G30S PKI
Kisah Mayjen DI Panjaitan Dibunuh Pasukan PKI, Sempat Ditolong Keluarga & Diperlakukan Bak Binatang
DI Panjaitan adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia yang meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 40 tahun.
Dan saat itu keluarganya menghalau untuk pasukan pembelot bertemu DI Panjaitan.
"Di bawah terjadi perlawanan oleh sepupu saya dan om saya, ada tiga orang laki-laki. Ya karena enggak puas mereka lasung tembak, jadi dua orang kena. Sambil sepupu saya teriak, orang Batak itu bilang Om, Tulang 'Tulang, tulang jangan turun'," ujarnya menceritakan kembali.
Baca: Kisah Tragis Lettu Pierre Tendean, Letnan yang Jadi Perisai Jenderal AH Nasution saat G30S/PKI 1965
Lantas para pasukan pembelot menanyakan kepada pembantunya dan mengetahui di mana DI Panjaitan berada.
"Nah kita kan enggak ngerti ya, akhirnya mereka masuk, pembantu ditanya 'Ndoromu mana?' terus kasih tunjuk, beliau atas," ungkapnya menirukan percakapan keduanya.
Saat itu ia berkisah, dirinya tak bisa meminta bantuan karena telepon pada jaman dahulu yang berbentuk paralel dipotong kabelnya dari lantai bawah.
"Akhirnya kita sibuk telepon, tapi dulu kan paralel, kita di atas, yang di bawah mereka gunting jadi enggak bisa cari bantuan."
"Akhirnya mereka di tangga teriak 'Bapak jenderal, bapak jenderal' panggil ayah saya. Terus ayah saya sedang sibuk ngokang-ngokang (senjata)."

Sang putri, Catherine Panjaitan mengungkapkan kesaksiannya ketika peristiwa DI Panjaitan dibunuh kelompok pembelot G 30 S. (Capture YouTube Inews Magazine)
Panggilan pasukan pembelot lantas dijawab oleh ibunya.
"Terus dijawab, 'Ada apa', (dijawab) 'Dipanggil kepala duka yang mulia'. Akhirnya ibu bilang 'Pakai-pakaian dulu', lalu (ayah) turun ke bawah, saya mau ikut dilarang ayah saya," sebutnya.
Ia menjelaskan saat itu ayahnya ditarik dengan paksa untuk turun ke bawah.
"Menurut rekontruksi mereka tarik ayah saya ke bawah, paksa dorong kasar sekali. Saya enggak boleh ayah saya ikut saya ke balkon mau lihat apa kelanjutannya," ujarnya.
Pada saat itu, ia melihat ayahnya dipaksa untuk hormat kepada perwira.
"Ayah saya disuruh hormat. Saya sebagai tentara ya mengerti, kok disuruh hormat? Terhadap perwira atau jenderal," kata Catherine.
Baca: Kisah Aipda KS Tubun, Korban G30S/PKI, Ditembak Mati Pembelot saat Upaya Selamatkan Pak Nasution
Namun DI Panjaitan menolak dan mendapat pukulan di dahi.
Catherine lantas tahu, tembakan dilepaskan oleh pasukan pembelot ke dahi ayahnya.