Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Begini Alasan Ustaz Baequni Minta Maaf Sebar Hoaks KPPS Meninggal Diracun

Ustaz Rahmat Baequni ditangkap dan ditahan polisi sejak Kamis (20/6) malam di Mapolda Jabar, Bandung, untuk diperiksa.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kompas.com
Ustaz Rahmat Baequni (kiri), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei saat berfoto usai berdialog membahas polemik desain masjid di Gedung Pusdai Jabar, Senin (10/6/2016). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BANDUNG - Ustaz Rahmat Baequni ditangkap dan ditahan polisi sejak Kamis (20/6) malam di Mapolda Jabar, Bandung, untuk diperiksa. Ia tersangkut kasus dugaan menyebar berita bohong atau hoaks terkait penyebab kematian petugas penyelenggara pemilu, termasuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), karena sengaja diracun pihak tertentu.

"Betul, sudah dibawa (diangkap)," ujar Direktur Ditreskrimsus Polda Jabar Kombes Samudi via ponselnya. Informasi yang dihimpun Tribun Jabar, Rahmat Baequni dibawa dari tempatnya terakhir pada pukul 23.00 WIB.

Samudi mengatakan, langkah polisi membawa Rahmat Baequni terkait penanganan kasus informasi hoaks petugas KPPS mati diracun. Ucapan 'petugas KPPS mati diracun' pernah disampaikan Rahmat Baequni dalam ceramahnya.

Baca: Panglima TNI dan Menko Jadi Jaminan: Ini yang Dilakukan Eks Danjen Kopassus usai Keluar Sel

"Iya terkait hal itu. Seperti disampaikan sebelumnya, kami sudah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dengan memeriksa sejumlah pihak," ujar dia.

Sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Kuhap), penyidik memiliki waktu 24 jam untuk menetapkan status seseorang apakah tersangka atau tidak. Pagi ini, sudah lebih dari 5 jam Rahmat Baequni diperiksa penyidik Polda Jabar.

"Sudah tersangka," ujar dia. Penetapan tersangka ini terkait dugaan penyebaran informasi bohong.

Masih sesuai KUHAP, penyidik juga ‎memiliki kewenangan menetapkan tersangka jika sudah mengantongi dua alat bukti yang cukup. Kata Samudi, itu sudah dimiliki penyidik. "Penetapan tersangka sudah dua alat bukti‎, ada alat bukti petunjuk, keterangan saksi ahli dan pemeriksaan saksi," ujar Samudi.

Adapun bukti petunjuk dimaksud yakni video ceramah Rahmat Baequni yang menyebut petugas KPPS meninggal karena diracun.

Video penceramah Rahmat Baequni, yang menyebut ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia karena diracun, beredar di media sosial. Polisi kini menyelidiki video tersebut.

Di video yang beredar, Rahmat Baequni yang sempat berceramah soal ilumunisasi di Mesjid Al Safar, Rest Area KM 88 di Jawa Barat, itu bertanya ‎mengenai fenomena meninggalnya ratusan petugas KPPS dalam Pemilu 2019.

Rahmat Baequni menyebut mereka meninggal karena diracun setelah ditemukannya zat racun dalam cairan jasad petugas KPPS yang meninggal. Berikut isinya;

"Bapak ibu, boleh saya cerita bapak ibu? Seumur-umur Pemilu dilaksanakan, jujur, boleh saya jujur? Nggak apa-apa ya? Bapak-bapak ada yang sudah senior, nggak sebut sepuh karena berjiwa muda. Seumur-umur kita melaksanakan Pemilu, pesta demokrasi, ada tidak petugas KPPS yang meninggal? Tidak ada ya? Tidak ada.

Tapi kemarin, ada berapa petugas KPPS yang meninggal? 229 orang? Itu dari kalangan sipil, dari kepolisian berapa yang meninggal? Jadi total berapa? 390 orang meninggal. Sesuatu yang belum pernah terjadi dan ini tidak masuk di akal. Bapak ibu sekalian, ada yang sudah mendapat informasi mengenai ini?

Baca: KPK Usut Kembali Kasus Korupsi Bank Century, Panggil Penyidik Lama untuk Tersangka Baru?

Tapi ini nanti di-skip ya. Bapak ibu sekalian yang dirahmati Allah, ketika semua yang meninggal ini dites di lab, bukan diautopsi, dicek di lab forensiknya, ternyata apa yang terjadi? Semua yang meninggal ini, mengandung dalam cairan tubuhnya, mengandung zat yang sama, zat racun yang sama. Yang disebar dalam setiap rokok, disebar ke TPS. Tujuannya apa? Untuk membuat mereka meninggal setelah tidak dalam waktu yang lama. Setelah satu hari atau paling tidak dua hari.‎ Tujuannya apa? agar mereka tidak memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi di TPS.

Data petugas Pemilu 2019 yang meninggal hingga Jumat (10/5) pagi, berjumlah 583 orang. Dengan perincian jumlah kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) mencapai 469 orang, 92 orang petugas pengawas dan 22 petugas keamanan.

Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik mengatakan, selain KPPS yang meninggal, sebanyak 4.602 KPPS jatuh sakit saat bertugas. "Berdasarkan data hingga pukul 08.00 WIB pagi tadi, ada 469 KPPS wafat dan 4602 KPPS jatuh sakit," ujar Evi kepada wartawan di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/5/2019).

Jumlah KPPS yang tertimpa musibah ada 5071 orang. Evi mengakui, saat ini KPU tetap menunggu data KPPS yang tertimpa musibah dari daerah. Sebab, KPU daerah yang saat ini memiliki informasi yang lebih konkret.

Kepala Staf Presiden Moeldoko menegaskan, informasi yang menyebutkan petugas KPPS meninggal karena diracun ‎adalah informasi hoaks. "Kami sudah undang semua pihak terkait bahwa sudah sangat clear, meninggalnya teman-teman KPPS itu (bukan diracun) tapi status kesehatanya, meninggal wajar. Ini yang ngomong menteri (kesehatan) loh, meninggalnya diduga karena kecapean," ujar Moeldoko, di Bandung Kamis (20/6).

Namun, ia menyayangkan Rahmat Baequni menyampaikan itu ke publik dan diyakini sebagai kebenaran. Rahmat Baequni dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri terkait ceramahnya tentang petugas KPPS meninggal karena diracun. Saat ini, kasusnya dilimpahkan ke Ditreskrimsus Polda Jabar.

"Saya pikir begini ya, kami ini berpikir jujur dan berkata jujur. Apalagi yang bersangkutan (sebagai ustadz), ngomongnya jangan ngawur, saya harus tegas," ujarnya. Ia meminta semua pihak untuk tidak menyampaikan informasi tidak pasti ke publik ‎dan membuat kegaduhan. Padahal faktanya tidak seperti yang disampaikan. "Jadi jangan lagi di bahasanya itu justru meracuni, kasihan masyarakat dan kasihan keluarganya itu sudah rela," ujarnya.

Minta Maaf

Menanggapi viralnya tuduhan terhadapnya yang dianggap menyebarkan berita hoaks tentang anggota KPPS mati diracun, Ustaz Rahmat Baequni, mengaku tidak bermaksud menyebarkan hoaks tersebut.

"Saya Rahmat Baequni, yang selama ini menjadi viral bahwa saya dituduh menyebarkan berita hoaks tentang anggota KPPS yang saya katakan mati diracun. Sekali lagi, demi Allah saya bersumpah atas nama Allah bahwa saya tidak bermaksud menyebarkan hoaks itu," ujar Ustaz Rahmat Baequni saat ditemui Tribun Jabar di Masjid Al Lathiif, Jalan Saninten, Kota Bandung, Kamis (20/6) malam.

Ustaz Rahmat Baequni mengaku hanya mengutip berita di media sosial dan saat di majelis tersebut jemaah sudah banyak yang tahu soal tersebut. Menurutnya, pemberitaan KPPS mati diracun sudah ditayangkan dimedia televisi nasional.

Baca: DPRD Minahasa Gelar Paripurna Ranperda Pertanggungjawaban APBD 2018

"Saya hanya mengutip, berita yang saat itu beredar di media sosial di Instagram, semua orang pun bahkan di majelis itu juga pada mengatakan bahwa 'iya tahu' bahwa ada informasi mereka seperti itu," ujarnya.

Soal ucapan itu, Ustaz Rahmat Baequni meminta maaf kepada kepolisian, KPU, dan seluruh masyarakat. Ia mengatakan tidak bermaksud menyebarkan hoaks. "Maka dari itu saya meminta maaf kepada aparat kepolisian RI dan kepada masyarakat termasuk kepada KPU, bahwa saya tidak bermaksud menyebarkan hoaks. Sekali lagi itu hanya mengutip pemberitaan yang sudah ada di medsos," ujarnya.

Kejahatan Ustaz Baequne ditemukan atas hasil patroli Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, telah menemukan video ujaran yang diduga dilakukan Rahmat Baequni terkait KPPS meninggal diracun.

Berkas laporan tersebut telah dilimpahkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Barat untuk diselidiki lebih lanjut.

Rahmat membantah dirinya menyebarkan hoaks terkait isu KPPS meninggal diracun. Dia bersumpah tak bermaksud menyebarkan hoaks.  "Saya Rahmat Baequni, yang selama ini menjadi viral bahwa saya dituduh menyebarkan berita hoaks tentang anggota KPPS yang saya mengatakan mereka mati diracun.Sekali lagi demi Allah saya bersumpah atas nama Allah bahwa saya tidak bermaksud menyebarkan hoaks itu," katanya.

Penyidik Ditreskrimsus Polda Jabar mendalami keterangan pengurus Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) sebuah mesjid, tempat Rahmat Baequni‎ menyampaikan petugas KPPS di Pemilu 2019 tewas diracun.

Direktur Ditreskrimsus Polda Jabar, Kombes Samudi via pesan elektronik. Polisi pihaknya menerima pelimpahan berkas perkara dari Mabes Polri. Dari pelimpahan itu, pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan.

Polda Jabar juga mengagendakan pemeriksaan terhadap Rahmat Baequni‎. "Hasil penyelidikan untuk ditindaklanjuti. Belum ada rencana pemanggilan terhadap yang bersangkutan (Rahmat Baequni)," ujar Samudi.

Meski begitu, pihaknya akan mengagendakan pemeriksaan terhadap Rahmat Baequni. "Nanti setelah diperiksa baru bisa menentukan ada atau tidaknya perbuatan pidana. Penyelidikan itu untuk mencari perbuatan pidananya," ujar dia.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menambahkan penyelidikan itu karena pelimpahan dari Mabes Polri. "Ya, kami menerima pelimpahan berkas dari Mabes Polri," ujarnya. 

Persoalkan Bentuk Bangunan Masjid

Ustaz Rahmat Baequni membuat isu viral bukan hanya terkait ceramah hoask mengenai ratsuan petugas KPPS Pemilu 2019 meninggal karena diracun. Baequni juga berpolemik dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terkait desain Masjid Al Safar.

Diskusi menyerupai simbol iluminati berbuntut panjang. Keduanya sepakat untuk menggelar dialog terbuka yang ditengahi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat. Adu argumen itu dihelat di Bale Asri Gedung Pusat Dakwah Islam (Pusdai), dua pekan lalu, Senin (10/6) sekitar pukul 10.00 WIB.

Sebelumnya, agenda pertemuan itu disebar masing-masing pihak di akun sosial media Instagram. Dialog itu pun menyita atensi ribuan warga. Bahkan, banyak warga yang tak bisa masuk lantaran kapasitas ruangan terbatas.

Dalam pertemuan itu, hadir pula para pimpinan MUI Jabar termasuk Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei yang turun tangan sebagai moderator. Ridwan Kamil dan Rahmat Baequni mendapat waktu masing-masing 30 menit untuk menjelaskan hal tersebut.

Dalam kesempatan itu, Rahmat Baequni memberikan presentasi berjudul Paganisme Moderen. Salah satu isinya, menggambarkan perkembangan sejarah terbentuknya simbol-simbol yang berkaitan dengan zionisme mauapun illuminati.

Ia sempat menunjukkan sejumlah monumen di dunia yang menunjukan simbol segitiga dan ornamen mata satu. Salah satu yang dicontohkan yakni logo kepolisian Arab Saudi, dan tugu geometri engenerring square Jeddah.

"Ingat zionis Yahudi bergerak ingin menguasi dunia. Mereka ingin menciptakan tatanan dunia baru di mana mereka lah yang jadi penguasanya. Dan mereka bergerak dalam tiga ranah, simbol, ritual, dan arsitektur," ujar Rahmat Baequni dalam penggalan pidatonya.

Pada akhir pemaparannya, Rahmat Baequni juga menyinggung soal simbol di Masjid Pusdai Jabar yang ia sebut punya ornamen seperti bendera Yahudi.

"Simbol ini pernah muncul di Masjid Pusdai Jabar. Saya katakan itu simbol Yahudi, kenapa simbol itu ada dalam masjid? Saya kira tidak layak simbol semacam itu ada dalam masjid. Ketika itu saya temui langsung, saya tidak berkoar di media saya temui DKM-nya. Tidak ada respons yang berarti saat itu. Maka selama simbol itu tidak dihilangkan di Masjid Pusdai Jabar, saya tidak akan shalat di Masjid Pusdai Jabar," ucapnya.

Namun, sebelum membahas Masjid Al Safar, Rahmat Baequni terpaksa menghentikan pemaparannya karena terbatas waktu. Ridwan Kamil dalam pemaparannya menjelaskan soal latar belakang karya arsitekturnya di sejumlah masjid. Sebelumnya, ia juga menyinggung soal multitafsir dalam dunia arsitektur. Salah satu yang ia bahas yakni desain Masjid Pusdai Jabar yang merupakan karya dosen ITB Slamet Wirosanjaya.

"Desain ini terinspirasi masjid di Turki. Karena Indonesia daerah tropis maka atapnya dibuat miring agar air menurun deras. Kalau dilihat ada tumpukan piramida," papar Emil, sapaan akrabnya.

Emil pun memaparkan sejumlah arsitektur masjid yang ia buat seperti Masjid Al Irsyad yang terinspirasi kabah, Masjid Sulawesi Selatan yang terinspirasi 99 asmaul husna, termasuk desain masjid yang ia buat untuk pusat dakwah di Sevilla, Spanyol.

Emil menjelaskan, lantaran estetika Islam tak mencerminkan makhluk hidup, para ulama bersepakat memilih estetik dalam bentuk geometri. Hasilnya, bentuk segitiga, atau lingkaran tak bisa dihindari dalam karya arsitektur.

"Kalau illuminati mengambil semua bentuk dasar geometri sehingga kita 'katempuhan' di era modern yang tak sengaja. Kalau betul segitiga tidak boleh, lingkaran juga tidak boleh, elips juga tidak boleh karena membentuk mata dajjal. Berarti habis semua bentuk geometri diambil mereka," tutur Emil.

Menurut Wikipedia, Illuminati (bentuk plural dari bahasa Latin illuminatus = tercerahkan) adalah nama yang diberikan kepada beberapa kelompok, baik yang nyata (historis) maupun fiktif. Secara historis, nama ini merujuk pada Illuminati Bavaria, sebuah kelompok rahasia pada Zaman Pencerahan yang didirikan pada tanggal 1 Mei tahun 1776.

Sejak diterbitkannya karya fiksi ilmiah postmodern berjudul The Illuminatus! Trilogy (1975-7) karya Robert Shea dan Robert Anton Wilson, nama Illuminati menjadi banyak digunakan untuk menunjukkan organisasi persekongkolan yang dipercaya mendalangi dan mengendalikan berbagai peristiwa di dunia melalui pemerintah dan korporasi untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru. Dalam konteks ini, Illuminati biasanya digambarkan sebagai versi modern atau keberlanjutan dari Illuminati Bavaria.

Untuk Al Safar, desain itu terinspirasi dari alam yang berbentuk tak beraturan. Dalam ilmu arsitektur, kata Emil, ada teori melipat seperti origami. Segitiga dipilih karena punya karakter yang mampu memeluk bentuk apapun.

"Ada bentuk segitiga, ini trapesium karena atasnya dipancung. Pintu masuknya katanya segitiga, itu trapesium empat sisi. Saya menjelaskan apa adanya demi Allah, ada ibu saya di sini buat apa saya berbohong," terang Emil. 

Lantas ia mempertanyakan bagaimana nasib masjid lain yang punya geometri serupa seperti Masjid Al Ukhwah, Masjid Trans Studio, Masjid Raya Jakarta. Sebab, geometri serupa dalam bangunan masjid tak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di Masjid Nabawi.

"Ini mihrab di masjid Nabawi, ada bentuk segitiga dan lingkarannya. Apakah ini konspirasi? Wallahualam. Bagaimana dengan jutaan haji yang shalat di masjid Nabawi apakah sah shalatnya? Jangan menghakimi dulu oleh informasi yang sepotong. Pulang dari sini mau paham atau tidak silakan, saya sudah menjelaskan," jelasnya.

Dalam pidato penutupnya, ia pun meminta fatwa dari MUI soal aturan desain masjid agar mengantisipasi salah tafsir dari masyarakat. "Saya mau minta keadilan saja, kalau Al Safar difatwakan begitu, saya minta fatwa masjid Nabawi karena bentuknya sama. Jangan karena ada Ridwan Kamil-nya dibahas sampai rusak," kata Emil. (Kompas.com/tribun Jabar/Meg)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved