Rocky Gerung Bilang Rusuh 22 Mei Bukan Makar, Ini Alasannya. Jika Jokowi Menang di MK Ini Sikapnya
Entah mengapa akademisi asal Kawanua, Rocky Gerung memilih jalur berseberangan dengan pemerintahan Jokowi.
"Lha iya itu terus bagaimana ini? Sudah kadung banyak yang ditersangkakan nih," tanya Om Way.
"Itu ngaco," tandas Rocky Gerung, singkat.
"Itu kan kerjaan recehan nangkep orang, nangkep tokoh. Yang tadinya sebetulnya bukan tokoh jadi tokoh karena ditangkap kan?" jelas Rocky Gerung.
"Itu tindakan berlebih, bahkan mejengkelkan karena kita mesti baca headline itu-itu juga," katanya lagi.
Dia pun tak setuju jika penangkapan sudah direncanakan dan dilakukan menurut rekayasa.
"Tadi juga Wiranto masih bilang, 'Kami akan menangkap lagi. Lo, kok direncanakan menangkap tokoh? Bagaimana coba? Kan orang ditangkap ketika ditemukan bukti awal, bukan direncanakan untuk ditangkap dan demi itu diajukan rekayasa bukti awal. Kan itu dungunya kan di situ," tandasnya.
Di akhir acara Rocky kembali di tanya apakah yang akan dilakukan jika dirinya ditetapkan jadi tersangka makar.
Tanpa diduga Rocky yang ternyata selalu mengantong Passport nya mengatakan dirinya akan segera menuju bandara, beli tiket dan pergi ke gunung.
3 Hal yang Akan dilakukan Jika Jokowi Dilantik
Pengamat politik Rocky Gerung kembali tampil di TVOne lewat program acara E-Talk Show yang tayang Jumat (31/5/2019) tadi malam.
Dalam acara yang dipandu Wahyu Muryadi tersebut membincangkan tentang pendapat Rocky terkait hasil Pilpres 2019 yang memenangkan calon nomor urut 1 Jokowi-Maruf Amin.
Rocky mengatakan hingga kini pemenang Pilpres belum ada karena masih berproses di mahkamah Konstitusi.
Menurutnya, legalitas pemilu memang ada di Mahkamah Konstitusi tapi legalitimasi ada di rakyat.
Menurutnya MK tak sekadar menghitung selilish perolehan suara.
"Tapi lebih dari itu Mahkamah Konstitusi harus menjamin pemilu berlangsung jujur dan adil. Inilah yang harus diperiksa mahkamah konstitusi," katanya.