NEWS
Cerita Pemuda 20 Tahun, Sukses Jadi Prajurit TNI, Sempat Gagal Lima Kali Tes Karena Ada Masalah Gigi
Kisah seorang pemuda 20 tahun yang lolos menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sempat lima kali gagal saat mengikuti tes.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah seorang pemuda 20 tahun yang lolos menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sempat lima kali gagal saat mengikuti tes.
Namanya Aris Ardianto. Orangtua Prada Aris Ardianto, Muslih (51) dan Suratinah (58) tak pernah menyangka anak laki-lakinya berhasil lolos menjadi prajurit.
Terlatih memiliki semangat juang yang tinggi ini membuat Prada Aris Ardianto (20) tak menyerah meski sudah mengalami kegagalan sebanyak lima kali untuk menjadi abdi negara.
Anak kedua dari pasangan Muslih dan Suratinah ini menceritakan langkah demi langkah perjalananya hingga bisa berada di fase saat ini
Menurutnya, roda kehidupan tak selamanya mulus, seperti air yang terus mengalir. Banyak perjuangan serta pengorbanan yang harus ia lalui bersama kedua orang tuanya.
Awalnya, ia harus merasakan fase gagal saat menjalani tes kesehatan. Yang menyebabkan ia gagal adalah adanya permasalahan di bagian giginya sehingga harus beberapa kali pergi ke dokter untuk memastikan kesehatan giginya.
Kemudian, ia mencoba dan mencoba kembali mengikuti tes abdi negara tersebut. Lagi dan lagi pil pahit harus ia terima, karena tim dari pusat menyatakan perjuangannya harus terhenti.
Baca: Jangan Berbohong pada Anak Jika Tak Ingin Mereka Jadi Pembohong Saat Dewasa
Baca: INFO PENTING! Bagi Pengguna Smartphone, Ini Daftar Ponsel yang tak Bisa Lagi Pakai WhatsApp
Baca: Rusia Punya Empat Pesawat Pembom Yang Paling Berbahaya, Peningkatan Dalam Sistem Rudal dan Amunisi
Facebook Tribun Manado :
"Ketika merasakan kegagalan itu, saya rasa putus asa dan susah tidur memikirkannya. Namun semua rasa gelisah itu terbayarkan sudah," ungkapnya bersyukur, Sabtu (5/10/2019).
Saat ditemui Tribun Pontianak, ia menuturkan sedari kecil memang bercita-cita menjadi prajurit TNI. Kedua orang tuanya selalu mendukung serta memberikan dorongan kuat kepadanya.
"Alasan terkuat saya adalah orangtua. Saya ingin membahagiakan mereka. Dan ingin menaikkan haji kedua orang tua saya," ujarnya dengan tekad kuat.
Patah semangat tak menjadikannya layu. Bahkan, jika tanpa doa kedua orang tuanya, ia pasti takkan bisa seperti saat ini. Melihat perjuangan ayah dan ibu, membuatnya bangkit.
"Karena doa orang tua, saya bisa membuat mereka bangga. Saya tidak ingin mengecewakan mereka, menjadi pahlawan yang berjasa si hidup saya," paparnya.
Prada Aris memiliki saudara kembar, yakni anak pertama. Serta seorang adik yang masih duduk di bangku sekolah.
Sebagai seorang ayah, Muslih pun menceritakan, sebelum menjadi tentara. Prada Aris pernah mendaftar menjadi anggota kepolisian, namun gagal.
Baca: Duka Mendalam Bayi Kembar Meninggal, Irish Bella Tak Ikut Mengantarkan Jenazah Bayi Saat Dikebumikan
Baca: PERINGATAN Dini BMKG Hari Ini Senin 7 Oktober 2019, Hujan Lebat Dengan Petir dan Gelombang Tinggi
Baca: Panjat dan Potong Pohon Melinjo, Lima Belas Menit Tiba-Tiba Terjatuh di Tumpukan Batu dan Meninggal
Instagram Tribun Manado :
Saat itu, hanya bermodalkan surat keterangan tidak mampu. Kemudian dilanjutkan kembali mencoba mendaftar TNI, namun nasib baik belum juga menghampiri.
Menurut bapak tiga ini, perjalanan panjang harus dilalui anaknya tersebut.
Lima kali gagal mengikuti tes TNI, tak menyurutkan semangat anaknya.
Bahkan ia bersama istrinya tetap terus mendukung dan memberikan semangat ketika anaknya harus merasakan saat-saat rapuhnya kegagalan.
Walaupun hidup dalam keterbatasan yang ada, hanya tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bekerja sebagai kuli bangunan.
Tak pernah menyurutkan niat Muslih, sebagai orang tua untuk terus mendukung keinginan anaknya.
Menurut pengakuan ayah Prada Aris, anaknya tersebut sejak kecil telah bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, sang anak ingin mengabdi kepada ibu pertiwi.
"Jujur, saya tidak pernah menyangka anak saya menjadi seorang anggota TNI dan saya sangat bangga kepadanya," ujarnya.
Sejak kecil, Muslih selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak keduanya. Tak jarang, seringkali ia bisa bersikap keras kepada anaknya. Begitulah cara ia mendidik hingga anaknya bisa sukses seperti sekarang.
"Dari kelas 4 SD, anak saya sudah diajarkan untuk ikut jejak bapaknya, Supaya anak saya tahu, ini pekerjaan bapaknya. Waktu itu mengaduk semen dan pasir hingga anak saya lulus SMA," ucapnya.
Raut wajah penuh bangga, tergambar jelas. Bahkan ia pun merasa terharu melihat kegigihan anaknya itu hingga mampu berdiri diatas kaki sendiri.
Namun, dibalik semua itu. Muslih selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bernasib sepertinya. Ia bahkan meminta anaknya, dapat berpendidikan lebih tinggi dibanding kedua orang tuanya.
"Tapi saya selalu mewariskan kepada anak saya, jangan bernasib seperti bapaknya, hanya kuli bangunan. Anak saya harus memperbaiki masa depannya," terangnya.
Bahkan, Muslih dari dulu hingga saat ini, tak henti-hentinya berpesan agar anaknya jangan pernah meninggalkan ibadah salat, mengaji dan senantiasa menjaga kesehatan.
Tak hanya Muslih,sang istri pun mengaku bangga anaknya menjadi abdi negara, walaupun terkadang ada selaksa rindu yang datang silih berganti berharap dapat bertemu.
"Yang terpenting anak saya tetap ingat kepada saya, itu sudah cukup. Namun kalau ada waktu luang, alhamdulillah biasa menelpon. Komunikasi tetap terus terjalin," ungkapnya sesekali tersenyum simpul.
Lain halnya dengan Suratinah. Sebagai seorang ibu, ia menuturkan, karakter sang suami yang disiplin dan tegas terhadap anak-anaknya. Menjadikannya, ia harus mampu menjadi penyeimbang di dalam rumah tangga.
"Ketika bapak keras sama anak-anak, saya pasti mencairlan suasana, melunakkan hati. Sang anak selalu berlindung kepada saya," ucapnya.
Meksipun Suritnah hanya tamatan Sekolah Dasar (SD), jerih payah sebagai cleaning service ditambah penghasilan sang suami, buruh bangunan.
Menjadikannya harus menyisihkan sebagian rezekinya untuk kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak-anaknya.
"Kami menabung demi anak-anak kami. Penghasilan terbatas, tak menjadikan pendidikan anak-anak kami terhambat. Kami selalu mendukung pendidikan terbaik untuk mereka," jelasnya.
Lebih lanjutnya, ia mengaku sang anak, Prada Aris selalu berbakti serta tidak pernah menyakiti hati orang tua.
"Dia adalah anak yang berbakti, tidak pernah membebankan orang tuanya. Anaknya mandiri," imbuhnya.
Muslih maupun Suritnah sama-sama mengharapkan Prada Aris dapat menjadi prajurit yang patuh dan berjuang demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Lulus Setelah Lima Kali Gagal, Prada Aris Ardianto : Bertekad Hajikan Kedua Orangtua
Subscribe YouTube Channel Tribun Manado :