Sulawesi Utara
Kisah Sukarni Survivor ABK KM Cakalang Terombang Ambing di Laut Sorong Selama 3 Hari
Pekerjaan sebagai anak buah kapal (ABK) tidaklah mudah karena harus berurusan dengan laut yang kadang tidak bisa diprediksi.
Penulis: Dewangga Ardhiananta | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pekerjaan sebagai anak buah kapal (ABK) tidaklah mudah karena harus berurusan dengan laut yang kadang tidak bisa diprediksi.
Selain keberanian, fisik yang prima dibutuhkan untuk mengarungi lautan yang luas.
Berani menghadapi ombak besar, badai, dan risiko berat lainnya di lautan itulah menjadi tantangan ABK.
Pengalaman tak terlupakan dialami Sukarni (55), warga Bitung, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), ABK KM Cakalang saat itu.
Ia mengatakan, kejadian yang menyebabkan sebagian besar kru kapal meninggal itu terjadi pada tahun 1985.
Pelaut muda itu memutuskan untuk menjadi ABK selepas lulus SMA.
Selanjutnya, Sukarni menceritakan awal musibah tak terduga itu saat ditemui tribunmanado.co.id di Aston Manado Hotel Jalan Jendral Sudirman, Pinaesaan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulut, Kamis (24/10/2019).
Saat hasil tangkapan ikan melimpah dan beban kapal masih belum melebihi muatan.
Naas papan lambung kapal sudah rapuh dan mengalami patah.
Tak berlangsung lama kapal perlahan tenggelam karena bagian vital itu rusak berat.
Tergesa-gesa kru kapal menyelamatkan diri dengan menggunakan jaket pelampung.
Mencari bahan makanan yang tersisa dan memasukkannya ke dalam kantung plastik sebagai bekal untuk bertahan hidup.
Ada yang menyiapkan sekoci bermuatan enam orang dan rakit untuk tetap bertahan di laut.
ABK yang sakit ditempatkan di sekoci sementara yang lain di rakit sederhana.
Pada saat hujan tiba mereka minum dari air hujan dengan memerasnya dari baju yang basah.