Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Sungadi Alami Obesitas dan Berbobot 140 Kilogram, Tak Sekolah hingga Bekerja Jadi Buruh Bangunan

Obesitas yang dialaminya, membuat bobotnya kini mencapai 140 kilogram atau 1,4 kuintal.

Kolase Tribun Manado/Foto: Istimewa
Sungadi Alami Obesitas Hingga Bobotnya 140 Kilogram, Tak Sekolah dan Bekerja Jadi Buruh Bangunan 

Mengalami obesitas,  Sungadi masih bekerja sebagai buruh bangunan. Padahal, obesitas yang dialaminya membuat bobot badannya telah mencapai 140 kilogram atau 1,4 kuintal.

Anak kelima dari pasangan Suwarno (59) dan Tukiyem (58) yang tinggal di rumah sederhana di Dukuh Jurang, Desa Sono, Kecamatan Mondokan, itu harus banting tulang membantu ayahnya di sebuah proyek pembangunan rumah.

Baca: Pemeran Wanita di Video Mesum Berseragam PNS Pemprov Jabar Ternyata Guru Berprestasi dan Selingkuhan

Baca: Kisah Rumah yang Dikepung Kompleks Apartemen, Lies Sampai Harus Bayar Karcis Masuk ke Pengelola

Baca: Dirumorkan Bakal Diganti Jose Mourinho, Zidane: Saya Tidak Memikirkan Tentang Pergi

FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO

Proyek itu berada kurang lebih sekira 300 meter di sebelah barat rumahnya. 

Ayah Sungadi, Suwarno (59) menerangkan, anaknya biasa berangkat dari rumah sekitar pukul 07.00 WIB. 

Meskipun tubuhnya dikatakan tidak biasa dibandingan orang seusianya, tetapi Sungadi tampak giat dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya di tempat dia bekerja.

"Kalau berangkat biasanya jalan kaki dan tidak pernah pakai sandal," terang Suwarno kepada TribunSolo.com, Sabtu (21/9/2019).

Suwarno kemudian mengungkapkan, alasan Sungadi tidak pernah memakai sandal karena ia takut terpeleset saat jalan di tanjakan akibat tidak kuat menahan berat badannya yang saat ini telah mencapai 1,4 kuintal.

"Itu membuat telapak kakinya kapalan dan pecah-pecah," ungkap dia.

Adapun Sungadi selama ini bekerja dari pagi hingga sore hari.

Tetapi pada pukul 11.30 WIB dirinya kembali ke rumah untuk istirahat, makan siang dan mandi. 

"Habis itu dia berangkat lagi ke proyek pembangunan sekitar jam dua siang, lalu pulang jam enam sore," terang Suwarno. 

Sungadi bersama ayahnya, Suwarno saat bersantai depan rumahnya di Dukuh Jurang, Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Sragen, Sabtu (21/9/2019).
Sungadi bersama ayahnya, Suwarno saat bersantai depan rumahnya di Dukuh Jurang, Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Sragen, Sabtu (21/9/2019). (TribunKaltim.Co/HO)

Tidak Sekolah

Dia menambahkan, anaknya juga terpaksa tidak pernah mengenyam dunia pendidikan.

"Ya, itu karena jaraknya jauh dan sepeda motor milik saya tidak kuat untuk memboncengkannya sampai ke sekolah," paparnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved