Joker
Joker Lebih dekat Ke Filsafatnya Nietzsche dan Albert Camus Daripada Psikopat, Atau Membingungkan?
Apa yang Anda bayangkan bila melihat badut? Bagi sebagian orang, badut itu lucu, menggemaskan, dan juga menyenangkan, apalagi untuk anak-anak.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Apa yang Anda bayangkan bila melihat badut? Bagi sebagian orang, badut itu lucu, menggemaskan, dan juga menyenangkan, apalagi untuk anak-anak.
Tapi, bagi sebagian anak-anak lain, badut itu justru menakutkan. Takut pada badut disebut coulrophobia.
Dengan kulitnya yang putih luar biasa, rambut hijau, bibir merah cerah, dan senyum lebar, Joker, musuh bebuyutan Batman, dapat membangkitkan ketakutan yang sama.
Kini, sosok badut bengis tersebut difilmkan secara khusus dengan judul "Joker" di mana Joaquin Phoenix berperan sebagai si badut gila.
Pada tahun 1970, profesor robotika Masahiro Mori mengemukakan teori lembah luar biasa.
Sebagian besar, respons emosional kita terhadap mesin cukup netral, sementara respons emosional kita terhadap manusia dan benda-benda seperti boneka beruang, cukup positif.
Tetapi jika sesuatu terlihat hampir tetapi tidak terlalu manusiawi, itu membangkitkan perasaan negatif ketakutan dan jijik: yang disebut lembah aneh.
Berita Populer
Baca: Kekompakan Veronica Tan & Puput Devi Jelang Lahiran Anak Ahok BTP, Ini yang Dilakukan Keduanya!
Baca: Jadi Ketua MPR RI, Bamsoet Jabat Tangan pada Airlangga Hartarto: Terima Kasih pada Ketua Umum Saya
Baca: Cut Meyriska & Roger Danuarta Dapat Kritikan Pedas, Kepergok Ciuman Saat Bulan Madu di Thailand
Apa yang menjelaskan lembah yang aneh itu? Bisa jadi humanoids seperti Joker membangkitkan kematian atau penyakit.
Atau bisa jadi mereka mengacaukan pikiran kita dengan cara tertentu, yaitu dengan melanggar norma dan harapan, atau dengan menipu dan sulit dibaca.
Senyum lebar dari mulut Joker tentu saja membuatnya menipu dan sulit dibaca.
Uniknya, Joker terkadang mengenakan bunga yang bisa menembakkan racun mematikan di pangkuannya.
Sementara, kita berpikir bahwa bunga biasanya tidak berbahaya, bahkan menawan, menggarisbawahi sifatnya yang sangat menipu.
Meski begitu, Joker telah, selama beberapa inkarnasinya, menjadi ikon budaya, salah satu penjahat yang paling dikenal dalam semua fiksi.