Pahlawan Nasional AA Maramis
Begini Usaha Keluarga Menjadikan AA Maramis Pahlawan Nasional, Terwujud Dibantu Olly Dondokambey
Pejuang kemerdekaan Alexander Andries Maramis atau populer dikenal AA Maramis akhirnya ditetapkan Presiden Jokowi sebagai Pahlawan
Mengenal Sosok AA Maramis
AA Maramis, putra asli Minahasa, kelahiran 20 Juni 1897 di Desa Paniki Bawah.
Dulunya desa ini masih masuk daerah administratif Minahasa, sebelum otonomi daerah dan menjadi bagian dari Kota Manado.
Catatan sejarah, 20 prestasi menonjol AA Maramis yakni menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Menteri Negara dan Wakil Menteri Keuangan, 19 Agustus 1945 - 25 September 1945 Menteri Keuangan, Menteri Keuangan ke-1 (presidentil), Menteri Keuangan Kabinet A Syarifudin ke-1, Menteri Keuangan Kabinet A Syarifudin ke-2, Menteri Keuangan Kabinet Presidentil ke-11 (Moh Hatta).
Wakil Ketua PMI Januari 1947, Pimpinan Delegasi Indonesia ke Konferensi Asia di New Delhi (20-23 Januari 1949), Pendiri Pemerintahan RI dalam pengasingan (in exile) di India, Menlu Pemerintahan Darutat RI, Dubes Istimewa pengawas semua semua perwakilan RI d luar negeri, Penasehat Konferensi Meja Bundar di Belanda, Dubes Jerman Barat, Kepala Direktorat Asia Pasifik Deparlu, Dubes di Moskow dan Finlandia, Anggota Panitia 5 Kesatuan Tafsir Pancasila saat usia 78 tahun.
AA Maramis menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1911 di sebuah sekolah elit Belanda di Manado, yakni Europeesche Lagere School (ELS). Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Manado, yang sekarang menjadi SD N 4 Manado.
Selesai menamatkan pendidikan dasarnya, keluarga berembuk untuk menyekolahkan AA Maramis ke pendidikan sekolah yang lebih tinggi di Batavia yakni Hogere Burger School (HBS) , mengingat saat itu Manado hanya salah satu wilayah keresidenen Ternate.
Pada tahun 1918 keluarga lalu mengirim AA Maramis ke HBS di Jalan Matraman.
Sejak bersekolah di Batavia, Maramis bertemu dengan teman-teman sebangsanya dari daerah berbeda. Di antanya Achmad Soebardjo dan Datuk Natsir Pamuntjak.
Ketiganya yang dari Sulawesi, Jawa dan Sumatera lalu melanjutkan sekolah di Universitas Leiden Belanda.
Ketiganya mendapat beasiswa dari pemerintah Hindia Belanda sekana enam tahun. Mereka yang studi di Ilmu Hukum harus menguasai bahasa Yunani dan Latin.
Pada Juni 1924 AA Maramis berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar Meester in de Rechten atau ahli hukum.
Zaman itu tak banyak orang yang mendapat gelar tersebut. AA Maramis kembali ke tanah air pada Juli 1924.
Ia mendapat tawaran pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi pegawai mereka, namun AA Maramis menolaknya. AA Maramis memilih menjadi pengacara bagi rakyat Indonesia yang kurang mampu.
Dari sinilah perjuangan AA Maramis bagi bangsa dan negara dimulai.