Politik
Rocky Gerung Semprot Fahri Hamzah: Dalilnya Melenceng Ingin Bubarkan KPK Supaya Ia Jadi Profesional
Awalnya Rocky Gerung mendapat sejumlah pertanyaan dari warganet yang dibacakan oleh presenter Cania.
Penulis: Frandi Piring | Editor: Frandi Piring
TRIBUNMANADO.CO.ID - Gebrakan terbaru datang dari Pengamat Politik Rocky Gerung terkait berbagai polemik yang terjadi di Indonesia saat ini.
Hal tersebut dikutip TribunPapua.com dari saluran YouTube Geolive dengan judul 'Q&A Rocky Gerung', Rabu (27/11/2019).
Rocky Gerung lantas ditanyai pendapatnya atas usul Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang mengatakan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sebaiknya dibubarkan.
Ia menyebut dari dalil yang diambil dirinya dan Fahri Hamzah telah berseberangan.
" Dalil Fahri Hamzah lain dengan dalil saya. Fahri Hamzah menganggap KPK melakukan hal berlebihan. Saya menganggap kalau mau membuat KPK lebih efektif tambahkan kekuasaan," ujar Rocky Gerung.
"Fahri menganggap kurangi kekuasaan. Supaya ia jadi profesional," tambahnya.

Menurutnya, tak perlu dibubarkan, jika memang para koruptor bisa ditangani oleh kejaksaan dan kepolisian maka secara tidak langsung KPK tak dibutuhkan lagi.
"Dengan sendirinya, misinya kan (KPK) memang untuk sementara. Jadi kalau dua institusi penegak hukum, jaksa dan kepolisian udah bagus, tanpa dibubarin orang udah menganggap enggak perlu KPK, karena lebih banyak koruptor yang dibuka Jaksa dan lebih terbuka," ungkapnya.
Rocky juga sebelumnya, lantas mendapat pertanyaan apakah dirinya memiliki keinginan mencalonkan diri menjadi presiden.
"Pak Rocky ada kepenginan nyalonin jadi presiden?," tanya Cania.
Rocky Gerung lantas menuturkan tak memiliki hasrat dengan kekuasaan.
"Enggak saya tidak punya hasrat pada kekuasaan. Saya ingin agar negeri ini dihidupkan dengan akal pikiran," ujar Rocky Gerung.
Ia lantas menyinggung panggilannya yang telah dilekatkan dengan sebutan presiden akal sehat.
"Kan saya sudah jadi Presiden akal sehat. Pencapaian tertinggi. Karena tanpa dicalonkan dinyatakan secara aklamasi dinyatakan sebagai Presiden akal sehat. Okeylah. Itu kegembiraan luar biasa," ungkap Rocky Gerung.
Mendengar hal itu Cania kembali meyakinkan jawaban Rocky Gerung.
"Tapi bukannya memiliki kekuasaan Mas Rocky bukannya lebih enforcing akal sehat itu?," paparnya.
"Ya pasti itu. Atau mungkin belum di situ. Semoga tidak ada di situ," jawab Rocky Gerung sambil tertawa.
Kembali, pertanyaan diajukan Cania kali ini terkait keinginan Rocky Gerung menjadi penasihat presiden.
"Kalau ditawari jadi penasihat presiden mau tidak?," tanya Cania.
Lagi-lagi Rocky Gerung menolak dan beranggapan jika memang ingin memberi nasihat tak perlu di institusi resmi.
"Enggak, karena memberi nasehat itu sok tahu. Ya bercakap-cakap aja, nasehat itu enggak perlu ada institusi resmi," jawab Rocky Gerung.
"Kalau mau diundang ke istana mau?," tanya kembali.

Menurutnya, menyampaikan kritik atau nasihat lebih baik dilakukan di forum terbuka bukan di dalam istana.
Di pertanyaan lain, kembali Rocky ditanyai apakah ia berniat menjadi seorang menteri.
"Enggak, jadi saya enggak bisa jawab," jawabnya.
Saat ditanya jika ada pemimpin yang menawarkan, siapa yang Rocky inginkan.
"Kalau rezim akal sehat, iya," jawabnya singkat.
Simak videonya:
• Rocky Gerung: Saya Presiden tapi Tak Gila Kekuasaan, Diaklamasi, Datang Untuk Tangani Kisruh Politik
• Rocky Gerung: Harusnya Tak Ada Aturan Larang FPI, Tak Mau Nasehati Presiden Jokowi
• Rocky Gerung: Saya Anti FPI Sejak di Monas, Saya Sampai Berkelahi
Rocky gerung: Pemerintah Berlebihan soal AD/ART
Pengamat politik Rocky Gerung mengklaim Front Pembela Islam (FPI) tak lagi melakukan kekerasan.
Hal tersebut disampaikan Rocky Gerung di acara ROSI, Kompas TV, pada Kamis (28/11/2019).
Pernyataan Rocky Gerung, langsung ditanggapi oleh politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.
Mulanya Rocky Gerung dan Budiman Sudjatmiko membahas soal Surat keterangan terdaftar (SKT) yang masih dikaji oleh Kementerian Dalam Negeri.
Pantauan TribunJakarta.com, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan, SKT FPI masih terkendala oleh Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Tito Karnavian menyampaikan, pada AD/ART FPI masih termuat visi dan misi yang kalimatnya dianggap memiliki makna samar.
“Problemnya di AD/ART. Di sana disampaikan bahwa visi dan misi organisasi FPI adalah penerapan islam secara kaffah di bawah naungan khilafah islamiyah melalui pelaksanaan dakwah, penegakan hisbah, dan pengawalan jihad,” kata Tito Karnavian.
Rocky Gerung menilai pemerintah terlalu berlebihan dalam menghadapi AD/ART FPI.
Ia mengatakan AD/ART tersebut masih berupa ide dan belum terealisasikan.
Namun Budiman Sudjatmiko mempunyai pendapat lain.
"FPI itu bukan ide, ide yang sudah berwujud menjadi sebuah 'pentungan'," kata Budiman Sudjatmiko dikutip TribunJakarta.com dari YouTube Kompas TV, pada Jumat (29/11/2019).
"Ketahuan Anda minum anda bisa dipukul pakai pentungan tersebut,"
"Sudah menjadi kawat berduri," imbuhnya.
Budiman Sudjatmiko menilai visi dan misi FPI sudah terealisasikan, dari sikap mereka yang kerap menegur atau bertindak saat melihat suatu tindakan yang dianggap berbeda.
"Mereka suka mementung orang-orang yang dianggap berbeda dari mereka," ucap Budiman Sudjatmiko.
"Mereka sudah bertindak sebagai polisi moral,"
"Diluar sistem yang ada," imbuhnya.
Rocky Gerung kemudian menceritakan dirinya pernah berkelahi dengan juru bicara FPI Munarman, 20 tahun lalu di Monumen Nasional (Monas).
Ia namun tak menceritakan penyebab perkelahian tersebut.
Menurut Rocky Gerung FPI kini sudah berubah dan tak lagi melakukan tindakan kekerasan.
"Saya itu anti FPI sejak di Monas itu," kata Rocky Gerung.
"Gua berkelahi sama Munarman walaupun dia teman gua itu, tapi itu 20 tahun lalu,"
"Sekarang Anda lihat perubahannnya, semakin ke sini sudah berubah,"
"Anda yang enggak berubah," imbuhnya menunjuk Budiman Sudjatmiko.

Profesor Thamrin Amal Tomagola kembali tak sepakat dengan pernyataan Rocky Gerung.
Ia lantas mengungkit tindakan Munarman yang menyiram guru besar Universitas Indonesia Profesor Thamrin Amal Tomagola.
Peristiwa tak menyenangkan itu terjadi, saat Profesor Thamrin Amal Tomagola dan Munarman hadir sebagai narasumber di acara Apa Kabar Indonesia TV One, Jumat (28/6/2013) silam.
Kejadian tersebut bermula saat Munarman dan Profesor Thamrin Amal Tomagola berdebat tentang sweeping ormas ke tempat-tempat hiburan di Jakarta saat bulan Ramadan.
"Berubah dari mana?" kata Budiman Sudjatmiko.
"Bahwa semua tindakan berkelahi dengan Anda, menyiram Profesor Thamrin Amal Tomagola, itu bagian dari sebuah konteks menciptakan khilafah tadi," imbuhnya.
Budiman Sudjatmiko dan Rocky Gerung terlibat perdebatan panas.
"Terus bertambah enggak kekesarannya sekarang?" tanya Rocky Gerung sambil menunjuk.
"Berubah enggak eksistensinya?" kata Budiman Sudjatmiko dengan nada tinggi.
"Berubah enggak raison d'etre (reason for being re) untuk melakukan kekesaran?" imbuhnya.
Menurut Rocky Gerung cara manusia untuk menunjukan eksistensi adalah dengan kekerasan.
"Raison d'etre dari sebuah manusia adalah violence," tegas Rocky Gerung.
Ia mengatakan maka hukum dan negara dibentuk untuk mengatasi hal tersebut.
Lagi, Budiman Sudjatmiko tak sepakat dengan pemikiran itu.
"Kalau Anda mengatakan itu Anda setuju kita menciptakan 'serigala memakan serigala'," kata Budiman Sudjatmiko.
"Itu teori paling kuno," jawab Rocky Gerung.
"Anda membenarkan kebuasan paling kuno, menjadi binatang," imbuh Budiman Sudjatmiko kesal. (tribun-timur.com)
SIMAK VIDEONYA: