Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wiranto Butuh Waktu 1 Minggu: Dokter Buang Usus Halus 40 Cm

Kondisi kesehatan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto belum pulih betul setelah menjadi korban

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia - Luhut B Panjaitan 

Banyak yang menaruh simpati terhadap kejadian yang menimpa Wiranto. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang menuding insiden tersebut hanya settingan atau rekayasa belaka.
Pendapat sejumlah orang yang nyinyir terhadap penikaman yang dialami Wiranto, antara lain berasal dari keluarga besar TNI.

Komentar Irma Zulkfili Nasution, misalnya membuat Komando Distrik Militer (Kodim) 1417 Kendari Kolonel Kaveleri Hendi Suhendi, dicopot dari jabatannya. Ada dua anggota TNI lainnya yang dicopot dari jabatan gara-gara unggahan pada media sosial Irma Zulkfili Nasution, istrinya.

Meski isu rekayasa penusukan Wiranto kian merebak, deretan tokoh penting yang membantah isu tersebut. Mereka memiliki alasan tersendiri sehingga meyakini bahwa peristiwa tersebut benar adanya. Beberapa hal diungkapkannya sekaligus mematahkan tudingan rekayasa. Siapa saja tokoh yang meyakini peristiwa penusukan Wiranto benar adanya?

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menilai yang terjadi pada Wiranto adalah benar adanya, tidak ada rekayasa. Prabowo mengetahui penanganan yang dilakukan pada Wiranto, termasuk tim dokter yang sangat serius mengobati sang menteri.

Prabowo menyebut, ada sembilan dokter TNI senior yang menangani Wiranto. "Yang jelas saya lihat tadi ada mungkin sembilan dokter senior dari TNI, saya tidak melihat ada rekayasa," ujar Prabowo seusai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (11/10), dikutip dari TribunJakarta.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Kabinet Kerja, Agum Gumelar membantah tudingan rekayasa penikaman terhadap Wiranto. Dikatakan Agum, akibat 2 luka tusukan tersebut, Wiranto harus dioperasi ususnya dengan dipotong sepanjang 47 cm. Ia bahkan ikut menjadi saksi mata ketika Wiranto harus dioperasi selama 4 jam. "Saya melihat sendiri pak Wiranto, karib saya, satu angkatan sama saya.

Bagaimana beliau dalam proses operasi ususnya hampir 4 jam," ungkap Agum Gumelar lewat Kompas Petang, dikutip dari Tribunnews. Agum Gumelar pun menyaksikan saat-saat Wiranto diangkut ke atas Helikopter untuk segera dibawa ke rumah sakit.

Di dalam helikopter, Agum mengatakan bahwa Wiranto mengalami pendarahan cukup banyak, bahkan mencapai 3 liter lebih. "Ketika terjadi ( penusukan) sampai dengan dievakuasi ke Jakarta pakai heli, itu di dalam heli sapendarahan itu sudah sampai 3 liter lebih, Betapa berat, kok masih dibilang rekayasa," ujar Agum Gumelar.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo pun membantah tudingan yang menyebut peristiwa penikaman Wiranto hanya rekayasa. "Tidak mungkin (rekayasa)," ujar Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jumat (11/10), dikutip dari Kompas.com.

Dedi menjelaskan, seseorang yang terpapar paham radikal tidak lantas berani melakukan serangan, karena dibutuhkan proses yang panjang. "Ketika seseorang terpapar radikal, prosesnya itu cukup panjang. Bagaimana dia memiliki tingkat keberanian untuk melakukan serangan kepada aparat, butuh proses," kata Dedi.

Terdapat 5 tahapan, yakni perencanaan awal, taklim umum, taklim khusus, idat dan eksekusi penyerangan. Karena itulah, tidak mungkin ada pihak yang merekayasa pelaku teror untuk melancarkan aksinya. "Tidak mungkin ya ada pihak-pihak yang rekayasa. Jaringannya (kelompok terorisme) cukup banyak," kata dia.

Terorisme Spontan

Mantan terpidana teroris Sofyan Tsauri mengatakan insiden penikaman Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto bukanlah sebuah rekayasa. Menurutnya, insiden penusukan Wiranto tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang pernah berkecimpung di dunia terorisme.

Sofyan Tsauri mengatakan, setiap orang yang sudah tercuci otaknya dengan terorisme pasti sudah memiliki niat membunuh di waktu dan keadaan apa pun, termasuk dalam kasus penusukan Wiranto tersebut.

Pada tahun 2009, kata Sofyan, seorang rekannya menulis buku tentang seruan soal jihad dengan alat apa pun. Termasuk hanya dengan sebatas pisau dapur. Buku yang diciptakan oleh teroris Lampung Abu Yusuf itu mengintruksikan para pengikut Al-Qaeda untuk membunuh targetnya dengan pisau dapur sekalipun.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved