ODGJ
Sering Kambuh Usai Dirawat di Rumah Sakit Jiwa, 24 ODGJ Dipasung Keluarganya
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) kebanyakan masih dipasung. Alasan keluarga karena berbagai persoalan yang timbul ketika tidak dipasung.
Semestinya warga tinggal membawa keluarganya yang mengalami ODGJ kontrol ke puskesmas terdekat.
"Obat-obatan untuk ODGJ sudah kami siapkan di puskesmas," jelas Adhi.
Kendati demikian, kata Adhi, saat ini sudah ada penurunan drastis jumlah ODGJ yang masih dipasung di Wonogiri.
Ia membandingkan saat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mencanangkan bebas pasung tahun 2015.
Wonogiri peringkat pertama dengan jumlah sekitar 80-an ODGJ yang masih dipasung.
Makanya, ada gerakan penanganan bebas pasung langsung dijemput bola dari RSJ Solo.
"Hanya permasalahannya, ada keluarga yang tidak mau dan sebaliknya. Keluarga berpikir kalau dilepas siapa yang mau tanggung jawab. Kalau dititipkan di RSJ mereka juga mikir. Makanya perlu pendekatan khusus," kata Adhi.
Adhi menuturkan, Pemkab Wonogiri memiliki program bebas pasung.
Dengan demikian, ODGJ yang memiliki kartu BPJS ataupun tidak tetap dibiayai anggaran pemerintah daerah.
Selain itu RSUD Wonogiri memiliki bangsal khusus ODGJ.
Setelah pulang ke rumah, pengobatan dilanjutkan dari puskesmas.
Bahkan pihak puskesmas melakukan kunjungan ke rumah untuk mengecek kondisi ODGJ dan pengobatannya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "24 ODGJ Dipasung di Wonogiri, Penyebabnya Cerai hingga Putus Cinta",
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Masih 24 Orang dalam Kondisi Masih Dipasung di Wonogiri, Penyebabnya Perceraian hingga Putus Cinta