G30S PKI
Kisah Aipda KS Tubun, Korban G30S/PKI, Ditembak Mati Pembelot saat Upaya Selamatkan Pak Nasution
Singkat cerita, Karel merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr J Leimena. Rumah Leimena tepat di samping rumah Jenderal Ahmad Haris Nasution.
Penulis: Frandi Piring | Editor: Frandi Piring
Kisah KS Tubun Ditembak Mati Pembelot saat Upaya Selamatkan Pak Nasution
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah Aipda KS Tubun, Perwira Polisi yang menjadi korban kebiadaban G30S/PKI 1965.
KS Tubun merupakan satu-satunya anggota Polisi yang meninggal saat peristiwa G30S/PKI 1965.
Aipda KS Tubun bernama lengkap Karel Satsuit Tubun, lahir di Maluku, 14 Oktober 1928.
Ketika pecahnya pemberontakan para pembelot saat itu, Karel sama sekali bukan merupakan jenderal sasaran G30S/PKI.
Singkat cerita, Karel merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr J Leimena.
Di mana, rumah Leimena tepat di samping rumah Jenderal Ahmad Haris Nasution.
Dikutip dari BangkaPos.com, Kisah kelam 1 Oktober tahun 1965, sekelompok Gerakan 30 September mengepung rumah Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab).
Rumah Leimena tak luput dikepung oleh Gerakan 30 September. Karel yang sedang bertugas piket pagi tengah tertidur.
Ia dibangunkan secara paksa oleh pria-pria berbadan tegap. Melihat orang yang membangunkannya bukan orang yang dikenal, Karel spontan mengambil senjata dan menembakkan ke arah kelompok itu.

Namun, bombardir timah panas menembus Karel yang saat itu masih berpangkat Brigadir Polisi. Bahkan, bunyi tembakan kepada Karel juga menjadi upaya penyelamatan Nasution.
Atas jasanya tersebut, pemerintah memberi gelar Pahlawan Revolusi berdasar SK Presiden RI Nomor 111/KOTI/1965. Pangkatnya juga ditingkatkan secara anumerta dari Brigadir Polisi menjadi Ajun Inspektur Polisi Kelas Dua.
Kehidupan Pribadi

KS Tubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928.
KS Tubun lahir dari keluarga yang serba berkecukupan, bahkan tidak jarang kekurangan.
Ayahnya bernama Primus Satsuit Tubun, seorang penganut agama Katolik yang ketat.
KS Tubun memiliki tiga orang saudara, tiga laki-laku dan dua perempuan.
Pada 1959, KS Tubun menikah dengan seorang gadis Jawa, Margaretha.
Dari pernikahan itu, KS Tubun dan Margaretha dikaruniai tiga orang anak di antaranya Philipus Sumarno, Petrus Indro Waluyo, Linus Paulus Suprapto. (2)
KS Tubun meninggal pada 1 Oktober 1965 sebagai korban tragedi berdarah G30S, dua pekan sebelum ulang tahunnya yang ke-37.
Saat itu, KS Tubun tengah berjaga di rumah Wakil Perdana Menteri Johanes Leimena.
Ketika pasukan penculik G30S hendak menculik Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar, sebagian pasukan hendak melumpuhkan pengawalan yang menjaga rumah Johannes Leimena yang letaknya berdekatan dengan rumah Nasution.
Saat itu, KS Tubun mendapat giliran untuk berjaga di pos jaga, sedangkan teman-temannya di tempat lain.
KS Tubun dikeroyok delapan orang penculik yang kemudian menghabisi nyawanya dengan peluru panas.
Pada 5 Oktober 1965, KS Tubun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando Operasi Tinggi (KOTI) nomor 114/KOTI/1965 pada 5 Oktober 1965.
Selain itu, pangkatnya dinaikkan menjadi Ajun Inspektur Polisi II.
KS Tubun dimakamkan ke Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan. (3)
Like Halaman Facebook Tribun Manado:
Baca: Kisah Tragis Lettu Pierre Tendean, Letnan yang Jadi Perisai Jenderal AH Nasution saat G30S/PKI 1965
Riwayat Pendidikan
Karena lahir dari keluarga kurang mampu, KS Tubun hanya sempat mengenyam pendidikan formal di SD Katolik di Tual, Maluku Tenggara.
KS Tubun menyelesaikan pendidikan dasarnya pada 1941.
Ketika KS Tubun masih bersekolah, ibunya meninggal dunia.
Sementara untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, KS Tubun harus pergi ke tempat lain yang tentu akan memakan banyak biaya.
Baru pada 1951, ketika Kepolisian Negara (sekarang Polri) membuka kesempatan para pemuda untuk menjadi anggota polisi, KS Tubun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
KS Tubun langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Ambon.
Sebelum diterima, KS Tubun harus mengikuti ujian saringan lebih dulu.
Ujian tersebut akhirnya dapat dilewati dengan baik, KS Tubun diterima di SPN.
Pendidikan di SPN berlangsung selama enam bulan, KS Tubun mengikutinya dengan tekun.
Selama masa pendidikan, bakatnya sebagai seorang polisi sudah kelihatan. (4)
Baca: 10 Pahlawan Revolusi Gugur saat G30S PKI, Pembunuhan Jenderal Ini Didalangi Kakaknya Petinggi PKI
Riwayat Karier
Selesai menjalani pendidikan polisis di SPN, KS Tubun kemudian menjadi anggota Brimob dengan pangkat Agen Polisi Kelas Dua (Prajurit Dua Polisi).
KS Tubun bertugas di Ambon selama beberapa bulan.
Setelah itu, KS Tubun kemudian pindah ke Jakarta dan tetap ditempatkan di kesatuan Brimob namun pangkatnya sudah dinaikkan menjadi Agen Polisi Kelas Satu (Prajurit Satu Polisi).
Tugas Brimob berbeda dengan tugas Polisi Umum.
Anggota-anggota Brimob dilatih untuk tugas-tugas tempur.
Untuk itu mereka memperoleh pendidikan khusus, begitu pula dengan KS Tubun.
Dalam tahun 1954, KS Tubun mendapat perintah untuk mengikuti pendidikan di Megamendung, Bogor selama tiga bulan.
Pada 1950-an, di beberapa daerah di Indonesia terjadi pemberontakan.
Pemberontakan DITIl (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Aceh meletus pada 1953.
Baca: Beberkan Fakta Sebenarnya Hasil Visum 7 Jenderal Korban G30S, dr Lim Dimarahi Anak Jenderal
Pemberontakan ini dipimpin oleh Teungku Daud Beureuh.
Pemerintah terpaksa menumpasnya dengan mengerahkan kekuatan bersenjata.
Kesatuan-kesatuan Brimob pun ikut dikerahkan.
Pada 1955 KS Tubun mengikuti pasukannya yang mendapat tugas melakukan operasi militer terhadap DI/TII di daerah Aceh.
Tiga bulan lamanya ia bertugas di daerah ini.
Pengalaman itu adalah pengalaman pertama baginya dalam tugas tempur.
Belum lagi pemberontakan DI/TII selesai ditumpas, terjadi pula pemberontakan lain.
Pada 1958, golongan separatis mengumumkan berdirinya PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuangan Semesta) di Sumatra Barat dan Sulawesi Utara.
PRRI/Permesta tidak mengakui pemerintah pusat di Jakarta.
Baca: Kilas Balik Kisah Eks Prajurit Cakrabirawa yang Disiksa hingga Lari ke Thailand Pasca G30S/PKI
Pemerintah terpaksa pula mengerahkan kekuatan bersenjata untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Kekuatan Brimob pun kembali diikutsertakan, termasuk KS Tubun di dalamnya ikut melakukan operasi militer di daerah Sulawesi Utara.
Sementara itu, pada 1959, pangkat KS Tubun dinaikkan menjadi Agen Polisi Kepala (Kopral Polisi).
Pada tahun ini pula ia menikah dengan gadis pilihannya, Margaretha, yang berasal dari Jawa.
Dari pernikahan itu mereka memperoleh tiga orang anak laki-laki yakni Philipus Sumarna, Petrus Waluyo, dan Paulus Suprapto.
KS Tubun kembali mendapat perintah untuk mengikuti operasi militer di Sumatra Barat.
Baca: Nasib Para Pasukan Cakrabirawa Pasca G30S/PKI, Jadi Buron Negara, Kabur karena Akan Dieksekusi Mati
Ia bertugas di daerah ini selama enam bulan sejak Maret 1960.
Selama bertugas di Sumatra Barat, KS Tubun memperoleh pengalaman yang sangat berharga.
Sebagai seorang Katholik yang taat, ia bergaul akrab dengan umat Islam yang fanatik.
KS Tubun menyadari bahwa kerukunan beragama dapat diwujudkan di kalangan bangsa Indonesia.
Awal 1960-an ditandai dengan peristiwa besar di tanah air, yakni usaha membebaskan Irian Barat dari Penjajahan Belanda.
Usaha-usaha perundingan yang dilakukan pemerintah RI dengan Belanda pada waktu-waktu sebelumnya menemui kegagalan.
Tanggal 19 Desember 1961, pemerintah mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Baca: Kala Soeharto Hendak Diracuni Perempuan yang Ngaku-ngaku Anak Pak Harto saat G30S/PKI
Intinya ialah merebut Irian Barat dengan kekuatan senjata.
Kesatuan-kesatuan tempur dikirim ke Irian Barat untuk melakukan tugas-tugas tempur.
Begitu pula halnya dengan kesatuan Brimob yang sudah berpengalaman dalam berbagai pertempuran.
KS Tubun juga ikut dalam tugas membebaskan Irian Barat.
Akhimya Belanda bersedia berunding dan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia sekalipun secara resmi Irian Barat sudah menjadi wilayah RI, namun keamanan di daerah tersebut masih rawan.
Kelompok yang pro Belanda mencoba melancarkan pemberontakan.
Untuk menumpasnya pemerintah terpaksa mengerahkan pasukan bersenjata.
Dalam rangka menumpas pemberontakan ini, KS Tubun mendapat tugas selama 10 bulan.
Pada waktu itu, pangkatnya sudah naik menjadi Brigadir Polisi (Sersan Polisi).
Kenaikan pangkat itu diterimanya bulan November 1963.
Baca: Cerita Putri Ahmad Yani Obati Luka Batin ke Desa 20 Tahun, Kini Berteman Anak Aidit Tokoh G30S PKI
Selesai menjalankan tugas di Irian Barat, KS Tubun dikembalikan ke induk pasukannya di Kedung Halang, Bogor.
Sejak awal 1965, KS Tubun tidak pernah lagi mendapat tugas ke luar daerah.
Tetapi keberanian yang diperlihatkannya dalam tugas-tugas tempur menarik perhatian atasannya.
Karena itu, mulai April a965 ia mendapat kehormatan menjadi anggota pasukan pengawal kediaman Wakil Perdana Menteri, Johannes Leimena.
Pada waktu itu, ia bertempat tinggal di Kedung Halang, sedangkan tempat tugasnya di Jakarta.
Karena itu, ia selalu bolak-balik antara Kedung Halang dan Jakarta.
Baca: Mengenal Pasukan Cakrabirawa Pendukung PKI yang Tangkap dan Bunuh 7 Jenderal TNI Peristiwa G30S/PKI
Tugas itu dilaksanakannya sampai ia meninggal akibat ditembak oleh pasukan penculik G30S. (5)
Ketika sedang tidur di pos jaga, dua orang pasukan penculik menghampiri pos dan membangunkan KS Tubun.
Saat itu, KS Tubun mengira sedang diganggu oleh teman-temannya.
Namun pasukan penculik tersebut kemudian menendang KS Tubun hingga akhirnya ia terbangun dan menyadari kalau yang mengganggu bukanlah kawannya.
Karel kemudian berkelahi dengan para pasukan penculik itu.
Namun karena melawan delapam orang, KS Tubun akhirnya tumbang dan ditembak hingga membuatnya meninggal dunia. (6) (TribunnewsWiki.com)
BERITA TERPOPULER: FAKTA TERUNGKAP: Sikap Ahok yang Keras Ternyata Cerminkan Kekesalan Terhadap Pencuri Uang Negara
BERITA TERPOPULER: Dalang Rusuh Papua Datangi Sidang Umum PBB, PM Australia Beralih, Mabes Polri Antisipasi 1 Desember
BERITA TERPOPULER: Kemungkinan Ahok dan Puput Cerai Diungkap Sosok Ini : Mereka Bisa Berpisah Gara-gara 2 Kata
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:
(BangkaPos.com/TribunnewsWiki.com/TribunManado.co.id)