Resensi Film
Maleficent: Mistress of Evil dan Pertarungan Antar-Kelas yang Membosankan dalam Film
Setelah sukses dengan live action Maleficent pada tahun 2014 kini Disney kembali membuat sekuelnya, Maleficent: Mistress of Evil
Penulis: Isvara Savitri | Editor: David_Kusuma
Maleficent: Mistress of Evil dan Pertarungan Antar-Kelas yang Membosankan dalam Film
TRIBUNMANADO.CO.ID - Upaya Disney berjualan nostalgia rupanya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Setelah sukses dengan live action Maleficent pada tahun 2014 kini Disney kembali membuat sekuelnya, Maleficent: Mistress of Evil.
Jika live action yang pertama menceritakan tentang asal-usul putri tidur dan si peri jahat Maleficent, sekuelnya kini lebih mengembangkan hubungan unik Aurora (Elle Fanning) dengan Maleficent (Angelina Jolie) dan berbagai konflik kepentingan yang terlibat di dalamnya.
Berawal dari kabar pernikahan yang akan segera terjadi antara Aurora dan Pangeran Phillip (Harris Dickinson) sempat membuat Maleficent kebakaran jenggot.
• Cinta Laura Jadi Maleficent, Lihat Kemiripannya dengan Angelina Jolie!
Pasalnya, ia tidak terima Aurora yang merupakan putri angkatnya menikah dengan manusia karena kaum peri tidak memiliki hubungan yang baik dengan mereka.
Namun pada akhirnya cinta Aurora kepada Pangeran Phillip mampu meyakinkan Maleficent.
Dari pihak istana pun berusaha menunjukkan itikad baik, bahwa manusia mampu menerima kaum peri dengan turut mengundang Maleficent makan malam di Istana Kerajaan Ulstead yang menjadi pertemuan penting antar-keluarga dan awal mula segala konflik peri dan manusia yang kembali pecah.
Penggambaran kaum peri sebagai liyan dalam Maleficent: Mistress of Evil menunjukkan perbedaan kelas yang cukup kentara.
• 7 FAKTA Suami Bunuh Istri di Noongan, Pelaku Gantung Diri hingga Terungkap Apa Motifnya
• KRONOLOGI dan Fakta Suami Gantung Diri Usai Bunuh Istri, Cekcok Usai Dengar Curhat Selingkuhan
• BREAKING NEWS - Polisi Lakukan Olah Tempat Kejadia Perkara Pembunuhan, Pelaku Diburu Buser
Peri-peri tersebut digambarkan sebagai makhluk-makhluk menyerupai manusia namun memiliki sifat kebinatangan yang bagi M Keith Booker dalam bukunya berjudul Monsters, Mushroom Clouds, and the Cold War: American Science Fiction and the Roots of Postmodernism (2001) hal tersebut sering digunakan oleh Hollywood untuk merendahkan dan meliyankan kaum-kaum di luar komunitas mereka.
Ditambah para peri hidup di bawah tanah dan di dalam hutan yang mana sangat berada jauh dari kehidupan layak manusia.
Maleficent sendiri digambarkan tidak benar-benar diterima oleh kaum manusia.
Hal tersebut ditunjukkan dengan adegan Maleficent, Aurora dan Diaval (Sam Raley) melewati pemukiman warga saat ke istana dan para manusia itu lari berhamburan menghindari mereka.
• Berikut 8 Film Perjuangan yang Bisa Kamu Tonton pada Peringatan Hari Pahlawan Nasional
Sosok Maleficent dipandang sebagai makhluk yang menjijikkan dan pembawa malapetaka seperti binatang.