NEWS
Setiap Tahun Ada 800.000 Kasus Kematian, Angka Kalangan Muda Cukup Tinggi, Ini Penyebab Utamanya
Anak muda lebih banyak melakukan bunuh diri dibandingkan kalangan lainnya. Hal itu berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sesuai data, angka bunuh diri di kalangan muda ternyata cukup tinggi. Hal itu berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap 40 detik rata-rata satu orang tewas akibat bunuh diri di dunia.
Hal tersebut berdasarkan angka total jumlah orang yang melakukan bunuh diri setiap tahunnya.
Dilansir The Independent, setiap tahunnya ada hampir 800.000 kasus kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia.
Angka tersebut menjadikan bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua di antara orang muda berusia 15-29 tahun. Penyebab pertama adalah kecelakaan lalu lintas.
Baca: Polisi Tangkap Siswi SMK Berusia 18 Tahun, Penyebabnya Karena Lakukan Hal Tak Biasa Dengan Siswi SMP
Baca: Pesan BJ Habibie untuk Bangsa dan Tanah Air Indonesia di Masa Depan: Saya Mohon . . .
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Untuk Kamis 12 September 2019 di 33 Kota, Ada Hujan Ringan di Medan
Facebook Tribun Manado :
Baca: Potret Raymond Hartanto, Adik Boy William yang Meninggal Dunia: Aku Selamanya Menjadi Kakakmu
Baca: Kisah BJ Habibie Saat Tak Punya Uang, dan Ainun Selalu Setia Mendampingi: Itu Melekat
Baca: Daftar 9 Bersaudara Alm BJ Habibie, Silsilah Keluarga yang Berasal dari Gorontalo dan Jawa
Instagram Tribun Manado :
Tanggung Jawab Global
Menurut WHO, hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan negara-negara di dunia untuk mencegah kematian akibat bunuh diri.
WHO menyebut bunuh diri sebagai "fenomena global" yang mempengaruhi seluruh negara di dunia, sehingga setiap negara harus membantu untuk menerapkan taktik pencegahannya.
"Meski ada penurunan dalam angka kasus bunuh diri, namun tetap masih ada satu orang di dunia yang tewas setiap 40 detik karena bunuh diri. Setiap kematian merupakan tragedi bagi keluarga, kerabat, teman, juga rekan. Namun bunuh diri bisa dicegah," kata direktur jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada The Independent.
"Kami menyerukan kepada seluruh negara untuk memasukkan rencana pencegahan tindak bunuh diri, yang terbukti ke dalam program kesehatan dan pendidikan nasional secara berkelanjutan," tambahnya.
Meskipun jumlah negara dengan strategi pencegahan bunuh diri nasional telah meningkat dalam lima tahun terakhir, menurut WHO angka itu baru mencakup 38 negara dan itu terlalu sedikit.
Aksi 40 Detik
Laporan baru, yang diterbitkan WHO, pada Senin (9/9/2019), atau sehari sebelum Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September itu juga menemukan bahwa negara-negara dengan pendapatan tinggi juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi antara 2010 dan 2016.
"Sementara 79 persen kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, negara-negara berpenghasilan tinggi juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi yaitu 11,5 per 100.000 orang," tulis laporan itu.
Negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki hampir tiga kali lebih banyak kasus di mana laki-laki bunuh diri daripada perempuan, sedangkan angka ini lebih sama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.