan sedikitnya waktu di sekolah, kata Kak Seto, anak-anak bisa meluangkan waktunya bersama keluarga serta mengembangkan minat dan bakat mereka.
Jadi anak-anak tidak jadi "robot" yang diharuskan menerima setiap pelajaran yang ada tanpa mempertimbangkan bakat terpendam mereka yang beda antara satu dan lainnya.
"Nah ini yang saya harapkan idenya Mas Menteri baru. Pokoknya gaya (kurikulum) milenial," pungkas Kak Seto.
Aktifkan Gelanggang Remaja
Kak Seto mengatakan, tawuran maut yang terjadi di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara dipicu letupan emosi anak-anak yang tidak tersalurkan.
Oleh karena itu, menurut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara perlu segera mengaktifkan kembali gelanggang remaja.
"Dulu ada namanya gelanggang remaja, youth center. Mereka ingin main bola, teater, band, nyanyi. Nah itu (sekarang) enggak ada. Akhirnya teriak di jalan. Yang biasanya smash, smash nya pakai celurit," kata Kak Seto di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019).
Kak Seto melanjutkan, Pemkot harus berkaca pada zaman DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin, di mana gelanggang remaja berperan aktif kala itu.
Gelanggang remaja sejatinya memfasilitasi pelatihan dan kompetisi rutin kegiatan-kegiatan seni budaya dan olahraga.
Sehingga anak-anak dapat menyalurkan minat dan bakat mereka kearah yang positif.
Sementara, saat ini anak-anak justru sangat dibebani oleh kegiatan sekolah yang terfokus pada nilai akademik.