Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil Marwan Batubara

Rekam Jejak Marwan Batubara, Mantan GM PT Indosat yang Terlibat Proyek Pembangunan SKKL

Marwan Batubara diketahui adalah mantan General Manager PT Indosat. Dia juga duduk di kursi DPD pada tahun 2004.

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
TRIBUNNEWS/ADIATMA PUTRA
Marwan Batubara Mantan GM PT Indosat 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Nama Marwan Batubara, belakangan ini menghebohkan publik, karena kritikan kerasnya kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dipilih untuk menjadi Komisaris Utama Pertamina.

Marwan Batubara mengklaim kritikannya terhadap Ahok berdasarkan apa yang ia anggap sebagai fakta kebenaran.

Marwan Batubara bahkan menyebut dirinya sudah melaporkan kasus dugaan korupsi RS Sumber Waras tahun 2017 yang melibatkan Ahok.

Ia menyebut sebenarnya kasus itu sudah jelas bahwa ada pelanggaran yang terjadi.

"Saya melaporkan kasus itu ke KPK, dan kalau kita ingat, laporan BPK itu dibentuk atas perintah amanah konstitusi, itu sudah menemukan sebetulnya, pelanggaran hukum dan kerugian negara," ungkapnya.

Ali Ngabalin debat Marwan Batubara karena sebut Ahok sebagai orang kotor.
Ali Ngabalin debat Marwan Batubara karena sebut Ahok sebagai orang kotor. ((Youtube Talk Show tvOne))

Sebut Ahok Kotor, Marwan Batu Bara Bantah Benci Suami Puput Nastiti, Singgung Perlakuan Kepada BPK

Marwan Batubara menyayangkan saat itu Ahok dianggap tak terlibat sehingga tak dikenai hukuman.

"Tapi apa yang dilakukan? Itu dianggap, diserang dari mana-mana, bahwa 'Ini orang bermasalah nih yang mengaudit', seperti itu pembelaan terhadap Ahok," tuturnya.

Profil Marwan Batu Bara

Marwan diketahui adalah mantan General Manager PT Indosat. Dia juga duduk di kursi DPD pada tahun 2004.

Dilansir dari Wikipedia, Marwan Batubara menyelesaikan pendidikan dasar tahun 1967 dan SMP tahun 1970 di Delitua, Sumatra Utara. Ia melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Medan. Dengan dibantu seorang pamannya, Marwan berhasil menamatkan SMA tahun 1973.

Setelah menamatkan SMA, selama setahun ia bekerja di sebuah radio swasta, Alnora, Medan sebagai operator.

Pada tahun 1975 Marwan berkesempatan memperoleh beasiswa sekolah kedinasan di PT Telkom, Bandung, selama 2 tahun. Tamat dari sana, Marwan bekerja dan ditempatkan di Surabaya tahun 1977.

Pada tahun 1978 Marwan diperbantukan sebagai teknisi pada International Maintenance Center (IMC), Indosat, dan ditempatkan di Jakarta dengan tetap berstatus sebagai karyawan Telkom.

Marwan Batubara - Koordinator Barisan Masyarakat Peduli Pemilu Adil dan Bersih
Marwan Batubara - Koordinator Barisan Masyarakat Peduli Pemilu Adil dan Bersih (google/Kabar3.com)

Ahok Korupsi, Terima Suap Rp 191 Miliar? KPK Semprot Marwan Batubara

Di Jakarta Marwan mencoba mengikuti test masuk perguruan tinggi negeri, ketika itu masih bernama Perintis, dan diterima sebagai mahasiswa baru di Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT-UI).

Sambil bekerja di IMC, sejak tahun 1979 Marwan mengikuti kuliah dari titik nol.

Kuliah dua tahun sebelumnya di Telkom Bandung tak diperhitungkan. Ia menyelesaikan pendidikan dan tamat sebagai insinyur elektro (S1) tahun 1984.

Pendidikan Marwan tak berhenti di situ. Ia kembali menempuh pendidikan tinggi S-2 bidang studi computing di Monash University, Melbourne, Australia pada tahun 1990-1992 hingga memberinya gelar master of science (M.Sc).

Selama bekerja di Indosat, khususnya antara 1993 hingga 2000, Marwan banyak terlibat dalam proyek-proyek pembangunan sarana Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) internasional, yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara di Asia, Eropa, Australia, dan Amerika.

Marwan sering mendapat kesempatan menjadi salah satu Co-Chairman dari berbagai Kelompok Kerja perencanaan dan pembangunan SKKL-SKKL.

Misalnya pada proyek SKKL Asia Pacific Cable Network (APCN), Jakarta-Surabaya-Australia (Jasuraus), dan South East Asia, Middle East, West Europe (SEA-ME-WE).

Karier Politik

Pada tahun 2004 Marwan mulai terlibat dalam bidang politik. Ia kemudian terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DKI Jakarta periode 2004-2009.

Dari pernikahannya dengan Cucu Hertruida asal Bandung, yang masih tercatat sebagai karyawan PT Telkom, Marwan dikaruniai tiga orang anak.

Pertama Faisal Reza Batubara, lahir tahun 1982, kuliah di Jurusan Teknik Material, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI-ITB).

Kedua Fahmi Irfan Batubara, lahir tahun 1988, lulusan Pipeline Engineer, Newcastle University, S2, dan S1 di Jurusan Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan SMA di Al-Azhar Jakarta, sekarang bekerja sebagai Pipeline Integrity Engineer di TWI (The Welding Institute) dan si bungsu Faris Ibrahim Batubara kelahiran tahun 1998, kuliah di Teknik Mesin ITS, Surabaya.

Debat Panas Immanuel dan Marwan Batubara soal Ahok Pimpin BUMN: Tidak Ada Relevansi

Sebut Ahok Tidak Berpengalaman

Sebelumnya, Marwan Batubara menilai mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok tidak memiliki kualifikasi untuk menjabat komisaris atau direksi di BUMN.

Ahok menurut Marwan tidak memiliki pengalaman memimpin perusahaan.

"Ya enggak (kompeten) lah. Dia juga engga punya pengalaman seperti itu dan kita bicara ini sektor strategis," ujar Marwan dalam diskusi di Kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, (21/11/2019).

Menurutnya dalam memimpin BUMN dibutuhkan sosok orang yang memiliki kualifikasi manajerial strategis.

Artinya pernah memimpin perusahaan yang bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak.

"Ketahanan energi nasional yang tidak bisa begitu saja diserahkan pimpinan pengelolaannya pada orang yang tidak qualified," katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditemui seusai menghadiri diskusi kebangsaan di Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/8/2019). Ahok kini menjadi Komisaris Utama Pertamina.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditemui seusai menghadiri diskusi kebangsaan di Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/8/2019). Ahok kini menjadi Komisaris Utama Pertamina. (Kompas.com)

Menurut Marwan jangankan memimpin perusahaan BUMN yang strategis seperti PLN dan Pertamina, untuk perusahaan BUMN non strategis saja, Ahok tidak memiliki kualifikasi.

Karena itu Marwan meminta kementerian BUMN mendengarkan aspirasi masyarakat.

Ia juga meminta penolakan terhadap Ahok jangan dilihat secara politis.

"Nah saya juga menghimbau teman-teman pendukung (Ahok) itu supaya hatinya terbuka, bahwa dalam pembukaan UUD itu kita ini negara ini didirikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengadakan acara ini juga dalam rangka itu, supaya bangsanya cerdas, tapi juga tolong terbuka jangan menutup mata, karena itu mungkin yang didukung lalu tidak mau melihat secara objektif ada hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa ini sebetulnya tidak layak," katanya. (*)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved