Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lifestyle

Bahaya Kondisi Stunting Bagi Anak, Bagaimana Protein Hewani Mencegahnya?

Kondisi stunting akan berdampak serius bagi kesehatan anak baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang

Editor: Finneke Wolajan
Serambi Indonesia - Tribunnews.com
ilustrasi stunting 

Dibandingkan makanan sumber protein hewani lainnya, susu adalah yang paling erat hubungannya dengan angka stunting yang rendah karena konsentrasi plasma insulin-like growth factor (IGF-I) dan IGF-I/IGFBP-3 pada anak usia 2 tahun secara positif berkaitan dengan panjang badan dan asupan susunya.

Sayangnya, di Indonesia usia pemberian susu tergolong terlambat karena banyak setelah anak berusia lebih dari 1 tahun.

Kondisi ini meningkatkan risiko stunting sebanyak 4 kali pada anak usia 2 tahun.

Oleh karena itu, menurut Ahmad Syafiq, Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKMUI, diperlukan analisis dan pendekatan gizi kesehatan masyarakat untuk dapat secara efektif merancang program yang berbasis evidence dan berfokus pada pencegahan.

"Terobosan pencegahan stunting juga perlu melibatkan seluruh stakeholders (pemangku kepentingan) dan memberdayakan masyarakat agar semua pihak mampu terlibat secara aktif dalam upaya penurunan stunting," katanya. 

Kerugian akibat stunting

Perwakilan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Entos Zainal mengungkapkan, fokus Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 akan menitikberatkan pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk di bidang kesehatan.

“Stunting mengakibatkan kerugian negara setara 4 Triliyun per tahun atau sebesar 3 persen dari PDB, sehingga percepatan penangangan stunting tetap menjadi salah agenda besar pemerintah ke depan," katanya.

"Untuk mencapai target capaian prevalensi stunting sebesar 19 persen di tahun 2024 tentunya bukan tugas yang mudah."

Oleh karena itu, dibutuhkan terobosan, inovasi dan kerjasama lintas sektor termasuk kerjasama dengan akademisi dan pihak swasta untuk segera menangani hal ini secara konkrit.

Pilot project

Bersama Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Damayanti, mengembangkan pilot project Aksi Cegah Stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Hasil inisiatif tersebut menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 8,4 persen dalam 6 (enam) bulan dari 41,5 persen menjadi 33,1 persen atau mencapai 4,3 kali lipat dari target tahunan WHO.

Dalam pilot project ini, pendekatan intervensi gizi spesifik dilakukan dalam beberapa fokus termasuk; melakukan training kepada tenaga kesehatan dan kader posyandu, mengembangkan sistem rujukan berjenjang untuk balita stunting dan berisiko stunting, dan implementasi tata laksana stunting oleh dokter spesialis anak dengan pengawasan yang dibantu oleh dokter, tenaga gizi, dan bidan puskesmas.

Dalam pencegahan stunting, pemantauan status gizi dan antopometri anak perlu dilakukan secara berkala.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved