Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Joanna Palani

Militan ISIS Buru Bule Cantik Ini untuk jadi Pemuas Nafsu, Berikut Sepak Terjangnya

Satu di antaranya adalah Joanna Palani. Penembak jitu cantik ini pernah membantai 100 anggota ISIS dengan senjatanya.

Editor: Maickel Karundeng
Istimewa
Militan ISIS Buru Bule Cantik Ini untuk jadi Pemuas Nafsu, Berikut Sepak Terjangnya 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kehadiran ISIS di Timur Tengah banyak menimbulkan korban jiwa. Kehadiran ISIS tidak diinginkan dan mendapat banyak bertentangan.

Tindakan ISIS yang sangat kejam, membuat banyak warga Kurdi dan Peshmerga menjadi milisi untuk ramai-ramai berperang melawan ISIS.

Pria dan wanita beramai-ramai bergabung menjadi milisi melawan ISIS.

Satu di antaranya adalah Joanna Palani. Penembak jitu cantik ini pernah membantai 100 anggota ISIS dengan senjatanya.

Kini ia sedang diburu ISIS untuk dijadikan budak pemuas nafsu.

Wanita berusia 23 tahun blasteran Kurdi-Denmark ini rela meninggalkan bangku perkuliahan dan terjun langsung ke medan laga bertempur melawan ISIS.

Baca: KABAR TERBARU Guru SMP Nikahi Mantan Murid, Pak Guru: Tak Bisa Diungkapkan dengan Kata-kata

Baca: Siswi SMP Ngeluh Sakit Perut ke Dukun, Eh si Gadis Malah Disuruh Buka Celana dan Disetubuhi

Baca: 9 Tahun Menikah Belum Punya Anak, Rianti Cartwright: Waktu Tuhan yang Terbaik

Palani yang cocoknya menjadi model malah saat itu menenteng senapan penembak runduk SVD Dragunov dan 'suami' kesayangannya senapan serbu Kalashnikov.

Bermodalkan dua senjata tersebut, Joanna dilaporkan berhasil membantai 100 orang milisi ISIS.

Berkat kemampuannya sebagai seorang sniper, Batalion YPG yang merupakan Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan kesatuan dimana Joanna bertugas memberikan apresiasi luar biasa kepadanya.

Ketika beroperasi di lapangan, Joanna diketahui sering 'masuk kolam' pada malam hari untuk meminta nyawa para milisi ISIS.

Ternyata kemampuan Joanna dalam berperang ia dapat secara autodidak.

Hal ini tak lepas dari masa lalunya dimana ia dan keluarga sudah menjadi korban peperangan di Irak.

Bau mesiu dan desingan peluru serta melihat orang mati dalam pertempuran pernah Joanna rasakan.

Maka tak heran hal demikian membentuk karakter keras Joanna yang tak takut ketika berhadapan dengan ISIS walau keluarganya sempat mengungsikannya ke Denmark sejak usia empat tahun.

Apalagi saat di Denmark kakeknya selalu mengajak Joanna kecil berlatih menembak dengan senapan.

Namun ketika ia mendengar ISIS memperlakukan bangsa Kurdi semena-mena Joanna marah dan memutuskan untuk memerangi gerakan radikal tersebut.

"Para kombatan ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka," ungkapnya kepada Daily Mail.

Para pemimpin ISIS amat pusing menghadapi Palani.

Mereka bahkan akan membayar satu juta dolar atau Rp 13 miliar bagi siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Palani.

"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks," ungkapnya kepada Daily Mail.

Namun pada Desember 2016 lalu Badan Intelijen Denmark malah yang berhasil menangkap Joanna.

Penangkapan ini tak lain adalah usaha Denmark untuk mengamankan keselamatan warganya itu agar tak jatuh ke tangan ISIS.

Kisah Mantan Budak Pemuas Nafsu ISIS

Jovan, bukan nama sebenarnya, tak bisa menyembunyikan rasa sedih meski keluarga dan para tetangganya merayakan tahun baru di Lalish, di kawasan pegunungan di Sinjar, Irak utara.

Di tengah suasana gembira, perempuan Yazidi ini teringat anak laki-laki yang ia lahirkan saat ia menjadi budak seks milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).

"Saya ingin sekali membesarkan anak saya, tapi tidak bisa. Masyarakat di sini tidak akan menerima dia. ISIS melakukan tindakan kejam. Mereka menculik dan membunuh banyak anggota komunitas," kata Jovan kepada wartawan BBC, Nafiseh Kohnavard.

"Saya tidak ingin melukai perasaan masyarakat dengan membesarkan anak saya," katanya lirih.

Komunitas Yazidi sangat menjaga kemurnian keturunan, yang membuat anak-anak yang lahir dari perempuan Yazidi yang disekap kelompok ISIS tidak diterima oleh komunitas tersebut.

Anak Jovan pernah ditampung di salah panti asuhan anak yatim di Mosul, di Irak utara.

Tempat ini menampung anak-anak yang kehilangan orang tua yang bertempur melawan ISIS.

"Saya menerima banyak anak-anak, Kristen, dari etnik Turk, Shabak... Tapi tak ada yang membuat pilu seperti melihat anak-anak yang dilahirkan perempuan Yazidi," kata Sakineh Muhammed Ali, pengelola panti asuhan.

"Ini seperti merenggut anak dari ibu yang mencintai anaknya. Namun, perasaan komunitas Yazidi lebih penting dari perasaan orang per orang," katanya.

Mantan suami Jovan mengatakan ia tak akan menerima anak yang dilahirkan istrinya saat menjadi budak seks ISIS.

"Ketika seseorang datang dan membunuh semua laki-laki di komunitasmu dan ia mengambil istrimu dan kemudian lahir seorang anak, tak peduli apakah orang itu ISIS atau dari kelompok lain, siapa yang sudi menerima anak ini? Mungkin di Barat, anak itu diterima baik-baik, tapi itu tidak terjadi di Timur," katanya.

"Kami di sini tidak akan menerima anak tersebut."

Banyak anak yang menerima nasib seperti ini. Mereka ditolak karena Yazidi memegang teguh kemurnian keturunan.

Perempuan Yazidi yang disekap ISIS banyak yang melahirkan anak, sebagian besar kini berada di kamp pengungsi di Al Hol, di Suriah timur.

"Sebagian besar dari mereka punya tiga atau empat anak. Anda tentu paham bagaimana perasaan seorang ibu, bagaimana mereka menggendong bayi mereka. Bagaimanapun, ibu tetaplah ibu, tak peduli agama apa yang mereka anut," kata Dr Ghafouri, aktivis Kurdi di Al Hol yang banyak mengurusi perempuan Yazidi dan anak-anak mereka.

Para perempuan Yazidi yang memiliki anak saat mereka ditawan ISIS menghadapi pilihan dilematis saat kembali ke komunitas mereka.

Tidak hanya dilematis tapi juga sangat sulit: harus memilih antara anak dan agama.

Jovan kini hidup sendiri di satu rumah penampungan. Ia diceraikan oleh suaminya dan kehilangan anak. Ia pernah mencari anaknya di rumah yatim di Mosul, tapi sang anak tak lagi berada di sana.

Ia mendapatkan informasi, seorang perempuan mengadopsi anaknya.

Ia masih berharap, suatu hari nanti akan bertemu dengannya. (*)

Berita ini telah tayang di Tribunmedan dengan judul https://medan.tribunnews.com/2019/06/25/penembak-jitu-wanita-paling-dicari-isis-sniper-berusia-23-tahun-pembantai-100-anggota-isis?page=all

Baca: Inilah 5 Seragam Pramugari Paling Stylish di Dunia, Dirancang Desainer Ternama

Baca: Fadel Islami Tegur Anak Muzdalifah, Foto Percakapan Fadel dan Sang Putri Jadi Sorotan

Baca: Kisah Pramugari asal Bolmong yang Jadi Istri ke-5 Presiden Soekarno, Terima Cinta di Tempat Ini!

Baca: HOAKS, Ternyata Kakek Sugiono Bintang P*rno yang Viral Jadi Sosok Prof Tokuda Beber Kecurangan KPU

Baca: Bertengkar Dengan Istri, Adriano Berakhir Dengan Luka Tikaman

Baca: Pengakuan Pengacara Prabowo Ini Lebih Meyakinan Jokowi Menang di MK

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved