Kerusuhan Papua
Anggota TNI Lontarkan Ujaran Rasis ke Mahasiswa Papua Diduga Oknum Perwira, Langsung Dicopot
Efek penghinaan terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya, sejumlah aksi Demo pecah di berbagai daerah di Surabaya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Anggota TNI diduga melontarkan ujaran rasis ke Mahasiswa Papua Diduga Oknum Perwira, Langsung Dicopot Kodam Brawijaya
Efek penghinaan terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya, sejumlah aksi Demo pecah di berbagai daerah di Surabaya.
Ternyata ucapan rasis tersebut pertama kali diucapkan oleh oknum anggota TNI penghuni Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, 16 Agustus 2019.
Terbaru, sosoknya kini sudah terungkap.
Berdasarkan rekaman video yang beredar, oknum TNI tersebut datang ke Asrama Mahasiswa Papua bersama rombongan pejabat kecamatan, koramil, dan Polsekta Tambaksari setelah beredar foto tiang bendera yang dipasang di depan asrama bengkok hingga menyentuh got.
Pimpinan rukun warga menyebut foto kondisi tiang dan bendera itu menyebar di grup Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari.
Baca: Wanita Terkaya di Indonesia Ini Ungkap Syarat Jadi Suami 4 Anak Gadisnya: Pertama Harus Takut Tuhan
Baca: Profil Lukas Enembe, Gubernur Papua Jadi Pendukung dan Kini Kritik Jokowi, Ternyata Lulusan Unsrat
Baca: VIRAL VIDEO Perwira Polisi Tampar dan Tendang Anggota Polri -TNI, Ternyata Perayaan HUT
Baca: Ayah Kandung Suntik Anak Gadisnya yang Masih Berusia 14 Tahun Hingga 3 Kali
Baca: DAFTAR Nama Anggota Militer TPNPB OPM, Panglima Tinggi hingga Jenderal Kodap, Tabuni Cs Mendominasi
Siapa yang sebenarnya merusak tiang bendera?
Dorlince Iyowau, perwakilan mahasiswa Papua di Surabaya berkata kepada BBC, "Kami tidak tahu-menahu soal bendera yang jatuh di got itu."
"Kami tahu ketika TNI datang dobrak-dobrak tanpa pendekatan hukum, yang langsung main hakim sendiri dengan Satpol PP dan ormas reaksioner."
"Jadi sekali lagi kami tidak tahu soal kejadian bendera yang jatuh dan kami tidak pernah membuang bendera yang mereka maksud itu ke got," kata Dorlince.
Sementara itu, pimpinan RW di kawasan asrama Kamasan juga tak mengetahui pelakunya.
"Kondisi bendera itu kami tahu dari grup WhatsApp. Saya tidak melihat dengan mata sendiri. Tapi yang semua yang melihat pasti emosi," ujarnya.
Pimpinan RW ini enggan namanya disebut. Ia beralasan, proses hukum atas peristiwa itu tengah berlangsung di kepolisian.
Yang kemudian terjadi, terekam pada sejumlah video yang beredar di media sosial.
Penghuni asrama Kamasan berhadapan dengan massa yang terdiri dari orang-orang berseragam tentara, satpol PP, polisi, dan mereka yang berbaju bebas.
Pria yang dilingkari dalam cuplikan video ini beberapa kali menudingkan tangannya ke penghuni yang berada di balik pagar.