Sejarah Indonesia
Tangis Soekarno Saat Penandatanganan SK Hukuman Mati Sang Sahabat, Pimpinan Pemberontak DI/TII
Pada awal berdirinya Republik Indonesia dan Ideologi Pancasila, diwarnai dengan pemberontakan dari golongan-golongan yang berseberangan pendapat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada awal berdirinya Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila, diwarnai dengan pemberontakan dari golongan-golongan yang berseberangan pendapat.
Salah satunya adalah pemberontakan Darul Islam (DI) Tentara Islam Indonesia (TII) pimpinan Kartosuwiryo.
Nama Sarjono Kartosuwiryo menjadi salah satu pusat perhatian pada Selasa, (13/8/2019).
Hal ini terjadi setelah Putra mendiang Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) mengaku kembali ke Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Ia mengaku, selama ini menerima akibat buruk dari perpecahan. Perpecahan itu tak hanya menimpa dirinya, tetapi juga berdampak pada keluarga.
"Saya menerima akibat yang buruk daripada perpecahan. Sekarang orang-orang yang mulai mengadakan perlawanan baik itu apapun bentuknya itu berakibat kepada anak dan keluaganya," kata Sarjono di Gedung Kemenko Polhukam, Selasa (13/8/2019), seperti dilansir INTISARI dari kompas.com.
Salah satu peristiwa penting dari rangkaian pemberontakan DI/TII pada periode 1942 hingga 1962 adalah hukuman mati yang dijatuhkan pemerintah kepada Kartosuwiryo pada 1962.
Berita Populer
Baca: Daftar 40 Anggota DPRD Kota Manado yang Akan Dilantik Rabu Pagi ini
Baca: Gadis 19 Tahun jadi Budak Nafsu Oknum Polisi Selama 4 Tahun, Begini Pengakuan Korban
Baca: Ramalan Zodiak Besok Kamis 15 Agustus 2019: Gemini Selalu Khawatir, Cancer Makin Romantis
Apalagi, ada cerita sedih di balik hukuman mati tersebut, yang melibatkan presiden pertama RI Soekarno.
Sebab, Kartosoewiryo merupakan sahabat Soekarno. Tak pelak, Bung Karno sampai menangis saat harus menandatangani SK kematian Kartosoewiryo.
Berikut ini kisahnya.
Menumpas aksi pemberontakkan yang sedang merongrong kedaulatan dan kewibawaan NKRI merupakan tugas utama pasukan Kostrad.
Sejumlah misi tempur untuk menumpas aksi pemberontakan pun pernah dijalankan pasukan Kostrad dan telah berhasil gemilang seperti penumpasan terhadap aksi G30S/PKI tahun 1965.
Tapi sebelum penumpasan G30S/PKI pasukan Kostrad juga telah berhasil menumpas aksi pemberontakan yang dilancarkan oleh pasukan DI/TII pimpinan Sukarmadji Maridjan (SM) Kartosuwiryo, khususnya operasi militer yang telah dilancarkan oleh Yonif Linud 328 Kostrad.
Operasi terhadap gerakan yag menamakan diri Darrul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII), di wilayah Jawa Barat menjadi operasi militer yang istimewa bagi Yonif Linud 328 karena berlangsung di wilayah sendiri.