Berita Terkini
Kisah Guru Muslim Diselamatkan Pendeta saat Terjebak Kerusuhan Wamena: Dia Menghadang Massa
Selama merantau di Wamena, Inamah bekerja sebagai guru di SDN Wamena. Sedangkan suaminya bekerja sebagai seorang sopir.
"Setelah pendeta itu berkata demikian, massa meninggalkan tempat itu. Mereka kemudian menjarah kios di depan Perumahan SDN Wamena. Mereka juga membakar kios. Tapi pemilik kios melarang massa untuk membakar. Akhirnya mereka cuma mengambil barang dagangan kios," lanjutnya.
Bukan sampai disitu saja, massa juga menyerang kantor DPR dan Instansi Instansi Pemerintahan Wamena.
"Begitu sudah sampai, mereka langsung meledakkan kantor pemerintahan pakai Bom Molotov. Kantor Kejaksaan, Kantor Dinas Perhubungan, rumah kontrakan di sekitarnya dalam sekejap sudah habis terbakar," terangnya.
"Sambil berlari-lari kami minta evakuasi kepada Polres Jayawijaya. Pada saat keluar dari sekolahan, ada mobil Polres tapi sama kepolisian suruh kembali lagi ke sekolah. Waktu itu sudah ditembak gas air mata. Kami kembali ke sekolah sambil mengeluh rasa pedih di mata kami," keluhnya.
Beberapa jam kemudian, tanpa berpikir panjang, ia bersama guru, kepala sekolah dan para murid masuk ke dalam mobil dengan berdesak-desakan.
"Akhirnya kami diungsikan di Polres sama Kodim. Semua orang sudah berkumpul di sana. Kami tidak pulang selama 2 hari. Saya tidak bisa tidur di sana. Pada hari ketiga saya pulang ke rumah kontrakan dengan pengawalan dari kepolisian," ujarnya.
Baca: TERUNGKAP Ninoy Karundeng Sebut Dianiaya Pria Seorang Habib: Saya Diancam, Kepala Saya akan Dibelah
Baca: Inilah Hal Penting yang Harus Dilakukan Ayu Ting-Ting untuk Antisipasi Gangguan Psikologi Bilqis
Baca: HEBOH, Warga Gerebek Diduga Tempat Penyebaran Aliran Sesat dan Lokasi Perbuatan Asusila Antar Jamaah
Pada hari ketiga, lanjut Inamah, ia beserta suami dan kedua anaknya membawa baju untuk diserahkan kepada masyarakat yang mengungsi di Polres dan Kodim.
"Waktu itu KK saya ketinggalan tapi ya sudahlah. Kemudian saya dan suami daftar ke Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) untuk pulang kampung. Saya daftarnya pada hari ketiga, penuh dan ramai sekali. Terus suami saya ditolong sama teman temannya akhirnya, saya bisa daftar untuk pulang kampung," kenangnya.
Masih kata Inamah, Ia bersama suami dan kedua anaknya dipanggil lagi ke Auri pada hari Jumat (27/9/2019) dikumpulkan menjadi satu.
"Kami berbaris 10 orang. Begitu ada Pesawat Hercules tiba terus disuruh masuk sudah. Kalau tidak salah pada pukul 10.00 Wib. Kemudian dari Wamena, take off ke Timika terus ke Biak. Terus sampai ke Makassar. Kami bermalam di Asrama Auri. Paginya Sabtu (28/9/2019) kami diantar ke Semarang dengan pesawat yang sama dan bermalam di Dinas Sosial Semarang. Besoknya, dijemput oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Saya sampai di Mojokerto pada Minggu malam," terangnya.
Selama di Dinas Provinsi Jawa Timur, Alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan itu bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
"Saat bertemu Bu Khofifah, saya berharap bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar SD. Kalau Wamena sudah kondusif saya ikut suami dan kembali bekerja sebagai guru di SDN Wamena," harapannya.
Kini, Inamah berharap, Pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan konflik serta memulangkan warga pendatang yang terjebak dalam kerusuhan tersebut.
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Guru Mojokerto yang Terjebak Kerusuhan di Wamena: Diselamatkan Pendeta yang Menghalau Massa