Sejarah Indonesia
Kisah Soeharto, Dapat Kiriman Misterius Jelang G30S, Ajudan & Bu Tien Tak Tau: Kiriman yang Ganjil
Seorang ajudan Soeharto, Wahyudi pernah mengungkap peristiwa yang dialami presiden ke-2 itu jelang terjadinya G30S.
Sebagai saksi adanya gerakan 30 September tahun 1965, Amelia Achmad Yani menyimpan duka mendalam terkait kejadian mencekam tersebut.
Namun Amelia Yani, yang merupakan putri dari pahlawan Ahmad Yani, yang gugur pada peristiwa tersebut rupanya masih memeringati tanggal bersejarah itu.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Sabtu (28/9/2019), Amelia Yani masih mengadakan tahlilan untuk memeringati peristiwa yang harus menghilangkan nyawa sang ayah itu.

Seperti terlihat dari Wikipedia.com, Amelia Yani merupakan wanita yang terlahir pada 22 Desember 1949.
Wanita yang kini menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Bosnia–Herzegovina ini lahir di kota Magelang.
Sempat mengemban ilmu di tiga universitas berbeda setelah lulus SMA, yakni jurusan Fakultas Sastra Jurusan Antropologi, Universitas Indonesia, University of Hull East Yorkshire - Sociology and South East Asian Studies dan Bussiness Administration Pitman College, London, Inggris.
Sebelum menjadi duta besar, Amelia Yani sempat memegang jabatan di dua perusahaan berbeda lalu menjadi Tim Ahli Pendampingan dan Pelatihan Bappenas sekitar tahun 2003 hingga 2004.
Amelia Yani juga sempat berkiprah di dunia politik sebagai Ketua Umum DPP Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) dan kemudian bergabung dalam partai Hanura.
Amelia Yani sempat menjadi fenomenal ketika menceritakan bahwa dirinya sempat tinggal lebih dari 20 tahun di sebuah desa kecil untuk menepi dari keramaian kota.
Dari pengalamannya tinggal di desa itulah ia kemudian dapat berdamai dengan keadaan yang dirasa tak adil baginya.
Ingatannya terhadap peristiwa G30S selalu muncul sebagai peristiwa kelam saat memasuki bulan September.
"Seperti sebuah potret yang berjalan," ungkap Amelia.
Sehingga pada saat itu dirinya pasti akan menggelar acara tahlilan.
Meskipun saat ini tak berada di Indonesia, Amelia Yani selalu mencoba menyesuaikan dengan waktu di tanah air.
"Dan, saya sesuaikan, kalau di sini (di Wisma Indonesia), di Sarajevo (Bosnia-Herzegovina), saya sesuaikan tanggalnya dengan di Jakarta, jamnya juga bersamaan," jelasnya.
"Kodam (di Jakarta) membuat tahlilan setelah magrib, di sini jam satu (13.00 waktu Sarajevo)."
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Jelang G30S Meletus, Ajudan Soeharto Ungkap Cerita Presiden Dikirimi Patung dari Sosok Misterius