Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Indonesia

Dua Rutinitas Soekarno, Jelang HUT Kemerdekaan RI yang Tak Boleh Diganggu oleh Siapapun

Dua rutinitas Soekarno ini ditulis dalam buku berjudul 'Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku' karya

Editor: Rhendi Umar
Presiden Soekarno (IST)
Presiden Soekarno 

Tapi tiba-tiba, "Hei, tolong ambilkan tinta Bapak di kantor!" perintah Soekarno. 

"Ya, Pak," jawab Guntur.

Soekarno saat itu meminta Guntur untuk membantunya, meski ia baru pulang sekolah dan belum makan.

"Jangan makan dulu, nanti saja. Bantu Bapak dulu," ujarnya.

Guntur pergi ke beranda depan ruang kantor pribadi Soekarno yang sekaligus menjadi ruang perpustakaan pribadinya.

Di sana disimpan buku-buku Soekarno sejak tahun 1919, yang berupa buku-buku politik, ekonomi, kebudayaan,

filsafat, sosiologi, agama, dan sebagainya.

Di situ Guntur duduk di kursi dekat pintu keluar ke hall, di mana Soekarno sedang menulis, sambil menahan lapar.

Tak berapa lama terdengar soekarno memanggil.

“Tok, bawa kemari Declaration of Independence dari Thomas Jefferson!”

“Ya, Pak!” cepat-cepat Guntur menacri buku yang diminta di perpustakaan.

Setelah itu diserahkan pada Soekarno. Lalu ia kembali lagi duduk di tempat semula.

Tak lama kemudian terdengar lagi suara lagi.

“Tok, ambilkan bukunya Abraham Lincoln!”

Buku diberikan dan Guntur pun kembali lagi ke tempat semula.

Selang berapa lama lagi, “Tok, kembalikan buku ini, bawa kemari bukunya Vivekananda!”

Begitu terus, Soekarno meminta diambilkan buku-buku yang diperlukannya untuk menyiapkan pidatonya.

Sambil menunggu Soekarno, tanpa sadar Guntur jatuh tertidur di kursi sampai dibangunkan untuk diajak makan.

Biasanya Soekarno menulis di atas kertas kepresidenan ukuran folio menggunakan pulpen merk Parker dan

selalu dengan model terbaru yang diisi dengan tinta merk Quink.

Setelah tulis tangan selesai, langsung diketik sebagai konsep.

Konsep ini kemudian diperiksa kembali oleh salah satu Proklamator Republik Indonesia ini sambil ditambah atau dikurangi bila perlu.

Baru setelah itu diketik sekali lagi di atas kertas kepresidenan menjadi naskah asli teks pidato untuk dibacakan pada pidato kenegaraan.

Akan tetapi, pada saat berpidato Soekarno sering juga menambahkan beberapa hal lain.

Ilham yang tiba-tiba muncul pada saat berpidato biasanya langsung diucapkan.

Jadi, teks asli pidato dengan teks yang ditulis oleh notulis biasanya terdapat perbedaan. (Arum Puspita)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul SIMAK Dua Rutinitas Soekarno Jelang HUT Kemerdekaan RI yang Tak Boleh Diganggu oleh Siapapun

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved