Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lifestyle

Jangan Berbohong pada Anak Jika Tak Ingin Mereka Jadi Pembohong Saat Dewasa

What goes around, comes around. Mungkin istilah ini yang tepat untuk menggambarkan hal yang umum dilakukan oleh orangtua: berbohong kepada anak

Editor: Finneke Wolajan
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kebohongan pada anak bisa jadi sangat beragam di Indonesia.

Mulai dari “jangan duduk di pintu, nanti seret jodoh” atau “jangan nakal, nanti ditangkap polisi”.

 Jika Anda termasuk orangtua yang kerap berbohong seperti itu, saatnya hentikan sekarang.

Penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang pada masa kecil kerap dibohongi oleh orangtuanya, akan menjadi pembohong pada saat dewasa.

What goes around, comes around. Mungkin istilah ini yang tepat untuk menggambarkan hal yang umum dilakukan oleh orangtua: berbohong kepada anak.

Termasuk berbohong kepada orangtuanya sendiri.

 

Baca: 7 Manfaat Kunyit yang Diakui Dunia Barat, Bisa Mencegah dan Mengobati Berbagai Penyakit

Baca: 10 Cara Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, dari Sauna Hingga Konsumsi Kacang-kacangan

Baca: 10 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula dan Susu, Bersihkan Perut Hingga Antioksidan Bagi Tubuh

Penelitian ini dilakukan oleh Nanyang Technological University Singapore (NTU Singapore) bekerja sama dengan University of Toronto di Kanada, University of California di AS, serta Zhejiang Normal University di China.

Penelitian yang dimuat dalam Journal of Experimental Child Psychology ini dipimpin oleh Assistant Professor of Social Sciences NTU Singapore, Setoh Peipei.

“Kebohongan dalam mendidik anak mayoritas dilakukan karena sulitnya menjelaskan sesuatu hal yang kompleks.

Namun, perilaku seperti itu bisa memberikan pesan-pesan tersembunyi kepada anak.

Kebohongan yang dilontarkan orangtua bisa jadi melekat pada anak,” tutur Setoh seperti dikutip dari Science Daily, Minggu (6/10/2019).

Penelitian ini dilakukan kepada 379 orangtua muda Singapura dengan mengisi empat jenis kuisioner via online.

Kuisioner pertama adalah tentang kebohongan yang dilakukan terkait makanan, pergi atau tinggal, dan mengeluarkan uang.

Beberapa contoh kebohongan antara lain “kalau tidak ikut dengan kami (orangtua) sekarang, saya akan meninggalkanmu sendiri” serta “kami sedang tidak membawa uang, kita kembali lagi lain waktu”.

Kuisioner kedua adalah mengenai seberapa sering orangtua berbohong kepada anak mereka.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved