Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Perkemahan Pemuda GMIM

Pdt Yewangoe Kaitkan dengan Jokowi dan Kaesang, Hingga Cinta Beda Agama

Kalau anda dihina tidak membalas di hina, malah perlihatkan sikap yang membuat orang itu malu

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Maickel Karundeng
Christian Wayongkere/Tribun Manado
peserta PKPG mendengarkan materi umum tentang Radikalisme dan Intoleransi dari Pdt Adnreas Yewangoe dari BPIP RI 

Pdt Yewangoe Kaitkan dengan Jokowi dan Kaesang, Hingga Cinta Beda Agama

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dihadapan ribuan peserta perkemahan karya Pemuda GMIM (PKPG) 2019, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia Pdt Dr Andreas Yewangoe bicara panjang lebar tentang Radikalisme dan Intoleransi disesi materi umum, Rabu (05/06/2019).

Dalam penjelasannya, ia menanggapi apa yang disampaikan seorang pemuda GMIM bernama Ridel dari wilayah Mapanget IV disesi interaktif, tentang bagaimana berargumen dengan mereka tidak sepaham dan tidak sama ideologi.

"Caranya adalah berdebat atau berargumen secara dewasa, tidak emosional hingga harus angkat kursi apalagi berkelahi. Tetap dalam argumentasi dan kontra argumentasi yang dewasa," jelas ketua PGI 1994-1999 dan 2004-2009.

Selain argumen dan berdebat bisa juga dilakukan dengan prilaku, perlihatkan prilaku tidak dengan kekerasan. 

Kalau anda dihina tidak membalas di hina, malah perlihatkan sikap yang membuat orang itu malu.

Memang ada juga yang bisa tahan sekali dua kali tapi ada yang tidak bisa tahan terus menerus.

Baca: Pertama Kali Puasa dan Lebaran, Yuk Intip 3 Artis Mualaf Ini

Baca: Playboy Meninggal Dunia, 40 Pacarnya Datang Melayat, Suasana Haru Berubah Saat Dokter Sebut HIV/AIDS

Baca: Perkemahan Pemuda GMIM - Clay Pesan Empat Hal Ini untuk Pemuda GMIM

"Ada satu teladan yang sangat bagus dan teladan yang sangat bagus dari Presiden kita Joko Widodo. Walau terus di fitnah tapi dia sambut dengan senyum saja, ini teladan yang baik sekali masuk juga dalam revolusi mental atau prilaku," jelas Pdt Yewangoe.

Substansi jauh lebih penting ketimbang hormat. Yewangoe teringat peristiwa yang dialami anak Presiden Kaesang saat melayat ke Singapura, dia di Bully karena memakai celana jins orang yang bully dia lebih memiliki norma tidak memperhatikan substansi.

"Substansinya adalah Kaesang memperhatikan orang lain, sehingga bagi dia pakai jins sudah baik. Sementara yang bully Kaesang menilai lebih memperhatikan hormat, Indonesia jangan terlalu mengagungkan hormat," tambahnya. ‎

‎Disesi interaktif seorang peserta PKPG pemudi bernama Mona Rombot, dari jemaat GMIM Pniel Kaweng Wilayah Kakas II melontarkan pertanyaan yang sedikit keluar konteks.

Dia bertatanya dan meminta tanggapan dari mantan ketua PGI Pdt Yewangoe tentang cinta beda agama.

"Tidak bisa dipungkiri, kehidupan anak muda khususnya pemuda GMIM banyak jual Tuhan karena fashion dan uang, kawin dan pindah dengan agama lain. Bagaimana dengan fenomena ini, agar bisa seimbang antara toleransi, mengharfai tapi tetap mampu pertahankan iman kepada Yesus Kristus," tanya Mona.‎

Pdt Yewangoe mengatakan,  ini adalah sebuah problem, tapi juga satu realisme bahwa orang beda agama bisa jatuh cinta dan itu sudah terjadi.

Cinta itu lebih kuat dari maut didalam kitab Kidung Agung ada tertulis dan memang luar biasa kekuatan cinta.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved