Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Terkini

Najwa Shihab Sempat Ketemu Tommy Soeharto: Saya Diframing Sebagai Antek Orde Baru

Najwa Shihab menjelaskan bahwa foto dirinya bersama Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy adalah foto lama pada 22 November 2017

Editor: Rhendi Umar
NUGYASA LAKSAMANA/BOLASPORT.COM
Presenter Najwa Shihab turut menghadiri Indonesian Sport Awards 2018, di Studio 1 Trans TV, Jakarta, Jumat (23/11/2018). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Presenter Najwa Shihab memberikan klarifikasi atas disinformasi foto pertemuan dirinya dengan Ketua Umum (Ketum) Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.

Dilansir TribunWow.com, hal itu diunggah Najwa Shihab melalui akun Instagram pribadinya, @najwashihab, pada Sabtu (28/9/2019).

Melalui postingan yang diunggahnya, Najwa Shihab menjelaskan bahwa foto dirinya bersama Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy merupakan foto lama pada 22 November 2017.

Namun, kata Najwa Shihab, foto itu disebarkan kembali dengan narasi yang tidak benar.

Najwa Shihab mengatakan disinformasi itu menjadi serangan personal yang jahat terhadap dirinya.

Berikut ini klarifikasi lengkap dari Najwa Shihab:

"KLARIFIKASI ATAS DISINFORMASI FOTO PERTEMUAN NAJWA DAN TOMMY SOEHARTO

Sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait situasi terakhir politik Indonesia, terutama isu KPK dan demonstrasi mahasiswa, membuat saya, Najwa Shihab, didiskreditkan lewat berbagai disinformasi.

Foto lama saya dengan Tommy Soeharto, Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy diedarkan kembali bersama capture-an sebuah berita berjudul “Kabar Mengagetkan, Najwa Shihab, Tommy Soeharto, Noorsy Dan Lieus Akhirnya Bersepakat Untuk….”

Saya diframing sebagai antek Orde Baru karena bertemu Tommy Soeharto dan karena ayah saya, Prof. Quraish Shihab, pernah diangkat sebagai Menteri Agama di era Soeharto. Tidak hanya itu, sikap editorial Narasi TV dan Mata Najwa terkait KPK juga di-framing sebagai bentuk konflik kepentingan saya dengan KPK karena suami saya, Ibrahim Assegaf, partner di lawfirm Assegaf Hamzah & Partners yang didirikan — salah satunya oleh — Chandra Hamzah, mantan komisioner KPK.

Foto yang beredar itu diambil pada 22 November 2017. Saya datang bersama kru Narasi TV, termasuk CEO dan Pemimpin Redaksi Narasi TV saat itu yaitu Catharina Davy dan Olivia Rosalia. Tujuan pertemuan: menjajaki sekaligus mengundang kehadiran Tommy di Catatan Najwa (saat itu saya sedang jeda dari televisi). Tommy saat itu diundang dalam status sebagai pendiri Partai Berkarya yang baru saja lolos verifikasi KPU dan dinyatakan sebagai peserta Pemilu 2019.

Tommy menyatakan kesediaannya saat itu, namun perlu mencari jadwal yang tepat. Tommy berkali-kali menunda jadwal yang sempat disepakati. Tommy baru bisa diwawancarai di kediamannya pada 5 Juli 2018. Hasil wawancara itu tayang di Mata Najwa pada 11 Juli 2018 dengan tajuk “Siapa Rindu Soeharto”.

Tommy muncul dalam tiga segmen pertama. Dalam tiga segmen itu, saya menyoal sejumlah topik penting terkait rekam jejak Tommy dan kasus-kasus korupsi serta pelanggaran HAM yang dilakukan ayahandanya. Segmen 1 dibuka dengan memperkenalkan Tommy sebagai “dalang pembunuhan Hakim Syaifuddin”. Saya juga mencecar klaim Tommy soal masyarakat merindukan era Orde Baru di segmen ketiga.

Selain Tommy, hadir narasumber lain seperti Priyo Budi Santoso sebagai Sekjen Partai Berkarya. Saya juga mengundang Haris Azhar, seorang pegiat HAM, untuk menguji klaim-klaim yang disodorkan Tommy maupun Priyo.

Disinformasi yang disebarkan adalah serangan personal yang jahat. Tuduhan “antek Orde Baru” sama sekali tidak berdasar karena sikap saya jelas dalam menyangkut warisan-warisan Orde Baru. Tidak terbilang produk-produk jurnalistik Mata Najwa yang berisi sikap kritis terhadap Orde Baru dan itu juga tercermin dalam episode “Siapa Rindu Soeharto?”

Saya sangat keberatan sikap personal saya sebagai jurnalis dikait-kaitkan dengan keluarga saya.

Selain personal, disinformasi ini juga merupakan serangan terhadap kerja-kerja jurnalistik. Tidak terbilang cacian terhadap media yang memberitakan topik mengenai revisi UU KPK dan demonstrasi mahasiswa minggu lalu. Saya, Mata Najwa dan Narasi TV tidak sendirian dalam hal ini.

Kritik kepada pers jelas diperbolehkan, bahkan penting, bagi demokrasi, juga bagi pers. Tidak ada pers yang sempurna. Tetapi jika yang dilakukan adalah serangan personal, ad hominem, apalagi hingga membawa-bawa keluarga, persoalannya menjadi sangat berbeda.

Seseorang menulis serangan kepada saya sebagai kill the messenger. Saya menghargai pendapat tersebut, kendati sejujurnya saya tidak berpikir sejauh itu karena toh saya masih bisa bekerja dan beraktifitas seperti biasa. Saya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kontraproduktif bagi usaha merawat ruang publik yang sehat, yang menghargai perbedaan pendapat, yang tidak dicemari oleh doxing, disinformasi, dan pembunuhan karakter.

Hari-hari ini Indonesia memang sedang dilanda kompleksitas persoalan. Hal itu hendaknya disikapi dengan memperbanyak dialog: antara para elit dengan warga, antara warga dengan warga, antara sesama kita. Dalam episode Mata Najwa terakhir, bahkan saya membuka topik tentang perlunya pemerintah berdialog dengan para mahasiswa yang saat itu saya undang. Bahwa pertemuan itu batal adalah persoalan lain. Saat itu saya hanya membuka kemungkinan hadirnya percakapan yang setara karena saya percaya pers punya tanggungjawab merawat ruang publik sebagai arena yang terbuka bagi perdebatan, aneka pikiran, ragam kegelisahan, hingga kekecewaan.

28 September 2019
Najwa Shihab," bunyi klarifikasi yang diunggah Najwa Shihab. 

Presenter Najwa Shihab memberikan klarifikasi atas disinformasi foto pertemuan dirinya dengan Tommy Soeharto.
Presenter Najwa Shihab memberikan klarifikasi atas disinformasi foto pertemuan dirinya dengan Tommy Soeharto. (Instagram/@najwashihab)

Najwa Shihab Bingung dengar Jawaban Fahri Hamzah : Muter-muter Itu Kan Lebih Romantis

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) RI, Fahri Hamzah membuat kesal presenter Najwa Shihab.

Dilansir TribunWow.com, hal itu tampak dalam acara 'Mata Najwa' yang disiarkan langsung oleh Facebook Trans7, Rabu (25/9/2019).

Mulanya, Najwa Shihab tampak membacakan pernyataan Fahri Hamzah yang dimuat di sebuah media massa.

Dalam pernyataan itu, Fahri Hamzah menyebut cara untuk menekan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu).

 Perppu ini nantinya akan digunakan untuk mengesahkan kembali Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang lama.

"Salah satu cara menekan Presiden Jokowi adalah menerbitkan Perppu."

"Saya tahu permainan ini, mereka akan lumpuhkan presiden sampai keluarkan Perppu, mengesahkan kembali UU KPK lama," kata Najwa Shihab membacakan pernyataan Fahri Hamzah.

Lantas, Najwa Shihab mempertanyakan maksud dari permainan yang dimaksud oleh Fahri Hamzah.

Menanggapi hal itu, Fahri Hamzah mengaku senang saat dirinya diundang untuk menyampaikan suatu perdebatan.

Mantan politikus PKS ini juga mengatakan dirinya sering mengirimkan buku-buku yang sudah ditulisnya ke beberapa aktivis.

"Jadi dalam perdebatan transisional ini, saya terus terang senang kalau diundang teman-teman."

"Maka saya kalau nulis buku saya kirim kantor, ke beberapa dari aktivis-aktivis dan saya suka beda pendapat, sekadar untuk mulai kita diskusi untuk..," ujar Fahri Hamzah yang langsung dipotong Najwa Shihab.

"Bang Fahri, tolong dijawab permainan apa Bang Fahri?," tanya Najwa Shihab.

"Maksudnya gini, saya agak frustasi karena setiap presiden ini, presidensialisme dan presiden dipilih, ditanya bagaimana memberantas korupsi," jawab Fahri Hamzah.

"'Kan saya mewakili rakyat, rakyat melihat korupsi kok enggak selesai-selesai, saya kan mendengar masyarakat, dia bilang kok enggak selesai-selesai tiap hari ditangkap, tiap hari kok enggak selesai?', saya tanya," sambungnya.

Suasana program acara Mata Najwa yang mengambil tema Ujian Reformasi, Rabu (25/9/2019) malam.
Suasana program acara Mata Najwa yang mengambil tema Ujian Reformasi, Rabu (25/9/2019) malam. (Capture Facebook/Trans7)

Najwa Shihab lantas memotong pernyataan Fahri Hamzah dan menanyakan kenapa mahasiswa tidak didengar oleh anggota DPR.

"Mendengarkan masyarakat, kenapa mahasiswa enggak didengar?," ucap Najwa Shihab.

"Makanya, termasuk mahasiswa," ujar Fahri Hamzah yang mendapat sorakan dari penonton.

Lebih lanjut, Fahri Hamzah mengklaim dirinya sering berdialog dengan mahasiswa.

"Saya berani bilang bahwa saya termasuk politisi yang paling banyak masuk kampus dan berdialog dengan mahasiswa. Saya bisa klaim itu, harusnya ada juara kalau saya bisa juara untuk itu," ungkap Fahri Hamzah.

Tak puas mendengar jawaban Fahri Hamzah, Najwa Shihab terus mencecar maksud dari permainan yang diucapkan sang politikus.

"Bang Fahri Anda tidak menjawab pertanyaan saya, permainan siapa ini?," cecar Najwa Shihab.

"Presiden yang seharusnya punya permainan, dialah yang harusnya menentukan dan ditagih kok korupsinya enggak selesai."

"Dan dia harus membuat definisi, 'Saya akan selesaikan (korupsi) ini dalam lima tahun," kata Fahri Hamzah dengan nada meninggi.

Mendengar pernyataan Fahri Hamzah yang dinilai tak menjawab pertanyaannya, Najwa Shihab melempar pertanyaan itu ke mahasiswa yang juga jadi narasumber dalam acara Mata Najwa.

"Apakah itu yang dilakukan teman-teman mahasiswa sekarang, ada permainan untuk melumpuhkan presiden?," tanya Najwa Shihab.

Mendengar hal itu, Fahri Hamzah mengatakan dirinya ingin menjawab pertanyaan dari Najwa Shihab.

"Entar dulu, makanya saya jawab dulu dong," kata Fahri Hamzah.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Fahri Hamzah saat memberi penjelasan dalam acara Mata Najwa, Rabu (25/9/2019) malam.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Fahri Hamzah saat memberi penjelasan dalam acara Mata Najwa, Rabu (25/9/2019) malam. (Capture Facebook/Trans7)

Najwa Shihab yang mendengar pernyataan itu tampak protes pada Fahri Hamzah untuk segera menjawab pertanyaannya.

"Langsung dijawab Bang Fahri, soalnya muter-muter, langsung to the point," tegas Najwa Shihab yang dapat riuh tepuk tangan penonton.

"Gini lho, ya kalau jalan-jalan, muter-muter itu kan lebih romantis," jawab Fahri Hamzah.

"Jadi maksudnya gini, saya tanya presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dua kali, presiden Jokowi selalu ditanya, 'Gimana ini menyelesaikan korupsi ini?'"

"Kita perkuat KPK, Pak Jokowi pernah diwawancara panjang, 'Kita perkuat KPK'."

"Ini yang saya sebel, tapi waktu kita tanya, 'KPK independen tidak bisa kita ganggu'."

"Lhoh ini presidensialisme, masyarakat nyetrum sampeyan kok sebagai presiden tidak punya determinasi untuk mengatakan lima tahun saya selesaikan korupsi."

"Kalau saya jadi presiden setahun ini saya selesaikan," urai Fahri Hamzah.

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Najwa Shihab Klarifikasi Foto Pertemuannya dengan Tommy Soeharto: Saya Diframing Antek Orde Baru

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved