News
Najwa Shihab Dinasehati Mahfud MD soal Berita Hoaks: Diamkan Saja, Tak Usah Ditanggapi
Menanggapi klarifikasi Najwa Shihab itu, Pakar Tata Hukum Negara, Mahfud MD turut berkomentar.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mahfud MD berikan nasihat pada presenter ternama, Najwa Shihab terkait hoaks di media sosial.
Jurnalis sekaligus presenter ternama, Najwa Shihab sempat menjadi korban hoaks di media sosial.
Foto lamanya bersama dengan Ketua Umum Partai Berkarya Tommy Soeharto dikaitkan dengan situasi politik Indonesia saat ini, yakni isu KPK dan demontrasi mahasiswa.
Namun, Najwa Shihab telah memberikan klarifikasi bahwa berita itu hanyalah hoaks belaka.
Menanggapi klarifikasi Najwa Shihab itu, Pakar Tata Hukum Negara, Mahfud MD turut berkomentar.
Hal itu diungkapkan melalui akun resmi Twitternya @mohmahfudmd pada Minggu (29/9/2019).
Mahfud MD meminta agar Najwa Shihab yang sebagai pengguna internet untuk sabar.
Baca: Wanita Ini Mengaku Sudah Melayani Lebih Dari 10 Ribu Pria Dari Beragam Latar Belakang
Baca: Saking Sayang Pada Betrand Peto, Begini Cara Sarwendah Tan Marahi Putranya
Baca: Simpan Bom Molotov Untuk Aksi Massa di Jakarta, Dosen IPB Diciduk Densus 88, Begini Respon Rektorat
FOLLOW FACEBOOK TRIBUN MANADO
Ia meminta agar pembawa acara Mata Najwa itu tenang menghadapi buzzer atau orang yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan informasi bisa benar maupun palsu secara masif.
Menurut Mahfud MD, buzzer tak perlu ditanggapi serius.
Pasalnya, mantan Menteri Hukum dan HAM ini percaya bahwa warganet sudah pintar memilah berita yang benar atau tidak.
Mbak Najwa, Saya sering menyarankan teman-teman pegiat medsos agar cool dan tenang menghadapi serangan buzzer di medsos."
"Diamkan saja, tak usah ditanggapi, nanti akhirnya netizen saling menjawab sendiri. Dan dari situ bisa diketahui, berapa juta yg mendukung dan berapa biji yg berbuzzerria," demikian nasihat Mahfud MD pada Najwa Shihab.

Mengetahui klarifikasi Najwa Shihab itu, Pakar Tata Hukum Negara, Mahfud MD turut berkomentar. (Twitter.com/@mohmahfudmd)
Dilansir TribunWow.com, klarifikasi itu juga diunggah Najwa Shihab melalui akun Instagram pribadinya, @najwashihab, pada Sabtu (28/9/2019).
Melalui postingan yang diunggahnya, Najwa Shihab mengatakan fotonya Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy merupakan foto lama pada 22 November 2017.
Namun, kata Najwa Shihab, foto itu disebarkan kembali dengan narasi yang tidak benar.
Najwa Shihab mengatakan disinformasi itu menjadi serangan personal yang jahat terhadap dirinya.
Berikut ini klarifikasi lengkap dari Najwa Shihab:
"KLARIFIKASI ATAS DISINFORMASI FOTO PERTEMUAN NAJWA DAN TOMMY SOEHARTO
Sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait situasi terakhir politik Indonesia, terutama isu KPK dan demonstrasi mahasiswa, membuat saya, Najwa Shihab, didiskreditkan lewat berbagai disinformasi.
Foto lama saya dengan Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy diedarkan kembali bersama capture-an sebuah berita berjudul “Kabar Mengagetkan, Najwa Shihab, Tommy Soeharto, Noorsy Dan Lieus Akhirnya Bersepakat Untuk….”
Saya diframing sebagai antek Orde Baru karena bertemu Tommy Soeharto dan karena ayah saya, Prof. Quraish Shihab, pernah diangkat sebagai Menteri Agama di era Soeharto. Tidak hanya itu, sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait KPK juga di-framing sebagai bentuk konflik kepentingan saya dengan KPK karena suami saya, Ibrahim Assegaf, partner di lawfirm Assegaf Hamzah & Partners yang didirikan — salah satunya oleh — Chandra Hamzah, mantan komisioner KPK.
Foto yang beredar itu diambil pada 22 November 2017. Saya datang bersama kru Narasi TV, termasuk CEO dan Pemimpin Redaksi Narasi TV saat itu yaitu Catharina Davy dan Olivia Rosalia. Tujuan pertemuan: menjajaki sekaligus mengundang kehadiran Tommy di Catatan Najwa (saat itu saya sedang jeda dari televisi). Tommy saat itu diundang dalam status sebagai pendiri Partai Berkarya yang baru saja lolos verifikasi KPU dan dinyatakan sebagai peserta Pemilu 2019.
Tommy menyatakan kesediaannya saat itu, namun perlu mencari jadwal yang tepat. Tommy berkali-kali menunda jadwal yang sempat disepakati. Tommy baru bisa diwawancarai di kediamannya pada 5 Juli 2018. Hasil wawancara itu tayang di Mata Najwa pada 11 Juli 2018 dengan tajuk “Siapa Rindu Soeharto”.
Tommy muncul dalam tiga segmen pertama. Dalam tiga segmen itu, saya menyoal sejumlah topik penting terkait rekam jejak Tommy dan kasus-kasus korupsi serta pelanggaran HAM yang dilakukan ayahandanya. Segmen 1 dibuka dengan memperkenalkan Tommy sebagai “dalang pembunuhan Hakim Syaifuddin”. Saya juga mencecar klaim Tommy soal masyarakat merindukan era Orde Baru di segmen ketiga.
Selain Tommy, hadir narasumber lain seperti Priyo Budi Santoso sebagai Sekjen Partai Berkarya. Saya juga mengundang Haris Azhar, seorang pegiat HAM, untuk menguji klaim-klaim yang disodorkan Tommy maupun Priyo.
Baca: Kisah Seorang Anak yang Tewas Ditangan Pembunuh Bayaran Suruhan Ibunya, Dipicu Masalah LGBT
Baca: Bingung Cari Cara Atasi Kecemasan dan Stres, Makanan dan Minuman Ini Bisa jadi Solusinya
Baca: Khabib Nurmagomedov Beri Tanggapan Atas Tantangan Zlatan Ibrahimovic
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Disinformasi yang disebarkan adalah serangan personal yang jahat. Tuduhan “antek Orde Baru” sama sekali tidak berdasar karena sikap saya jelas dalam menyangkut warisan-warisan Orde Baru. Tidak terbilang produk-produk jurnalistik Mata Najwa yang berisi sikap kritis terhadap Orde Baru dan itu juga tercermin dalam episode “Siapa Rindu Soeharto?”
Saya sangat keberatan sikap personal saya sebagai jurnalis dikait-kaitkan dengan keluarga saya.
Selain personal, disinformasi ini juga merupakan serangan terhadap kerja-kerja jurnalistik. Tidak terbilang cacian terhadap media yang memberitakan topik mengenai revisi UU KPK dan demonstrasi mahasiswa minggu lalu. Saya, Mata Najwa dan Narasi TV tidak sendirian dalam hal ini.
Kritik kepada pers jelas diperbolehkan, bahkan penting, bagi demokrasi, juga bagi pers. Tidak ada pers yang sempurna. Tetapi jika yang dilakukan adalah serangan personal, ad hominem, apalagi hingga membawa-bawa keluarga, persoalannya menjadi sangat berbeda.
Seseorang menulis serangan kepada saya sebagai kill the messenger. Saya menghargai pendapat tersebut, kendati sejujurnya saya tidak berpikir sejauh itu karena toh saya masih bisa bekerja dan beraktifitas seperti biasa. Saya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kontraproduktif bagi usaha merawat ruang publik yang sehat, yang menghargai perbedaan pendapat, yang tidak dicemari oleh doxing, disinformasi, dan pembunuhan karakter.
Hari-hari ini Indonesia memang sedang dilanda kompleksitas persoalan. Hal itu hendaknya disikapi dengan memperbanyak dialog: antara para elit dengan warga, antara warga dengan warga, antara sesama kita. Dalam episode Mata Najwa terakhir, bahkan saya membuka topik tentang perlunya pemerintah berdialog dengan para mahasiswa yang saat itu saya undang. Bahwa pertemuan itu batal adalah persoalan lain. Saat itu saya hanya membuka kemungkinan hadirnya percakapan yang setara karena saya percaya pers punya tanggungjawab merawat ruang publik sebagai arena yang terbuka bagi perdebatan, aneka pikiran, ragam kegelisahan, hingga kekecewaan.
28 September 2019
Najwa Shihab," bunyi klarifikasi yang diunggah Najwa Shihab.

Presenter Najwa Shihab memberikan klarifikasi atas disinformasi foto pertemuan dirinya dengan Tommy Soeharto. (Instagram/@najwashihab)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com
Baca: Mata Kamu Selalu Berair, Simak Ini Mungkin Kondisi Mata Yang Terlalu Kering Atau Ada Penyakit
Baca: Berbagai Macam Menu Makanan Untuk Manusia di Sejumlah Negara Ini Terbuat Dari Darah
Baca: Megawati Kunjungi Sulut Expo 2019, ODSK Resmi Tutup Kegiatan
SUBSCIBE YOUTUBE CHANNEL TRIBUN MANADO OFFICIAL