Dian Dicegat Polisi saat Gendong Jasad Cucu
Nenek Dian Islamiyati (36 tahun), terpaksa berjalan sambi mengusung jenazah cucunya yang lahir prematur. Warga Kampung Malaka I
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Nenek Dian Islamiyati (36 tahun), terpaksa berjalan sambi mengusung jenazah cucunya yang lahir prematur. Warga Kampung Malaka I, RT 07/RW 12 Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara itu menggendong si cucu, Andi Saputra, menuju Tempat Pemakaman Umum Malaka, Jakarta Utara, Selasa (17/9) sore. Ia berjalan karena sepeda motor yang memboncengnya kehabisan bahan bakar, dan arus lalu-lintas sangat macet.
Baca: Putra Jokowi Mulai Melirik Politik
Kejadian Dian menggendong bayi cucunya rupanya menjadi perhatian orang lain, lalu mengambil video. Tampak dalam video viral di media sosial Instagram, Dian menutupi jenazah bayi laki-laki dengan beberapa lapisan kain.
"Saat itu dalam keadaan macet, di perempatan KBN, motor mogok karena kehabisan bensin," ujar Dian kepada Tribun Jakarta.com, Rabu (18/9).
"Saya jalan sampe pom bensin. Itu macet banget, saya jalan pelan-pelan," Dian menambahkan.
Terselip cerita kenapa Dian sampai jalan kaki menggendong jasad cucunya. Selasa sore itu, Dian terpaksa menggendong jenazah bayi cucunya dari putri, Insani Aura Stefani. Insani menjalani persalinan di Puskesmas Cilincing. Namun bayinya lahir prematur meninggal, kurang usia kandungan.
Ryan, suami Insani, sedang bekerja saat itu sehingga tidak dapat menemani persalinan istri. Ia mendengar kabar mengagetkan, bayinya meninggal. Jenazah bayi itu pun sempat ditempatkan di Ruang Bersalin Puskesmas Kecamatan Cilincing selama beberapa jam.
Baca: MK Terima Gugat UU KPK Hasil Revisi
Karena menantu tidak ada, Dian memutuskan membonceng mengendarai sepeda motor keponakannya. Namun sial, di tengah jalan, saat melintasi Jalan Akses Marunda, sepeda motor mogok karena kehabisan bahan bakar. Dian terpaksa berjalan kaki, sementara keponakannya menuntun motor untuk mengisi bensin di SPBU terdekat.
Ketika menyeberang ke arah pom bensin, Dian berpapasan dengan tiga polisi yang tengah mengatur lalu-lintas. Seorang polisi mendapati jenazah bayi yang digendong Dian, curiga, mencegatnya lalu bertanya perihal bayi itu.
Dian menjawab, bayi laki-laki itu adalah cucunya yang baru saja meninggal dunia. Ia mengaku akan membawa bayi itu ke rumahnya untuk segera dikuburkan. "Pas saya nyebrang, pas mau belok ke kanan, ada pak polisi. Dia tanya, 'ini siapa?' Lalu saya jawab, 'ini ini cucu saya. Baru meninggal," kata Dian.
Polisi yang bertanya adalah Kapolsubsektor KBN Marunda Aiptu I Wayan Putu Sumerta. Setelah memastikan, akhirnya Aiptu I Wayan mengendarai mobil dan mengantar Dian yang membawa jenazah cucunya ke rumah duka di Kampung Malaka I, RT 07/RW 12 Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.
Aiptu I Wayan sempat lama mengobrol di rumah duka. Dian tiba di rumahnya sekitar pukul 17.30 WIB. Jenazah bayi itu baru dimakamkan sekitar selepas salat Isya di TPU Malaka.
Sumbangan Beli Nisan
Dian mengaku mendapatkan uang Rp 200 ribu dari Aiptu I Wayan. Uang itu sangat berharga untuk membeli nisan buat cucunya. "Setelah diantar itu polisinya, sempat lama ngobrol di sini," ujar Dian di rumahnya.
"Sebelum pulang saya dikasih uang, dikasih Rp 200 ribu buat bantu gitu," Dian menambahkan.
Setelah mendapat pemberian uang, Dian mengaku sangat terharu. Apalagi kondisi keuangannya saat ini sedang surut dan dirinya sedang tidak bekerja. Nisan kayu seharga Rp 170 ribu pun berhasil dibeli Dian. Ia juga memberi nama jenazah bayi itu Andi Saputra atas kemauannya sendiri.
Baca: Menpora Terjerat Suap Rp 25,5 M: Istana Hormati KPK
"Saya waktu itu nggak pegang uang sama sekali. Dapat dari pak polisi langsung saya bikinin nisan untuk cucu saya," kata Dian.
Dian mengaku tak mendapatkan tawaran secara eksplisit dari pihak Puskesmas Kecamatan Cilincing agar dibawa menggunakan mobil jenazah mengusung jsad sampai ke rumah duka.
Selain itu, karena buru-buru, Dian memutuskan untuk membawa jenazah membonceng motor yang dikendarai oleh keponakannya. "Emang dari Puskesmas sih terus terang nggak ada (tawaran mobil jenazah)," ujar Dian.
"Cuman karena keponakan saya udah nunggu di bawah, saya kan ditanya ibu naik apa di sana, ada keponakan saya naik motor," kata Dian.
Sebelum membawa jenazah cucunya menggunakan motor, Dian menerima surat kematian dari pihak Puskesmas. Kemudian, dokter berpesan supaya menunjukkan surat itu apabila Dian disetop polisi di tengah jalan.
"Nanti kalau ada kendala atau tilang dari polisi ibu tunjukkan aja ini, bahwa ini ada surat dari dokter tunjukin aja," begitu ucap dokter Puskesmas seperti ditirukan Dian.
Meski tak menggunakan mobil jenazah, Dian mengaku tak mempermasalahkan Puskesmas Kecamatan Cilincing.
Dian malah berterima kasih upaya Puskesmas yang menangani anaknya selama persalinan. Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing, Edison Saputra mengatakan, standar operasional puskesmas menyatakan mobil jenazah bisa diberikan setelah pasien mengurusi surat-surat kematian.
Setelah itu, pasien mesti menunggu mobil jenazah tersedia. Namun, kemarin, diklaim Edison, Dian memang terburu-buru sehingga tak mau menunggu mobil jenazah.
"Kan kalau ada yang meninggal itu SOP-nya (Standar Operasional Prosedur) ditunggu dulu dua jam, jadi masuk ditransit sambil menunggu surat-surat kematiannya. Nah ditanyain kalau ambulans ditunggu dulu dua jam dia bilang enggak bisa," kata Edison kepada wartawan.
Edison menambahkan, mobil jenazah tidak tersedia di Puskesmas Kecamatan Cilincing karena pengurusannya berada di Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Itu ada nomor teleponnya, cuma memang menunggu sebentar, tapi dia enggak mau, maunya dia buru-buru kata dia begitu, langsung jalan aja kata dia begitu," kata dia. (TribunJakarta.com/GLA)