Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilpres 2024

Prabowo Berpeluang Cari Pasangan dari PDIP di Pilpres 2024, Pengamat: Benang Merah Ditarik Kembali

Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya dianggap berpotensi maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
Kolase Tribun Manado/Foto: Istimewa
Prabowo dan PDIP 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Prabowo Subianto diisukan akan kembali bertarung di Pemilihan Presiden tahun 2024.

Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya ( Gerindra) ini, masih dianggap berpotensi maju sebagai calon presiden.

Prabowo punya rekam jejak dukungan yang cukup banyak dalam kontestasi Pilpres 2019.

Prabowo memiliki pengalaman tiga kali Pilpres yang bisa menjadi modal  untuk menjadikannya pemenang dalam kontestasi Pilpres 2024.

Wakil Sekjen Partai Gerindra Andre Rosiade menuturkan tak menutup kemungkinan partainya akan kembali mendorong Prabowo Subianto untuk maju Pilpres 2024 mendatang.

"Kalau memang Pak Prabowo dibutuhkan rakyat, diinginkan rakyat, tentu Gerindra siap mendukung Pak Prabowo lagi di 2024, kenapa tidak," ujar Andre dilansir dari kompas.com.

BERITA TERPOPULER: TERUNGKAP Fakta Baru soal Kasus Suntik Gadis 14 Tahu di Kebun, Siapapun Ngajak Pasti Korban Ikut

BERITA TERPOPULER: AKHIRNYA TERUNGKAP Alasan TNI Mutilasi Kasir Indomaret, Berikut Cerita Lengkap Prada DP

Baca: Tenaga Honorer Diatas 35 Tahun, Diangkat jadi PNS? Simak Penjelasan BKN

Gabung PDIP Demi Kepentingan Pilpres 2024

Sejak kalah bertarung di Pilpres 2019, Partai Gerindra mulai melunak dan mencari 'nafas' ke Kubu Pemerintah.

Spekulasi bergabungnya Gerindra ke kubu Pemerintah terlihat, Prabowo Subianto bertemu Joko Widodo dan Ketum Partai PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri.

Pengamat Politik Jerry Massie memandang bergabungnya Gerindra dengan koalisi Jokowi-Maruf semata-mata hanya demi kepentingan pilpres tahun 2024 mendatang.

Jerry menilai Prabowo, bisa saja nanti melirik kader PDI Perjuangan untuk pilpres 2024.

"Kalau kursi bisa ya bisa tidak tapi ini untuk interest atau kepentingan jangka panjang Gerindra khususnya Prabowo. Kuat ke arah koalisi capres 2024," ujar Jerry.

Lanjut Jerry hal yang wajar jika secara politis Prabowo mendekati sekutunya waktu lalu yakni Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

"Kendati akur lagi tak jadi persoalan," ujar Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies(P3ES) ini.

Lebih jauh Jerry menjelaskan adanya perceraian dan perkawinan politik merupakan hal yang lumrah.

"Jadi kalau ketua partai sowan ke salah satu pimpinan partai bukan big problem atau big trouble (masalah besar dan kesulitan yang besar)," kata Jerry.

Sejarah mencatat bagaimana hubungan PDI Perjuangan dan Partai Gerindra sejak tahun 2004 keduanya pernah bersanding di pelaminan politik.

Saat Mega menjadikan Prabowo pasangannya di pilpres kala itu.

"Saya menilai antara PDI-P dan Gerindra masih ada hubungan emosional jika benang merah ditarik kembali," ujar Pengamat Politik Jerry Massie saat berbincang dengan Tribunnews, Senin(29/7/2019).

BERITA POPULER: Setelah DISUNTIK, Kepala Bocah 3 Tahun Dipenggal 2 Pria Dewasa, Lihat Videonya Saat Dia Digendong!

BERITA POPULER: Kecelakaan Maut Truk Timpa Mobil Tinggalkan Kisah Korban yang Berencana Tunangan Bulan Ini

BERITA POPULER: Intip Rumah Mewah Parto Patrio, Bernuansa Militer hingga Dihiasi Senapan Bak Sarang Mafia

KABAR SELEBRTIS TRIBUN MANADO:

Baca: Ditinggal Suaminya, 3 Artis Ini Dilarang Menikah Lagi, No 1 Sudah 11 Tahun Menjanda

Baca: Farhat Abbas Laporkan Hotman Paris ke Polisi, Hotman Tegaskan Saya Tidak Takut

Baca: Angel Karamoy Bicara Tentang Hubungannya dengan Jose Purnomo

Karena sejarah yang manis itulah diprediksi kemungkinan besar partai Gerindra akan masuk ke koalisi Jokowi-Maruf Amin.

"Ada indikasi kuat gabung bagi saya Megawati sulit menolak," kata Jerry.

Pendukung Prabowo Bakal Kecewa

Pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno menilai, pendukung Prabowo Subianto akan kecewa jika Partai Gerindra memutuskan untuk mendukung pemerintahan Joko Widodo lima tahun ke depan.

Pendukung pun akan beranggapan politik hanyalah bagi-bagi kekuasaan.

"Pendukung yang kecewa akan apatis terhadap Gerindra karena menganggap pilpres hanya dagelan politik yang tak lebih dari sekadar bagi-bagi kekuasaan," ujar Adi kepada Kompas.com, Senin (29/7/2019).

Hal itu dikatakan Adi menyusul muncul pro dan kontra terkait perbedaan pendapat arah politik di internal Gerindra pascpilpres 2019.

Menurut Adi, kekecewaan pendukung berpotensi terjadi lantaran Prabowo dan Gerindra adalah simbol oposisi selama ini.

Tak pelak, jika Prabowo memutuskan bergabung ke pemerintahan, hal itu dianggap tidak elok bagi pendukung Gerindra.

"Karena memang DNA Gerindra sejak awal ya oposisi, model bisnisnya adalah lawan tanding pemerintah, bukan partner," paparnya kemudian.

Kekecewaan pendukung dan kader Gerindra yang memilih sebagai oposisi, lanjutnya, jika tidak segera diatasi Prabowo, maka akan berdampak pada elektabilitas partai.

Buktinya, tutur Adi, pertemuan antara Prabowo dan Jokowi di Moda Raya Terpadu (MRT) pada 13 Juli 2019 lalu saja sudah memancing reaksi negatif.

"Pertemuan Jokowi dan Prabowo saja sudah memancing reaksi negatif oleh pendukung Prabowo. Keterbelahan akan makin meruncing jika Gerindra berkoalisi dengan Jokowi," jelasnya.

Sebelumnya, riak perbedaan sikap politik Gerindra nampak kala Wakil Ketua Umum Gerindra Rachmawati Soekarnoputri menyatakan sejak awal Gerindra merupakan antitesis dari pemerintahan Jokowi.

Pernyataan dari putri Presiden pertama RI Soekarno disampaikan saat dirinya bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Sabtu (27/7/2019) sore. Pertemuan digelar di kediaman Rachmawati, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"Kita memosisikan diri kita sekarang ini, melihat sistem yang berlangsung, adalah antitesa (antitesis). Kan begitu. Dan itu yang harus kita bicarakan ke depan bagaimana untuk menyelesaikan persoalan yang sekarang ini menyelimuti kondisi kebangsaan kita," ujar Rachmawati usai pertemuan.

Untung Rugi Prabowo Gabung ke Jokowi

Pakar kominikasi politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengalkulasi untung rugi jika mantan danjen Kopassus itu bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Menurut dia, lebih banyak mudaratnya ketimbang untungnya.

"Bukan berarti penggabungan keduanya tidak memiliki kelemahan, utamanya di Prabowo," katanya di Jakarta, Sabtu (3/8/2019).

Dia menghitung, ada dua kerugian yang akan dialami Prabowo. Pertama, sebagian konstituen yang memiliki militansi kuat dengan Prabowo dan memilihnya di Pilpres 2019 akan kecewa dengan sikap yang diambil jika bergabung di pemerintahan.

Kedua, Emrus mengatakan, keberhasilan yang dicapai dalam pemerintahan lima tahun ke depan bisa dikatakan sebagai kesuksesan pemerintahan Jokowi meski ada juga peran Prabowo.

"Prabowo kan sebagai 'supporting', bukan variabel utama. Jadi, apa pun keberhasilan lima tahun ke depan, dikatakan sebagai keberhasilan pemerintahan Jokowi," kata Direktur Eksekutif Emrus Corner ini. (*)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved