Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Keuangan Nasional

Hari Keuangan Nasional Jatuh Pada Hari Ini Rabu (30/10/2019) Inilah Sejarah Tentang Peredaran Rupiah

Hari ini Rabu (30/10/2019) adalah hari keuangan nasional. Inilah sejarah mengenai peredaran rupiah.

Istimewa Via PosKupang.com
Hari ini Rabu (30/10/2019) adalah hari keuangan nasional. Inilah sejarah rupiah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini Rabu (30/10/2019) adalah hari keuangan nasional. Inilah sejarah mengenai peredaran rupiah.

Berkaitan dengan hari keuangan nasional 30 Oktober 2019, simak ini sejarah peredaran rupiah setelah zaman Jepang. Hal ini wajib anda ketahui sebagai Warga Negara Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengeluarkan mata uang rupiah pada akhir Oktober 1946.

Pemerintah RI mengeluarkan mata uang rupiah untuk mengganti uang Jepang yang pada waktu itu masih berlaku di daerah Republik Indonesia.

Berikut ini kisah Sukardan SH tentang Oeang Republik Indonesia (ORI) dalam berbagai kisahnya yang dituliskan dalam “Oeang Kiblik” yang Membawa Cerita, dan dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1977.

Dasar penukaran di pulau Jawa adalah 50 rupiah uang Jepang disamakan dengan 1 rupiah uang Republik (ORI).

Sehari sebelum berlakunya Uang Republik, Menteri Keuangan Mr. Sjafrudin Prawiranegara mengadakan "rapat penerangan" di Yogyakarta, yang dihadiri pula oleh pers.

Dengan gayanya yang khas, Sdr. Sjafrudin membalas semua pertanyaan dengan penuh keyakinan sampai pada pertanyaan yang terakhir.

Salah seorang mengajukan dengan sungguh-sungguh pertanyaan sbb: "Kalau seandainya nanti malam ada suatu keluarga mendapat kemalangan dengan meninggalnya salah seorang anggota keluarga, sedangkan keluarga tidak mempunyai uang sama sekali, apa yang harus kami perbuat dan apa yang akan terjadi?" (Uang Republik berlaku mulai pukul 12 malam)

Sdr. Sjafrudin berpikir sejenak dan menjawab dengan wajah yang tiada tergerak: "Bagaimanapun juga, saya yakin bahwa jenazah akan dikubur."

Pada hari pertama berlakunya ORI, kebanyakan orang tidak mempunyai uang. Kalau mempunyai, paling banyak Rp 1,- ORI seorang.

Juga jawatan-jawatan baru pada hari pertama ini mendapatkan "modal permulaan" melalui Kementeriannya masing-masing.

Seperti halnya dengan semua pendatang baru, saya yang waktu itu menjadi sekretaris (kemudian Sekretaris Jendral) Menteri Muda Perhubungan tidak mempunyai ORI sama sekali. Untung, saya di Yogya mempunyai banyak saudara.

Seorang dari mereka memberikan saya Rp 0,50 ORI, "kanggo cekelan," (untuk pegangan) katanya. Dengan uang 50 sen ORI sdr. Ir. Djuanda yang ketika itu menjadi Menteri Muda Perhubungan dengan saya sore harinya naik andong dari Malioboro 10 putar kota kira-kira ½ jam untuk mencoba "kesaktian" ORI.

Setibanya kembali di Malioboro 10 saya berikan pada sang kusir 15 sen ORI. Hampir tidak dapat dipercaya, sang kusir menyambut pembayaran saya itu dengan : "matur nuwun, den." (terima kasih, den-raden).

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved