Penangkapan Teroris
Kronologi Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sampang, Sosok Istrinya Hingga Kesaksian Kepala Desa
Densus 88 Antiteror Polri menangkap HS di rumah kontrakannya di Desa Bira Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Fakta Penangkapan HS, terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror Polri di rumah kontrakannya di Sampang, Jawa Timur Kamis (22/8/2019) sore
Berikut sejumlah fakta dari penangkapan HS, terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror Polri di rumah kontrakannya di Sampang, Jawa Timur, Kamis (22/8/2019) sore.
Densus 88 Antiteror Polri menangkap HS di rumah kontrakannya di Desa Bira Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan Kepala Desa Bira Tengah Martuli, penangkapan HS dilakukan pukul 16.00 WIB.
Sebelumnya, anggota polisi setempat menghubunginya.
Disebutkan bahwa akan ada penggerebekan terduga teroris di desanya.
"Waktu itu saya ada pernikahan di Desa Tamberuh, saya di telepon jam 16.00 WIB oleh polisi.
Baca: Wanita Ini Datang ke Rumah Pacar, Minta Dipeluk Lalu Lemas dan Tak Sadarkan Diri, Ini Yang Terjadi
Baca: Seorang Pria Nekat Suntik Anak Majikan, Kuasai Motor dan 2 Buah HP, Terima Hadiah 4 Butir Peluru
Baca: Kronologis Lengkap Tewasnya Leonardo Dicaprio dalam Insiden Kecelakaan Beruntun
FOLLOW FACEBOOK TRIBUN MANADO
Setelah dari pernikahan, saya baru mendatangi lokasi rumah HS," kata Martuli, saat dihubungi, Sabtu (24/8/2019), dikutip Tribunnewswiki.com dari Kompas.com.
Martuli sendiri baru tiba di rumah kontrakan HS pukul 17.00 WIB.
Ia menuturkan, di luar rumah HS sudah berada sejumlah polisi bersenjata lengkap yang melakukan penjagaan.
Sementara itu, di dalam rumah tersebut, sudah terdapat enam orang tim Densus 88 berpakaian bebas melakukan penggeledahan.
"Waktu penggeledahan, HS sudah dibawa duluan sama polisi.
Jadi, di rumah itu tinggal ada NH (istri HS) dan anaknya," ujar dia.

Penggeledahan itu dilakukan selama kurang lebih tiga jam, yakni dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
Martuli mengaku, setelah HS dibawa dan diamankan Densus 88, ia turut diminta polisi melakukan penggeledahan.
Ia menyampaikan, istri HS yang berprofesi sebagai dokter gigi di Puskesmas Batulenger, yakni NH, sempat dimintai keterangan oleh polisi.
"Waktu itu saya ikut juga ke dalam. Waktu saya mendekati, petugas yang bersangkutan (tim Densus 88), mereka wawancara sama dokter gigi itu," ucap dia.
Martuli mengaku, dirinya tidak boleh keluar dari rumah tersebut selama penggeledahan berlangsung.
Tim Densus 88 saat itu mengecek seluruh ruangan yang ada di rumah tersebut dan membawa sejumlah barang dari sana.
"Sampai Isya baru selesai pemeriksaannya (penggeledahan).
Baca: 1 Anggota KKB Tewas dalam Insiden Baku Tembak KKB dengan Aparat, Susupi Massa Aksi di Wamena
Baca: Kisah Tony Spilotro, Si Pembunuh dan Gangster Paling Kejam, Dijuluki Sebagai Si Semut
Baca: Conor McGregor Mengakut Tobat dan Salah Karena Telah Memukul Orang di Bar
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Saya masih di dalam (rumah), waktu itu kan enggak boleh keluar selagi belum selesai," kata dia.
Sebelumnya, Bupati Sampang Slamet Junaidi mengakui Pemerintah Kabupaten Sampang kecolongan setelah Densus 88 Antiteror melakukan penggerebekan salah satu warga yang diduga terlibat jaringan ISIS, di Desa Bira Tengah, Kamis (22/8/2019).
Selain di Sampang, tim Densus 88 Antiteror Polri juga menangkap terduga teroris berinisial BL di Lamongan serta mengamankan tiga terduga terorisberinisial SU, KJW, dan JPS dari Blitar.
Mereka yang ditangkap diduga anggota jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur dan diduga terkait dengan peristiwa teror bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari 2016.
Kepala Desa Yakin Dokter Gigi di Sampang Madura Tak Terlibat Jaringan Terorisme
Kepala Desa Bira Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur, Martuli memastikan bahwa NH tidak termasuk jaringan terorisme.
Menurut dia, informasi yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa HS, terduga teroris yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror.
Dalam penangkapan ini turut diamankan istri HS, yakni NH yang berprofesi sebagai dokter gigi di Puskesmas Batulenger.
"(Istri HS) ada di rumahnya waktu penggeledahan semalam (Kamis, 22/8/2019).
Ada saya juga waktu penggeledahan di dalam," kata Martuli, Jumat (23/8/2019) malam.
Ia pun menceritakan bahwa dirinya sudah mengenal NH sejak 2006.
Saat itu, ia sudah bekerja di puskesmas, tetapi status kepegawaiannya masih sebagai pegawai tidak tetap (PTT).
Selama ini, kata Martuli, NH dikenal sebagai sosok perempuan yang baik dan suka bergaul dengan tetangga dan masyatakat.
Terlebih lagi, NH adalah seorang dokter gigi dan sering berinteraksi dengan pasien di puskesmas.
Karena itu, ia meyakini NH sama sekali tidak terlibat dan tidak mengetahui rekam jejak suaminya yang diduga terlibat jaringan terorisme dan simpatisan ISIS.
Baca: Minke, Annelies, Bikin Milenial Manado Menangis. Tersihir Syair Pram
Baca: Densus 88 Sampai Turun Tangan Atasi Perampokan Toko Emas di Magetan
Baca: Pakai Seragam Loreng, Anggota TNI Bajak Sawah, Tuai Pujian Petani
"Sebenarnya kalau istrinya ini tidak.
Saya kenal baik.
Artinya bagus kok dia berbaur dengan masyarakat.
Kebetulan rumahnya dekat dengan rumah orangtua saya, hanya berjarak 40 meter," tutur Martuli.
Profesi Istri Terduga Teroris
Kepala Desa Bira Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur, Martuli memberikan kesaksian soal penangkapan salah satu warga diduga simpatisan ISIS oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di desanya, Kamis (22/8/2019) malam.
Menurut Marruli, Densus 88 hanya menangkap satu orang warganya berinisial HS.
Sementara itu, istri HS yang berprofesi sebagai dokter gigi, yakni NH (sebelumnya ditulis inisial I) tidak ikut ditangkap karena dinilai bukan terduga teroris.
"(Istri HS) ada di rumahnya waktu penggeledahan semalam (Kamis 22/8/2019).
Waktu itu kan (penggeledahan) ada saya juga yang di dalam (rumah kontrakan NH dan HS)," kata Martuli, dihubungi Jumat (23/8/2019) malam.
Ia mengaku sudah lama mengenal NH, bahkan sebelum NH menikah dengan HS.
Martuli membenarkan bahwa NH merupakan dokter gigi yang bertugas di Puskesmas Batulenger dengan status pegawai tidak tetap (PTT) sejak tahun 2006, saat itu.
"Kalau enggak salah tahun 2006 (mengenal NH), saya belum jadi kepala desa.
Dia datang ke sini masih bujangan.
Terus setelah itu kos di dekat Puskesmas (Batulenger), utaranya puskesmas (Batulenger)," ujar dia.
Baca: Presiden Jokowi Akan Gunakan Mobil Dinas Baru, Berikut Alasan Istana Mengganti Mobil Kepresidenan
Baca: Kisah Seorang Wanita Sewa Pembunuh Bayaran untuk Bunuh Diri, si Pembunuh Malah Jatuh Cinta
Baca: Kisah Seorang Wanita Peraih Prestasi Pendidikan Tertinggi di Inggris, Lahir Prematur Seukuran Ponsel
SUBCRIBE TRIBUN MANADO TV