Jokowi Sindir Surya Paloh-Sohibul Iman Berpelukan: Begini Kata Pengamat Politik
"Wajahnya cerah setelah beliau berangkulan dengan Pak Sohibul Iman." Itulah yang disampaikan Presiden Joko Widodo
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – "Wajahnya cerah setelah beliau berangkulan dengan Pak Sohibul Iman." Itulah yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri acara HUT Partai Golkar ke-55 di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/1) malam.
• Garuda-Sriwijaya Pecah Kongsi, Menhub: Kita Carikan Solusi
Pada pernyataan itu Jokowi menyinggung Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang berangkulan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10) lalu.
Rangkulan Surya Paloh dan Sohibul Iman terjadi saat Sohibul menyambut kedatangan Surya. Menurut pantauan Tribun Network, Surya dan Sohibul berpelukan sebanyak tiga kali, termasuk saat Surya meninggalkan kantor DPP PKS setelah sejam bertemu.
Joko Widodo mengaku tidak mengetahui makna pertemuan dan rangkulan Surya dan Sohibul. Jokowi mengaku tidak pernah dirangkul oleh Surya seperti saat Surya merangkul Sohibul.
• Indonesia Tempatkan Empat Wakil Perempat Final Fuzhou China Open 2019
"Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat dengan Pak Sohibul Iman," tutur Jokowi.
Surya Paloh tidak mempermasalahkan pernyataan Joko Widodo. Surya bahkan tidak menganggap pernyataan itu sebagai sebuah peringatan. Menurut Paloh pertemuan Partai Nasdem dengan PKS adalah hal wajar dalam mewujudkan demokrasi yang maju dan modern.
Namun demikian, Dewi Haroen, psikolog politik, menilai pernyataan Jokowi kepada Surya merupakan sebuah peringatan keras. Menurut Dewi budaya Jawa yang melingkupi kepribadian Jokowi tidak terlihat dalam gestur dan pernyataannya.
Bahasa Jokowi yang seringkali memiliki makna tersirat berubah menjadi memiliki makna tersirat. Selain itu, Jokowi secara jelas menggunakan gestur tangan memeluk dan memberikan penekanan Partai Nasdem masih berada dalam koalisi.
"Interpretasi saya ini tidak sekadar gestur karena gestur itu adalah sinyal. Ini bukan sinyal lagi, tapi sudah peringatan keras," papar Dewi kepada Tribun Network, Kamis (7/11).
Dewi menilai Jokowi sudah terbawa perasaan dan tidak sabar untuk menyampaikan peringatannya kepada Surya Paloh. Menurut Dewi bukti dari hal tersebut adalah Jokowi menyampaikan peringatan itu di hadapan banyak orang dan kepada Surya Paloh secara langsung.
"Kalau politis lebih menutup diri, tidak menggunakan kata-kata tersirat. Ini sudah masuk ke perasaan Jokowi. Terbukti dari gestur pelukan, ucapan dan tindakan Jokowi terlihat jelas. Di sini bukan politis yang bermain, tapi perasaan," ujar Dewi.
Menurut Dewi permainan politik biasanya dilakukan di belakang panggung. Namun demikian, karena Jokowi tidak sabar, dia menyampaikan peringatannya kepada Surya Paloh secara langsung.
• Asal Usul Rambut Merah di Desa di Sulawesi Utara Ini!
"Tidak mau lagi di belakang panggung. Langsung ngomong di depan dia dan orang-orang," kata Dewi yang juga pakar personal branding itu.
Hendri Satrio, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, mengimbau Surya Paloh tidak memandang remeh pernyataan Jokowi. Hendri mengatakan Jokowi termasuk jarang menyindir di depan umum.
"Sindiran itu juga bermakna Jokowi tidak nyaman terhadap manuver Surya Paloh, bahkan Jokowi spesifik menyorot pelukan Surya Paloh ke Sohibul Iman," ujar Hendri kepada Tribun Network, Kamis (7/11).
Hendri mengimbau Surya Paloh menyikapi hal ini secara baik dan benar. Menurut Hendri memberikan penjelasan yang konkret terhadap pertemuan pada pekan lalu kepada Jokowi adalah hal yang dilakukan Surya.
"Artinya Surya Paloh diminta dalam waktu dekat menjelaskan kepada Pak Jokowi dan anggota koalisi yang lain apa makna dan maksud pertemuan dengan PKS," kata Hendri.
Pengamat politik Emrus Sihombing menilai Jokowi berusaha menyampaikan pesan Surya Paloh lebih dekat ke Sohibul Iman dibandingkan ke Joko Widodo. Emrus mengatakan dari aspek sosiologis dan psikologis, ikatan emosional antara Surya dan Sohibul terlihat lebih dekat melalui rangkulan mereka.
"Biasanya itu terjadi karena di antara mereka terjadi sesuatu yang sifatnya saling menguntungkan," ujar Emrus kepada Tribun Network, Kamis (7/11).
Hanya Guyon
Nasdem tak menganggap serius pernyataan Presiden. Sekretaris Fraksi Partai Nasdem di DPR RI Saan Mustopa menyebut, pernyataan Presiden Jokowi itu adalah guyon semata.
"Saya melihatnya (pernyataan Presiden disampaikan) dalam forum besar, HUT partai. Pak Jokowi bikin candaan seperti itu," ujar Saan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Nasdem tidak melihat Presiden terusik dengan keharmonisan Nasdem dengan PKS yang merupakan partai politik di luar pendukung pemerintah. "Menurut saya, ya bukan karena ketidakberkenanan dan keraguan Jokowi terhadap Nasdem," lanjut dia.
Guyonan tersebut diyakini hanya untuk mencairkan suasana. Presiden pun diyakini mendukung sikap Surya yang menjalin komunikasi dengan parpol di luar koalisi.
Saan menyebut, Presiden Jokowi justru dapat menjadikan Nasdem sebagai jembatan komunikasi dengan parpol di luar pendukung pemerintah. "Kita pahami juga pertemuan Pak Surya dengan (Presiden) PKS itu dalam konteks pemahaman Pak Jokowi cukup strategis," ujar Saan.
"Artinya dari sisi koalisi, itu penting ya untuk membangun hubungan dengan partai di luar koalisi. Untuk menjadi jembatan di antara partai-partai koalisi yang ada, yang relatif bisa bertemu itu Pak Surya," lanjut dia.
Saan sekaligus memastikan, pernyataan Jokowi itu tak menghentikan langkah Nasdem melakukan safari politik dengan parpol lain. "Kita akan tetap jalan membangun hubungan dengan partai partai non koalisi lain. Setelah kongres mungkin akan ada kesempatan dilakukan," lanjut dia. (Tribun Network/dit/kps)