Teroris Cairkan Dana di Luar Negeri, Kepala BNPT: Radikalisme Masuk Polri
Kepala PPATK Ki Agus Ahmad Badaruddin mengatakan teroris tak hanya mencairkan dana di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) Ki Agus Ahmad Badaruddin mengatakan, penerimaan dana aksi terorisme di Indonesia saat ini tak hanya bisa dilakukan di dalam negeri.
PPATK mengendus adanya penerimaan dana di luar negeri untuk aksi terorisme di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan.
“Teroris sekarang kan tidak hanya menerima dari dalam negeri, tapi juga terimanya di luar negeri,
lalu baru dibagikan dari sana atau dibawa.
Banyak teknisnya,” ujar Ki Agus ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (19/11).
Ki Agus menegaskan, modus pencucian uang untuk aksi terorisme terus berkembang dan pihak PPATK terus mempelajari modus-modus baru.
• PENANGKAPAN Terduga Teroris, Tim Densus 88 Juga Amankan Dua Anak dan Istri, Lokasi di Toko Kelontong
Pihaknya juga tak menampik masih banyaknya rekening-rekening baru yang bermunculan menggalang dana untuk aksi terorisme, meskipun sudah banyak yang ditutup.
“Yang dimatikan kan sudah banyak, mereka juga tidak mungkin secara jelas mencantumkan nama organisasi mereka,
ada yang sudah dimatikan untuk menutup alirannya tapi kemudian hidup lagi banyak.
Yang penting kita jangan kalah semangat dengan teroris,” pungkasnya.
71 Teroris Ditangkap
Markas Besar Kepolisian melaporkan penangkapan terhadap terduga teroris pasca insiden bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, terus bertambah.
Hingga kini, tercatat terduga teroris yang telah ditangkap mencapai 71 orang.
Sebagaimana diketahui pada Senin (18/11) kemarin, kepolisian telah menangkap 46 terduga teroris yang tersebar di seluruh Indonesia.
Artinya, apabila diakumulasikan hari ini, telah bertambah 25 orang dalam sehari.
"Jadi, ini update penangkapan menjelang natal dan tahun baru.
Ini preventif strike juga pascakejadian bom bunuh diri di Polrestabes Medan, itu sudah kami tangkap 71 orang.
Lanjut penyidikan 68 orang dan meninggal dunia 3 orang," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen (Pol) Muhammad Iqbal.
Tiga terduga teroris yang meninggal yakni atas nama RMN yang juga pelaku peledakan bom.
Dua lainnya, K dan AP yang diduga perakit bom untuk RMN.
Iqbal melanjutkan, seluruh terduga teroris yang tertangkap paling banyak berasal dari sekitar Medan, Sumatera Utara.
Nama-nama lainnya berasal dari Jawa hingga Kalimantan.
• Hindari Penyalahgunaan Media Elektronik, Sosialisasi UU-ITE dan Bahaya Paham Radikalisme Digelar
"Pekanbaru total 5 orang, Jabodetabek 3 orang, Banten 5 orang, Jateng 11 orang,
Medan 30 orang, Jabar 11 orang, Kalimantan 1 orang, Aceh tadinya 4 dan kini 2 orang dipulangkan,
karena tidak terbukti, Jatim 2 orang, Sulsel 1 orang," ungkapnya.
Dia menambahkan, penangkapan tersebut menjadi komitmen polri untuk menindak tegas para pelaku teroris.
"Ini komitmen kami untuk melakukan penegakan hukum dalam rangka harkamtibnas menciptakan preventif strike," pungkasnya.
Radikalisme Masuk Polri
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Suhardi Alius menyebut paham radikalisme tidak hanya berada di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurutnya, paham radikalisme telah masuk ke institusi negara seperti Polri.
Tak hanya itu, ia menyebut paham radikalisme telah menyebar ke beberapa kementerian dan lembaga.
Namun, dengan intensitas yang berbeda-beda.
Hal itu disampaikan Suhardi usai menemui Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD.
"Sekarang gini, jangankan BUMN semuanya ada kok, Polisi aja ada kok Polwan saya ngomong sama Polri.
Tapi, tebal-tipis, sedikit-banyaknya kan masih beda-beda.
Tapi, sudah di mana saja," kata Suhardi.
Suhardi mengatakan, pihaknya telah memetakan lingkungan mana saja yang telah terpapar paham radikalisme.
Meski demikian, Suhardi enggan membeberkannya.
"Semua kita punya petanya, semuanya jangan bilang tidak ada.
Emang nggak ada jurnalis, mau saya buka siapa yang suka besuk-besuk di tempat itu.
Semuanya tugas kita mereduksi supaya menjadi aman kemudian punya wawasan kebangsaan jati diri," ucap Suhardi.
Selain itu, Suhardi mengaku banyak melaporkan situasi dan kondisi terkini soal radikalisme ke Mahfud MD.
"Ya saya melapor, kan saya di bawah koordinasi beliau. Saya melaporkan situasi dan sebagainya, itu kewajiban saya," jelasnya.
(Tribun Network/zal/wly)