News
Ferdinand Hutahaean Sayangkan Putusan Menteri BUMN, Ini Alasan Ia Pesimis Jika Ahok Pimpin Pertamina
Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengaku pesimis terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) Perta
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perihal pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina, banyak mendatangkan pro dan kontra.
Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengaku pesimis terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina.
Ferdinand Hutahaean pun menyayangkan keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang menempatkan Ahok pada posisi tersebut.
Melihat karakter Ahok sebagai pendobrak, Ferdinand Hutahaean menyebut bahwa Mantan Gubernur DKI Jakarta itu disebutnya lebih cocok menduduki posisi direktur utama (dirut).
Hal itu disampaikan Ferdinand Hutapea melalui tayangan YouTube Talk Show tvOne, Minggu (24/11/2019).
Mulanya, Ferdinand Hutahaean menyoroti tentang harapan publik yang menurutnya terlalu besar pada Ahok.
"Jadi misi-misi yang diembankan ke Ahok ini saya pikir jangan jadi berlebihan," terang Ferdinand.
"Kasihan juga nanti Ahok kalau kemudian ekspektasi besar yang ditumpukan di pundak Beliau ternyata tidak bisa diraih," sambungnya.
Sebagai contoh, ia pun menyoroti tentang pembangunan kilang minyak Pertamina di Bontang, Kalimatan Timur.
"Contohnya tadi masalah kilang, ini kan sebuah proses yang sudah berjalan, sudah ditandatangani, tinggal sekarang yang Cilacap belum mencapai kepada kesepakatan dengan Arab," ujar Ferdinand.
• Said Didu Awalnya Tolak Ahok, Kini Coba Perintah Ahok, Tahu Mafia Pertamina Dekat Penguasa
• Viral Dimedsos Cerita Istri Seorang Dokter Lari Ketakutan Lihat Benda Mirip Pocong
"Kita tahu Dirut Pertamina baru ke Arab sana negosiasi karena terkait dengan perhitungan evaluasi aset di Cilacap."
Lantas, Ferdinand pun menduga peran Ahok di Pertamina tak akan maksimal.
Bahkan, ia mengaku pesimis terhadap kinerja Ahok selama menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina.
"Jadi saya pikir peran Pak Ahok di sini kemungkinan besar tidak akan banyak, saya agak pesimis melihat," ucap Ferdinand.
Ferdinand juga menyebut posisi Ahok di Pertamina sebagai keputusan yang tanggung.

Sebagai seorang pendobrak, Ahok disebutnya lebih cocok menduduki posisi lain.
"Ini yang saya bilang kenapa kebijakan Kementrian BUMN serba tanggung?," tanya Ferdinand.
"Karena kalau narasinya pendobrak saya minta tadinya kalau Pak Ahok ini tempatkan saja di dirut atau tempatkan di BUMN lain untuk selesaikan yang sedang bermasalah," sambungnya.
Ia lantas menyinggung soal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang kini dikabarkan mengalami defisit keuangan.
"Contohnya BPJS Kesehatan, Beliau punya karakter dan punya kemampuan," kata Ferdinand.
"Kita lihat waktu Beliau jadi gubernur, mampu membangun Jakarta Simpang Susun Semanggi tanpa APBD, barangkali BPJS bisa Beliau selesaikan tanpa APBN, tidak ada defisit lagi," imbuhya.
Ferdinand pun mengimbau pemerintah untuk lebih jeli dalam memilih posisi yang cocok untuk Ahok.
"Nah hal-hal seperti ini yang perlu dilihat di mana Ahok ini lebih pas ditempatkan," ucapnya.
"Kalau sekarang ditempatkan di Pertamina ya saya agak pesimis meskipun punya harapan sedikit-sedikit."
• Dua Wanita Asal Sulut Disekap di Batam, Dijanjikan Kerja dan Gaji Besar di Malaysia via Facebook
Simak video berikut ini menit 9.00:
Kurtubi Tantang Ahok
Dalam kesempatan itu, sebelumnya Politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem), Kurtubi buka suara soal harapannya terkait posisi Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok di Pertamina.
Kurtubi menantang Ahok untuk berani mengatakan tidak terhadap kebijakan pemerintah.
Sebagai Komisaris Utama Pertamina, Ahok diharapkannya berani menolak kebijakan pemerintah yang menyangkut sumber daya migas.
"Beliau kalau bisa sebagai Komisaris Utama Pertamina bisa mengatakan tidak kepada perintah pemerintah yang menyangkut sumber daya migas utama pembangunan kilang, langsung aja ya," terang Kurtubi.
Lantas, ia pun menyinggung soal pembangunan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur.
Kurtubi menyebut kebijakan tersebut sangat tak efisien.
• Ahok Mengaku Siap Ikut Perintah Menteri BUMN Erick Thohir, Kebersamaan Singkat BTP dan PDIP: Mundur!
"Saya di Komisi VII (DPR RI) sudah 5 tahun, pemerintah menugaskan di Pertamina untuk membangun kilang di Bontang, ini salah, salahnya tidak efisien," ungkap Kurtubi.
"Mestinya Komisaris Utama Pertamina mengatakan 'Tidak, mari kita hitung bersama keekonomiannya'," kata Kurtubi.
• Deretan Artis Pernah Jadi Tenaga Pengajar, dari Nagita Slavina hingga Reza Rahadian

Lantas, Kurtubi menyebut proyek pembangunan kilang tersebut diyakininya tak efisien.
"Kalau Pertamina diperintahkan bangun kilang di Bontang, mari kita duduk yang saya yakin enggak efisien," terangnya.
Sebab menurutnya, lokasi pembagungan kilang miyak di Bontang itu tak memenuhi syarat dalam ilmu perminyakan.
"Bayangkan kilang dalam teori yang paling dasar ilmu perminyakan, lokasi harus salah satu dekat dengan minyak mentah sebagai bahan baku kilang," ucap Kurtubi.
"Nomor dua dekat dengan konsumen yang membutuhkan BBM, ini tidak dua-duanya kalau di Bontang," imbuhnya.
Lebih lanjut, Kurtubi menyebut anggaran pembangunan kilang miyak tersebut sangat besar.
Untuk itu, ia sangat menyayangkan jika kilang minyak yang dibangun tak efisien.
"Ingat ini investasi (Rp) 14 triliun diputuskan di lokasi yang salah, di perintahkan ke Pertamina untuk bangun," jelas Kurtubi.
"Berani enggak Pak Ahok mengatakan 'Tidak, jangan diteruskan ini mari kita evaluasi bersama keekonomian'," sambungnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com