NEWS
KUMPULAN BERITA POPULER: Ada Pengacara Pukul Hakim, hingga Komedian Nunung Ditangkap Polisi
Pengacara Desrizal Chaniago kini resmi menyandang status tersangka terkait kasus penganiayaan terhadap hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Selain kasus pengacara TW, Desrizal Chaniago yang memukul hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pagi ini juga ada dua berita populer lainnya.
Berita populer kedua adalah tentang meninggalnya wartawan dan sastrawan terkemuka Arswendo Atmowiloto
Dan, berita populer ketiga adalah tertangkapnya komedian Nunung oleh aparat Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.
Selengkapnya, silakan simak masing-masing berita terpopuler berikut ini.
Desrizal Chaniago, Pengacara TW yang Pukul Hakim Jadi Tersangka, Dua Hakim ke Rumah Sakit
Pengacara Desrizal Chaniago kini resmi menyandang status tersangka terkait kasus penganiayaan terhadap hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Desrizal, yang merupakan pengacara Tomy Winata (TW), menyerang majelis hakim saat sedang membacakan putusan di persidangan PN Jakpus pada Kamis (18/7/2019) kemarin.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, Desrizal ditetapkan sebagai tersangka sejak Jumat (19/7/2019) siang.
"Siang ini sudah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Jumat (19/7/2019).
Kendati demikian, Argo tak merinci lebih lanjut terkait pemeriksaan pengacara yang menangani kasus gugatan perdata Tomy Winata itu.
Ia menyebut, kasus tersebut tengah ditangani Polres Jakarta Pusat.
"Ditangani Polres Jakarta Pusat," ujar Argo.
Terkait serangan itu, Tomy Winata juga sudah meminta maaf.
"Tindakan DA memukul hakim di ruang pengadilan tidak seharusnya terjadi," ungkap Hanna Lilies, juru bicara TW, lewat keterangan tertulis yang diterima awak media, Jumat (19/7/2019).
Baca: Gerah Soal Kasus Ikan Asin, Sonny Septian Sindir Galih Ginanjar, Sebut Khilaf Jadi Jurus Terakhir
Baca: Sebelum Pergi ke Kebun, Pasutri yang Hanyut Sampaikan Hal Ini Kepada Tetangga
Baca: 9 Tahun Artis Ini Terbuai dan Patuh Sama Guru Spiritualnya, Ternyata si Guru Doyan Pesta Sabu
TW, kata Hanna, terkejut begitu mendapat informasi bahwa Desrizal menyerang hakim di tengah persidangan.
"Kami dan TW sangat terkejut saat diberitahu peristiwa pemukulan itu, dan kami sangat menyesalkan terjadinya hal tersebut," tutur Hanna.
TW, lanjut Hanna, mengimbau DA taat dan patuh terhadap aturan hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
"Sehubungan dengan peristiwa tersebut TW sedang berusaha untuk mempercepat kepulangannya ke Tanah Air," ujar Hanna.
Menurut dia, selama ini Desrizal dikenal bukan orang yang temperamental.
Hanna juga menyebut bahwa TW tidak mengetahui alasan Desrizal melakukan penyerangan tersebut.
"Oleh karena itu, TW minta maaf kepada semua pihak, khususnya pihak yang menjadi korban atas terjadinya hal tersebut. Kami pun heran apa yang menyebabkan dia (DA) gelap mata," tuturnya.
Kronologi
Seperti diketahui, peristiwa itu bermula ketika majelis hakim yang menangani perkara sedang membaca pertimbangan putusan.
Saat itu, Desrizal beranjak dari kursinya dan melangkah ke hadapan majelis hakim yang sedang membacakan pertimbangan putusan. Dia kemudian menyerang dengan menggunakan ikat pinggang.
Serangan itu mengenai ketua majelis hakim dan seorang hakim anggota yang menangani perkara tersebut.
Pihak PN Jakarta Pusat juga telah melaporkan peristiwa penyerangan ini ke kepolisian. Desrizal juga telah dibawa ke polisi.
Sementara, dua hakim yang terkena serangan dikawal petugas keamanan ke rumah sakit untuk divisum.
Adapun sidang itu beragendakan pembacaan putusan kasus perdata antara TW selaku penggugat melawan PT PWG selaku tergugat.
"Antara TW selaku penggugat melawan PT PWG selaku tergugat dan kawan-kawan," kata Kepala Humas Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat Makmur saat sampaikan keterangan pers di pengadilan, Kamis (18/7/2019).
Menurut Makmur, kejadian tersebut bermula ketika majelis hakim membacakan bagian pertimbangan dalam putusan perkara tersebut di Ruang Subekti PN Jakpus.
Saat pertimbangan hakim mengarah kepada penolakan gugatan, D langsung berdiri dari kursinya dan menghampiri majelis hakim.
"Yang mana pada bagian pertimbangannya yang sudah mengarah uraiannya bermuara pada petitum gugatan ditolak. Sehingga kuasa dari pihak TW selaku penggugat berinisial D berdiri dari kursinya kemudian melangkah ke depan majelis hakim yang sementara membacakan pertimbangan putusan," kata Makmur.
Saat itu, Desrizal menarik ikat pinggang yang dikenakannya. Ia kemudian memukul majelis hakim yang sedang membacakan putusan.
"Penyerangan itu sempat mengenai ketua majelis hakim Bapak HS pada bagian kening dan sempat mengenai hakim anggota 1, Bapak DB, dan setelah itu pelaku diamankan," kata dia.
Pengacara tersebut kemudian diamankan dan dibawa ke Polsek Kemayoran menggunakan mobil polisi.
"Setelah kejadian itu majelis hakim yang bersangkutan langsung dikawal petugas keamanan pihak PN Jakpus dan langsung bergegas ke rumah sakit untuk segera dilakukan visum," kata dia.(*)
Alasan Dezrisal Menyerang Hakim
Pihak PN Jakarta Pusat juga telah melaporkan peristiwa penyerangan ini ke kepolisian. Desrizal juga telah dibawa ke polisi.
Sementara itu, dua hakim yang terkena serangan dikawal petugas keamanan ke rumah sakit untuk divisum. (*)

Arswendo Atmowiloto, Sastrawan, Budayawan dan Wartawan Senior meninggal dunia, Patut Jadi Panutan
Berita duka, sastrawan dan wartawan senior Arswendo Atmowiloto meninggal dunia di rumahnya pada Jumat (19/7/2019) pukul 17.50 WIB.
Melansir Kompas.com, Arswendo meninggal dunia di rumahnya karena sakit yang dideritanya selama ini.
Hal ini dibenarkan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas yang juga tetangga dekat Arswendo, Tri Agung Kristanto.
"Betul (meninggal dunia), pukul 17.55 anaknya, Soni Wibisono menyampaikan bahwa papa sudah enggak ada," ujar Tri, Jumat sore.
Diketahui, penulis dan seniman ternama ini berjuang melawan penyakit kanker prostat.
Siapa Arswendo Atmowiloto?
Arswendo Atmowiloto terlahir dengan nama lahir Sarwendo.
Nama Arswendo Atmowiloto berasal dari Sarwendo yang diubah menjadi Arswendo.
Kemudian di belakang namanya ditambahkan nama ayahnya, Atmowiloto.
Arswendo Atmowiloto adalah penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti Hai dan Kompas.
Arswendo Atmowiloto menulis cerpen, novel, naskah drama, dan skenario film.
Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 26 November 1948 sempat beberapa bulan kuliah di IKIP Solo.
Dia lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979).
Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, di antaranya Keluarga Cemara dan Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002.
Dia sempat masuk penjara selama lima tahun gara-gara memuat hasil jajak pendapat tentang tokoh pembaca di Tabloid Monitor pada 1990.
Saat itu dia menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor.
Dalam jajak pendapat itu, Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad yang terpilih menjadi tokoh nomor 11.
Arswendo kemudian diproses secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara.
Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung saat dalam tahanan.
Tulisan tersebut dikirim ke sejumlah surat kabar dengan nama dan alamat samaran.
Seusai menjalani hukuman, Arswendo kembali ke profesi lamanya.
Riwayat Karier
Wartawan koran berbahasa Jawa Dharma Kandha dan Dharma Nyata (sampai tahun 1974)
Wartawan majalah humor Astaga
Pemimpin Redaksi majalah Hai dan Monitor
Konsultan grup penerbitan tabloid Bintang Indonesia, Fantasi, dan Aura
Mendirikan Rumah Produksi PT Atmochademas Persada
Direktur dan Pemimpin Umum dari Atmo Grup, yang menerbitkan tabloid Pro TV, Bianglala, dan majalah anak Ina
Pimpinan penerbit majalah anak Ino
Berita Populer:
Baca: Perempuan Korban Pelecehan Seksual Umumnya tak Pakai Baju Seksi, Laki-laki Ternyata Juga Jadi Korban
Baca: Pelawak Nunung dan Suaminya Ditangkap Polisi, Ternyata Dilaporkan Masyarakat, Ini Kronologinya
Baca: Nia Silalahi Bongkar Nama Asli Pablo Benua: Pablo Itu Singkatan Pau Pau Bloon
PENGHARGAAN
Piala Vidya untuk sinetron Pemahat Borobudur (1987)
ASEAN Awards Culture Communication & Literary Works, Bangkok, Thailand (1987)
Piala Vidya Utama atas Cerita Sinetron Terbaik untuk sinetron Menghitung Hari (1995)
Piala Vidya untuk Vonis Kepagian (1996)
Tahun 1972 ia memenangkan Hadiah Zakse atas esainya "Buyung -Hok dalam Kreativitas Kompromi".
Dramanya, Penantang Tuhan dan Bayiku yang Pertama, memperoleh Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ 1972 dan 1973.
Pada tahun 1975 dalam sayembara yang sama dia mendapatkan Hadiah Harapan atas drama Sang Pangeran.
Dramanya yang lain, Sang Pemahat, memperoleh Hadiah Harapan I Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Anak-Anak DKJ 1976.
Selain itu, karyanya Dua Ibu (1981), Keluarga Bahagia (1985), dan Mendoblang (1987) mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K tahun 1981, 1985, dan 1987.
Tahun 1987 Arswendo memperoleh Hadiah Sastra Asean.
SINETRON
1 Kakak 7 Ponakan (RCTI, 1996)
Keluarga Cemara (RCTI, 1996-2002)
Deru Debu (SCTV, 1994-1996)
Jalan Makin Membara II (SCTV, 1995-1996)
Jalan Makin Membara III (SCTV, 1996-1997)
Imung (SCTV, 1997)
Ali Topan Anak Jalanan (SCTV, 1997-1998)
KARYA
Bayiku yang Pertama (Sandiwara Komedi dalam 3 Babak) (1974)
Sang Pangeran (1975)
Sang Pemahat (1976)
The Circus (1977)
Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
Dua Ibu (1981)
Serangan Fajar (diangkat dari film yang memenangkan 6 Piala Citra pada Festival Film Indonesia) (1982)
Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten") (1985)
Anak Ratapan Insan (1985)
Airlangga (1985)
Senopati Pamungkas (1986/2003) - dianggap sebagai bestseller oleh Gramedia
Akar Asap Neraka (1986)
Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
Indonesia from the Air (1986)
Garem Koki (1986)
Canting (sebuah roman keluarga) (1986) - dianggap sebagai bestseller oleh Gramedia
Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
Lukisan Setangkai Mawar (17 cerita pendek pengarang Aksara) (1986)
Telaah tentang Televisi (1986)
Tembang Tanah Air (1989)
Menghitung Hari (1993)
Sebutir Mangga di Halaman Gereja: Paduan Puisi (1994)
Projo & Brojo (1994)
Oskep (1994)
Abal-abal (1994)
Khotbah di Penjara (1994)
Auk (1994)
Berserah itu Indah (kesaksian pribadi) (1994)
Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994)
Sukma Sejati (1994)
Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995)
Kisah Para Ratib (1996)
Senja yang Paling Tidak Menarik (2001)
Pesta Jangkrik (2001)
Keluarga Cemara 1
Keluarga Cemara 2 (2001)
Keluarga Cemara 3 (2001)
Kadir (2001)
Keluarga Bahagia (2001)
Darah Nelayan (2001)
Dewa Mabuk (2001)
Mencari Ayah Ibu (2002)
Mengapa Bibi Tak ke Dokter? (2002)
Dusun Tantangan (2002)
Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005)
Kau Memanggilku Malaikat (2007)
Imung
Kiki
Mengarang Itu Gampang.
BIODATA
Nama Lengkap: Arswendo Atmowiloto
Nama lahir: Sarwendo
Tempat Lahir: Solo, Jawa Tengah
Tanggal Lahir: Jumat, 26 November 1948
Zodiak: Sagittarius
Istri: Agnes Sri Hartini
Anak: 3 Orang
Pekerjaan: penulis, wartawan (Berbagai sumber/Tribunmanado
Komedian Nunung Ditangkap Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya
Komedian Nunung beserta suaminya ditangkap polisi. Mereka ditangkap Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya akibat penyalahgunaan narkotika jenis sabu.
Nunung ditangkap di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat siang .
"Iya betul telah diamankan pasangan suami istri komedian, Nunung, dirumahnya Jalan Tebet Timur, Jakarta Selatan hari ini jam 13.15 WIB," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, saat dikonfirmasi, Jumat (19/7/2019).
Polisi mengamankan barang bukti berupa satu klip sabu seberat 0.36 gram. Dalam pemeriksaan tes urin, Nunung dinyatakan positif menggunakan narkoba.
"Hasil test urin juga menunjukkan positif narkotika," tutur Argo.
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Komedian Nunung Ditangkap Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya,
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul BERITA TERPOPULER: Pengacara Pukul Hakim, Arswendo Meninggal dan Komedian Nunung Ditangkap Polisi,
Tonton: