Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Indonesia

Soeharto Ramalkan Nasib Indonesia pada Abad ke-21, Sosok Ini Benarkan Ramalan Sang Petahana 32 Tahun

Soeharto pun meramalkan pada abad ke-21 pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat dan peranan utama dalam kehidupan.

Penulis: Reporter Online | Editor: Frandi Piring
TribunJambi-Tribunnews.com
Pelantikan Soeharto sebagai Presiden RI ke-2 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Soeharto resmi jabat presiden pada 1968, menggantikan Soekarno sebagai pendahulunya.

Soeharto adalah Presiden ke-2 Republik indonesia.

Selama 32 tahun, Soeharto menjabat Presiden Republik Indonesia.

Tepatnya pada tahun 1998, Soeharto jatuh dari kekuasaannya sebagai Presiden RI.

 Gelombang reformasi dan krisis multidimensi yang melanda Indonesia saat itu membuat Petahana selama 32 tahun itu lengser dari jabatan.

Sejumlah masalah perekonomian melanda Indonesia, kebutuhan pokok naik pesat dan diperparah dengan pecahnya tragedi kerusuhan di berbagai sudut kota di tanah air.

Salah satunya, peristiwa Trisakti 1998.

Di mana para mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran di ibu kota Jakarta.

Atas kejadian itu juga, Soeharto memilih unutk mundur dari jabatannya sebagai presiden Indonesia.

Namun demikian, Soeharto ternyata pernah meramalkan kondisi di masa depan yang akan dialami Indonesia pada abad 21.

Seperti yang terdapat dalam buku karangan J Osdar dengan judul: "Sisi Lain Istana Dari Zaman Bung Karno sampai SBY".

J Osdar
J Osdar (Tribunnews.com/FX ISMANTO)

Osdar menuturkan ramalan yang disampaikan oleh Soeharto itu tepatnya pada 5 September 1996.

Di saat Soeharto melakukan pidato pembukaan Pekan Kerajinan Indonesia ke-7, di Istana Negara, Jakarta.

Soeharto pun meramalkan pada abad ke-21 pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat dan peranan utama dalam kehidupan.

Seperti yang dikutip dari TribunJambi.com, "Beberapa tahun lagi abad ke-20 akan kita tinggalkan dan kita akan memasuki abad ke-21. Berbeda dengan abad ke-20, abd ke-21 yang akan datang adalah zaman yang mengharuskan semua bangsa meningkatkan kerja sama yang erat. Di lain pihak, juga merupakan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat," tulis Osdar menirukan ucapan Soeharto saat itu.

Lebih lanjut, menurut Soeharto saat itu pada tahun 2003 kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas.

Selain itu, pada tahun 2010, kawasan Asia Pasifik akan membuka diri bagi masuknya barang dan jasa dari negara-negara berkembang sebagai wujud kerja sama APEC.

"Tahun 2020 kita harus membuka lebar-lebar pasar kita bagi produk-produk negara maju. Perkembangan ini akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan dan pembangunan bangsa kita," kata Soeharto.

Soeharto seolah ingin menunjukkan pentingnya mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat untuk menghadapi abad ke-21.  

Kisah Keapesan Soeharto Sebelum Jadi Tentara & Presiden, Berawal dari Pinjam Sarung Kesayangan Tante 

Cerita tentang kehidupan Presiden Soeharto memang tak ada habisnya untuk dikulik.

Selain soal dunia militer dan kepresidenan, ada cerita menarik saat Soeharto masih menjadi rakyat biasa.

Cerita tersebut mengungkap momen apes yang pernah dialami Soeharto, sebelum menjadi tentara dan presiden.  

Pengunduran Diri Soeharto sebagai Presiden RI
Pengunduran Diri Soeharto sebagai Presiden RI (Tribun Medan)

Baca: Soeharto Alami 3 Pertanda Alam ini Sebelum Ibu Tien Meninggal, Reaksi tak Biasa Presiden ke-2 RI

Baca: Kisah Soeharto Ditinggal Orang-orang Kepercayaannya, Hanya Satu Menteri Paling Setia Bertahan

Baca: 8 Juni Hari Lahir Soeharto, Kisah Hidup, Karir hingga Penghargaan Presiden ke-2 RI

Follow IG tribun Manado :

Simak yuk!

Dilansir dari Intisari (grup TribunJatim.com), Soeharto memiliki bapak dan ibu kandung yang tak rukun plus terlilit berbagai masalah (terutama masalah ekonomi).

Meski begitu, Soeharto yang beranjak remaja tetap banyak yang menyayangi serta memperhatikan.

Kalaupun ada yang beda dari sosok Soeharto dibandingkan dengan anak lain yang punya keluarga normal, itu adalah sifatnya yang cenderung pendiam dan tertutup.

Ceritanya, sarung yang dipakenya tiap hari udah lusuh.

Lalu, ia dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya.

Namun ternyata, sarung itu tidak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.

Dan, peristiwa tadi mengakhiri kariernya sebagai juru tulis bank desa.

Menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.

Sebab, seorang teman menginformasi bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.

Tapi, ternyata begitu sampai di Solo lowongan yang dimaksud tidak ada.

Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro.

Dia bekerja serabutan (dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air), supaya bisa menyambung hidup.

Tak lama Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi.

Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).

Tanggal 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.

Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang super keras.

Tiap hari dari Subuh sampai larut malam, dia tidak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.

Toh, Soeharto tidak merasa tertekan.

Kehidupan masa kecilnya yang serba tidak pasti justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.

Karena itulah, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya.

Selesai pelatihan, Soeharto dikirim ke Batalyon XIII di Rampal, Malang.

Pada 2 Desember 1940 dia diberi gelar kopral.

Kemudian dia dikirim ke Gombong buat menjalani latihan lanjutan.

Dan, begitu lulus dinaikkan pangkatnya jadi sersan.

Baru saja menyandang gelar sersan, tahu-tahu Jepang udah merapat ke Indonesia.

Jepang menyerang Belanda untuk merebut Indonesia.

Belanda kalah, karier Soeharto sebagai prajurit ikut terhenti.

Dia lalu memutuskan pergi ke Yogyakarta, mencari pekerjaan baru.

Di Yogyakarta, awalnya Soeharto belajar mengetik supaya punya bekal mencari kerja lain.

Namun, tidak lama dia jatuh sakit.

Saat dia sedang memulihkan kesehatannya, dia membaca pengumuman kalo satuan polisi Jepang, Keibuho, membuka lowongan.

Soeharto langsung mendaftar.

Diterima di Keibuho, karir Soeharto cepat melesat.

Performanya yang bagus tercium ke mana-mana.

Pembela Tanah Air (PETA) sebuah kekuatan sosial yang didirikan oleh putra-putri negeri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, membujuk Soeharto bergabung.

Terdorong rasa patriotisme yang besar, Soeharto setuju dan mulai melakukan "dualisme": tetap jadi anggota Keibuho, namun diam-diam ikut PETA.

Nah, dari PETA inilah karier militer dan politik Soeharto di Indonesia bergulir.

Sampe klimaksnya, dia bisa jadi Presiden ke-2 Rl dan berkuasa selama 32 tahun. (Intisari)

Baca: Misteri Wafatnya Tien Soeharto, Purn Ungkap Sebab Kematian Sebenarnya, Jawab Isu Tembakan Sang Anak

Baca: Benarkah Ibu Tien Soeharto Meninggal Karena Terjangan Peluru dari Sang Anak?

Baca: 8 Fakta Blusukan Soeharto, Dibekali Bu Tien dengan Sambal Teri dan Kering Tempe

 

Berita Terpopuler: 

Baca: Tulis Kisah Selingkuh Sebelum Mati Bareng: Ini Cerita Suami Habisi Istri

Baca: Inilah Nama Pejabat Eselon II Yang Diganti Bupati di Hari Pertama Kerja

Baca: Kakek Buyut Maruf Amin Gegerkan Tanah Arab, Kondisi Jasad Masih Utuh setelah Makam Dibongkar

 

Tonton dan Subscribe Youtube Tribun Manado :

KLIK LINK AWAL DI TRIBUNJAMBI.COM

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved