Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Terkini

Sosok Benny Wenda, Aktor Intelektual Aksi Rusuh di Papua yang Pernah Dihukum 25 Tahun Penjara

Kerusuhan yang terjadi di Jayapura diduga dilakukan aktor penunggang yang berdarah papua yaitu Benny Wenda

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
(Dok. The Office of Benny Wenda)
Indonesia Kecam Penghargaan untuk Tokoh Separatis Benny Wenda Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda. 

Selanjutnya Pemerintah Inggris juga mengatakan keputusan Dewan Kota Oxford tidak mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Inggris dan memandang bahwa keputusan untuk membuka kantor dimaksud sepenuhnya adalah keputusan Dewan kota Oxford. 

Gigih Suarakan Kemerdekaan Papua

Perjuangan Benny Wenda dalam menggalang kemerdekaan Papua termasuk sangat gigih.

Sejumlah dukungan mengalir dari sejumlah negara yang tergabung dengan Melanesian Spearhead Group (MSG) seperti Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu.

Di Indonesia, Benny Wenda juga berhasil membangun aliansi dengan sejumlah tokoh OPM seperti Buchtar Tabuni, Goliath Tabuni, dan lainnya.

Benny Wenda cenderung memilih pendekatan lewat jalur lobi, diplomasi, dan anti-kekerasan.

Ia sempat mengirimkan surat terbuka kepada pemimpin Polri yang kala itu dijabat oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.

Pernah Kirim Surat Terbuka Untuk Kapolri

Benny Wenda sempat menulis surat terbuka kepada mantan Kapolri Badrodin Haiti tentang bantahan terlibat dalam penyerbuan Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua.

Berikut kutipan surat terbuka Benny Wenda untuk pemerintah RI.

Awal pekan lalu Kapolri Badrodin Haiti secara kekanak-kanakan menyalahkan saya atas kematian tiga anggota polisi, yang jelas-jelas tidak berkaitan dengan saya sama sekali. Saya menyangkal tuduhan yang tidak masuk akal itu. Tuduhan tersebut merupakan rentetan kebohongan baru yang disebarkan pemerintah Indonesia untuk menjauhkan kesalahan dari pelaku sebenarnya.

Kepolisian Indonesia sangat paham, saya tidak hanya tinggal sejauh 9.000 mil dari Indonesia dan hidup dalam pengasingan di Inggris, tapi saya juga merupakan pemimpin gerakan kemerdekaan yang mencintai perdamaian. Pun, sebagai nominator Nobel Perdamaian, selama ini saya selalu mengadvokasi solusi damai agar warga Papua dapat dengan tenang menjalankan hak dasar mereka untuk menentukan nasib sendiri melalui sebuah referendum kemerdekaan.

Kapolri Badrodin Haiti menuduh “kelompok Benny Wenda” secara langsung bertanggung jawab atas kematian anggota Polri meski dia tahu saya tidak pernah terlibat dalam tindak kekerasan apapun dan tidak memimpin kelompok apapun yang melakukan kekerasan.

Saya sungguh ragu jika Kapolri yakin sayalah yang harus bertanggung jawab atas penyerangan tersebut. Kalaupun dia benar-benar menuduh saya, maka dia sebenarnya sedang berbohong. Saya menyarankannya memeriksa fakta dan kembali belajar.

Menuduh, bagi seorang kepala kepolisian, adalah tindakan yang sangat tidak profesional dan menggelikan. Pada saat anggotanya menerima impunitas setelah membunuh warga Papua, Kapolri seharusnya sangat malu karena secara sengaja mengambinghitamkan seorang pemimpin perdamaian.

Benny Wenda
Benny Wenda (tribun medan)

Militer dan kepolisian Indonesia memiliki sejarah yang panjang atas berbagai usaha mengaburkan kejahatan hak asasi manusia mereka. Tuduhan terhadap saya ini merupakan cerita lama yang kembali mereka gulirkan.

Saya mengingat dengan baik bagaimana pemerintah Indonesia berusaha membungkam kampanye pembebasan Papua dengan menerbitkan Red Notice atas nama saya kepada Interpol pada tahun 2011. Pemberitahuan itu belakangan diabaikan Interpol karena mereka menganggap itu sangat politis.

Mengapa setelah lebih dari setahun, otoritas Indonesia masih belum menemukan pelaku pembunuhan massal terhadap anak-anak Papua di Paniai, namun di sisi lain dalam 24 jam segera menyalahkan saya atas tewasnya beberapa anggota kepolisian?

Lagi-lagi, warga Papua dibunuh oleh otoritas Indonesia namun pelakunya tidak pernah dihadapkan ke meja persidangan.

Apakah ada keadilan setelah Peristiwa Paniai? Tidak.

Apakah ada keadilan setelah dua pemuda Papua ditembak di Timika 28 September lalu? Tidak ada.

Apakah ada keadilan setelah empat warga Papua ditembak dan disiksa hingga tewas di Yapen pada 1 Desember lalu? Tidak.

Daftar kasus terus bertambah.

Nyawa warga Papua tidak dipersoalkan oleh pemerintah Indonesia, tapi saat aparaturnya tewas, warga Papua segera disalahkan. Faktanya sebagai pembalasan, 50 personel militer dan kepolisian telah diterjunkan ke lokasi tewasnya tiga polisi.

Selain dipersalahkan Kapolri, saya juga diancam oleh Badan Intelijen Negara. Berdasarkan berita media, BIN telah mendeklarasikan pendekatan lunak terhadap Benny Wenda, namun jika saya menolak maka metode lain telah dipersiapkan. BIN menyatakan metode tersebut bersifat rahasia dan tidak dapat dipaparkan ke publik.
Lihat juga:BIN Akan Dekati Tokoh Separatis Papua Benny Wenda
Saya paham bahwa ancaman itu ditujukan untuk menakut-nakuti saya. Tapi saya tidak akan terintimidasi oleh otoritas Indonesia yang telah mengokupasi bangsa dan membunuh warga saya dan kini memaksa saya mengikuti cara kerja mereka.

Setelah ditangkap dan disiksa di Papua karena secara damai memimpin gerakan. Saya melarikan diri dan diberikan jaminan suaka oleh Inggris pada 2003. Di Inggris pulalah saya saat ini tinggal sebagai eksil.

Dengan cara apa BIN akan memaksa dan mendesak saya untuk “bekerja sama?”

Apakah pemerintah Indonesia mengancam akan mencampuri hukum Inggris dan menuntut saya dengan tuduhan palsu lagi? Ataukah metode lain yang disebut itu adalah dengan mengirim tentara Indonesia untuk membunuh saya di Inggris?

Jika BIN ingin saya bekerja sama, maka mereka harus membiarkan warga Papua menjalankan hak dasar mereka untuk menentukan nasib sendiri melalui referendum kemerdekaan sebagaimana diperjanjikan kepada kami pada tahun 1962.

Saya dan warga Papua tidak akan terintimidasi dengan ancaman kejahatan HAM. Pemerintah Indonesia merasa dapat menggertak warga Papua yang telah mendapatkan suaka untuk diekstradisi, dibungkam, dan disiksa lagi.

Indonesia Kecam Penghargaan Benny Wanda

Indonesia mengecam pemberian penghargaan kepada Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda, oleh Dewan Kota Oxford, Inggris.

Benny Wenda mendapat penghargaan sebagai peaceful campaigner for democracy alias pengampanye perdamaian untuk demokrasi.

Dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri, Indonesia menghargai sikap tegas Pemerintah Inggris yang konsisten dalam mendukung penuh kedaulatan dan integritas NKRI.

Karena itu, sikap Dewan Kota Oxford tidak memiliki makna apa pun.

"Indonesia mengecam keras pemberian award oleh Dewan Kota Oxford kepada seseorang bernama Benny Wenda."

"Pegiat separatisme Papua yang memiliki rekam jejak kriminal di Papua," tulis Kemenlu RI, Kamis (18/7/2019).

Indonesia lebih jauh menilai, pemberian award menunjukkan ketidakpahaman Dewan Kota Oxford terhadap sepak terjang yang bersangkutan, dan kondisi Papua dan Papua Barat yang sebenarnya.

"Posisi Indonesia terhadap kelompok separatisme akan tetap tegas. Indonesia tidak akan mundur satu inci pun untuk tegakkan NKRI," tegas pernyataan itu.

Benny Wenda masuk ke Inggris sejak tahun 2002, setelah mendapat suaka dari Pemerintah Inggris.

Sejak itu, tokoh separatis tersebut terus mengampanyekan pemisahkan Papua Barat dari NKRI, melalui kantornya di Oxford.

KBRI London menyatakan, penghargaan itu diberikan kepada orang yang salah.

Lantaran, sosok Benny Wenda merupakan pelaku penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuan politiknya.

"KBRI London mempertanyakan dasar pemberian penghargaan tersebut sebagai “peaceful campaigner for democracy” atau pengampanye perdamaian."

"Di tengah banyaknya bukti yang mengaitkan yang bersangkutan dengan berbagai kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua," tulis keterangan tersebut.

KBRI London menilai, penghargaan justru akan memberikan legitimasi kepada orang tersebut dan kelompoknya.

Terutama, dalam meningkatkan tindakan kekerasan bersenjata terhadap warga sipil dan aparat pemerintah yang bertugas menjaga Papua.

Bahkan, penghargaan itu merupakan kelanjutan dukungan Dewan kepada gerakan Papua Merdeka.

Setelah, sebelumnya memberi izin pembukaan kantor Free West Papua Campaign di Oxford pada 2013 lalu.

"Pemberian penghargaan kepada orang tersebut juga mengurangi kredibilitas Kota Oxford sebagai salah satu pusat pendidikan terkemuka di dunia," lanjut pesan tertulis itu.

KBRI London berpandangan, pemberian penghargaan dapat menghambat upaya peningkatan kerja sama Indonesia–Inggris, khususnya dengan Kota Oxford.

Terutama, di saat kedua negara tengah merayakan 70 Tahun hubungan diplomatik.

"Dengan tindakan itu, Dewan Kota Oxford kembali melukai perasaan rakyat Indonesia," sebut pernyataan itu. (Tribunmanado.co.id/Rhendi Umar)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Istana: Benny Wenda Provokator, Aktor Intelektual Aksi Rusuh di Papua

Sumber: Tribun Manado
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved