Sejarah Indonesia
Genjer-genjer dan Darah Rakyat, Lagu Terlarang di Masa Orba Lantara Dianggap Lagu Komunis, Padahal?
Kisruh politik yang terjadi di Indonesia pada akhir kekuasaan Presiden Soekaro, 1965-67 hingga sekarang terus diperbincangkan.Tidak hanya situasi di
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
Darah Juang
Dilansir dari sososk.id Sebuah catatan sejarah menuliskan bahwa lagu ini pernah dinyanyikan oleh ribuan orang saat diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada.
Kala itu tahun 19 September 1945, kertas bertuliskan lirik lagu Darah Rakyat dibagi-bagikan kepada setiap orang yang datang di Lapangan Ikada.
Lagu itu dikumandangkan saat kedatangan Sukarno bersama Tan Malaka dan Hatta serta beberapa menteri pemerintahan saat itu.
Dalam pidatonya yang didatangi oleh ribuan rakyat tersebut Sukarno meminta dukungan kepada rakyat untuk Negara yang baru terbentuk tersebut.
Dalam buku berjudul "The Blood of The People: Revolution and The End of Traditional Rule in Northern Sumatra (1979)", lagu ini juga menjadi salah satu nyawa di sebuah organisasi di tanah melayu.
Parti Kebangkitan Melayu Malaya (PKMM) yang berdiri pada Oktober 1945 yang kemudian dinyatakan terlarang karena termasuk salah satu partai berhaluan kiri.
Lagu Darah Rakyat menjadi salah satu penggambaran aksi-aksi pemogokan serikat buruh yang disponsori oleh PKMM kala itu.
Dalam film dokumenter "10 Tahun Sebelum Merdeka (2007)", seorang aktivis PKMM mengatakan pengaruh Sukarno dan perjuangan Rakyat Indonesia tergambar dalam lagu tersebut.
Hingga menginspirasi PKMM untuk menjadi organisasi yang berjuang bersama rakyat.
"Dunia Baru Pasti Datang, Dunia Baru Pasti Datang, Ayo Ayo Bergerak Sekarang, Kemerdekaan Telah Datang", sepenggal lirik dari lagu tersebut menggambarkan lagu tersebut tercipta kemungkinan sesaat setelah kemerdekaan Indonesia.
Dari mana asal mula lagu Darah Juang ini?
Tribun Manado menelusuri asal muasal lagu Darah Juang ini, namaun tidak ditemukan catatan resminya.
Namun situs berdikarionline.com menulis, beberapa sumber menyebut bahwa lagu ini adalah gubahan dari Legiman Hardjono, namun belum ada kepastian yang tepat.
Penelusuran Tribun Manado selanjutnya hanya mendapati artikel yang ditulis oleh Windu Jusuf, seorang penulis di tirto.id.
Dalam artikel berjudul Jejak Revolusi Perancis di Lagu PKI Jusuf membeber, bahwa lagu Darah Rakjat disadur dari lagu Le Drapeau Rouge (“Panji Merah”).
"Dengan birama 4/4, dan nada-nada mayor, dua mars tersebut secara umum hanya beda lirik dan sedikit pada bagian refrain. Namun bahkan pada bagian itu, ada kemiripan lirik yang sulit disangkal."
"Lirik Indonesia berbunyi “Merah warna panji kita/Merah warna darah rakyat”, sementara versi Perancisnya “Panji merah kita/Merah darah pekerja.”
Kenapa lagu Genjer-genjer dan Darah Juang dilarang? padahal kedua lagu ini erat kaitannya dengan perjuangan Indonesia, nilai-nilai moral dan punya makna yang justru universal, tak terkait dengan ideologi dan partai apa pun? hingga kini masih menjadi misteri. (*)