News
Sulut Inflasi 3,30 Persen Tertinggi Nasional, BI Sebut Faktor 'Anomali' Harga Tomat
Angka ini lebih tinggi dibandingkan pergerakan IHK Nasional yang juga tercatat inflasi sebesar 0,14 persen (mtm).
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kenaikan Harga Tomat Sayur kembali mendorong Inflasi Sulut pada November 2019 sebesar 3,30 persen (mtm).
Angka ini lebih tinggi dibandingkan pergerakan IHK Nasional yang juga tercatat inflasi sebesar 0,14 persen
(mtm).
Inflasi di bulan November tersebut mendorong kenaikan inflasi tahun kalender dan inflasi tahunan Sulut ke level 5,50 persen (ytd) dan 6,32 persen (yoy), di atas rentang sasaran inflasi tahun 2019 (3,5+/- 1 persen).
Tingkat inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi periode yang sama tahun sebelumnya (1,84 persen (mtm)), maupun rata-rata inflasi bulan November dalam 5 tahun terakhir (2014-2018) sebesar 1,53 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, tekanan inflasi Sulut pada November 2019 menjadi
yang tertinggi kedua di Tahun 2019 setelah tekanan inflasi pada bulan Juni 2019 yang tercatat 3,60 persen (mtm).
Kenaikan harga Kelompok Bahan Makanan sebesar 13,61 persen menjadi faktor utama yang menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi Sulut di bulan November 2019.
Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi inflasi sebesar 3,33 persen (mtm) dari total inflasi Sulut sebesar 1,30 persen (mtm).
Bila dilihat dari komoditas penyusunnya, maka tomat sayur menjadi komoditas utama yang memberikan tekanan inflasi terbesar.
"Tomat sayur pada November 2019 mengalami kenaikan sebesar 168,65 persen (mtm) dengan kontribusi pada inflasi
bulanan Sulut sebesar 3,41 persen (mtm)," kata Arbonas.
Data survei pemantauan harga BI mengkonfirmasi fenomena kenaikan harga tomat tersebut. Di mana survei tersebut mencatat harga tomat sayur secara rata-rata bergerak dari Rp 6.545 per kilogram (kg) menjadi Rp 19.81 per kg.
Katanya, Hukum Demand-Supply sepertinya tidak berlaku dalam pergerakan harga tomat di bulan November tersebut.
Pada umumnya kenaikan harga suatu komoditas, misalnya tomat sayur secara signifikan terjadi apabila pasokan yang ada tidak memadai dan diikuti oleh lonjakan permintaan masyarakat.
"Namun fenomena tersebut, menurut hemat kami tidak terjadi di pasar tomat sepanjang November 2019. Pemantauan terhadap pasokan tomat sayur di pasar menunjukkan bahwa pasokan tomat di Sulut diperkirakan cukup meskipun permintaan akan tomat sayur menunjukkan peningkatan," jelasnya.
Pergerakan komoditas antar daerah sedikit banyak ditengarai berdampak pada pergerakan harga tomat di Sulut. Namun demikian secara umum dampaknya diperkirakan tidak terlalu besar mengingat disparitas harga antar daerah di Sulampua yang semakin menipis seiring kenaikan harga tomat sayur secara signifikan di November 2019.
"Diperkirakan terdapat faktor di luar mekanisme pasar yang turut mempengaruhi kenaikan harga tomat sayur di Sulut selama November 2019," katanya.