Tokoh GMIM-KWI-MUI Tanggapi People Power: Ini Imbau Mereka
Tragedi 22 Mei 2019 menelan 8 korban jiwa dan melukai ratusan demonstran. Aksi people power yang menuntut keadilan
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Tragedi 22 Mei 2019 menelan 8 korban jiwa dan melukai ratusan demonstran. Aksi people power yang menuntut keadilan Pilpres 2019 di Kantor Bawaslu RI, Jalan HM Thamrin Jakarta itu mengundang rasa prihatin termasuk tokoh agam di Sulawesi Utara.
Mereka mengimbau warga Bumi Nyiur Melambai tidak ikut-ikutan aksi.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut, H Abdul Wahab Abdul Gafur LC mengatakan, demonstrasi di Jakarta sudah selesai. Ia mengajak untuk umat Islam khususnya di Manado agar tak ikut menjadi bagian aksi yang berujung ricuh.
Baca: Perempuan Bercadar di Aksi 22 Mei Tidak Terlibat Jaringan Teroris
"Demonstrasi di Jakarta kan sudah selesai. Para warga dan masyarakat agar tak ada yang ikut-ikutan, karena hal-hal tersebut hanya bisa merugikan khalayak umum dan diri sendiri," ujarnya kepada tribunmanado.co.id, Kamis (23/5/2019).
Kata Abdul, setahu dia, orang Manado tak ada yang ikut aksi 22 Mei. "Orang Manado tidak ada yang latah. Mereka paham tentang politik, jadi alhamdulillah kemarin, kita juga sudah rapat dengan Polda Sulut, Pangdam XIII/Merdeka dan menyatakan bahwa Manado aman dari demonstrasi," ujarnya.
Gafur mengimbau kepada seluruh umat di Manado agar tak ikut demonstrasi terlebih saat ini umat Muslim tengah menjalankan ibadah puasa. "Apalagi kan sekarang bulan puasa.
Nah umat Islam sedang melakukan ibadah puasa pada siang hari, malam hari untuk ibadah, jadi jangan sampai merusak daripada ibadah kita khususnya bagi umat Islam tentunya," ujar dia.
Ketua MUI menegaskan, di Ramadan merupakan bulan suci bagu umat Islam, patut untuk lebih bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ketua Sinode GMIM, Pendeta Hein Arina menyikapi kerusuhan di Jakarta dua hari terakhir.
Ia meminta warga GMIM tidak ikut hal seperti itu. "Jangan ikut kerusuhan. Jaga persatuan dan kedamaian," ujarnya.
Ia minta jemaat tidak terprovokasi. Semua harus percaya pada penyelenggara pemilu. "Percayakan kepada KPU dan Bawaslu. Jangan ikut-ikutan demonstrasi," katanya.
Baca: Umat Kristen dan Muslim Menyatu Saat Berbuka Puasa Bersama
Ketua Sosial Komunikasi (Komsos) Keuskupan Manado, Pastor Steven Lalu merujuk pernyataan sikap Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). KWI seperti dibuat tribunews.com mengajak semua masyarakat tetap bergandengan tangan dan waspada terhadap kekuatan, orang atau pihak yang dengan sengaja ingin memanfaatkan situasi sosial-politik saat ini untuk tujuan tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan demokrasi.
"TNI dan Polri dengan sekuat tenaga telah menjaga masyarakat agar tetap merasa damai dan mempertahankan keutuhan NKRI. Sudah semestinya juga, masyarakat secara sukarela ikut menjaga lingkungan dan tempat ibadah masing-masing sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan."
Demikian pernyataan sikap Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Kerawam KWI) yang diterima Tribunnews.com, Kamis (23/5/2019).
Berikut petikan pernyataan sikap Kerawam KWI berjudul ‘Mari Menjaga Kerukunan dalam Perbedaan’.
Proses pemilu serentak 2019 yang cukup panjang telah dilalui bersama oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai pemilih, kontestan, penyelenggara maupun pengawas.
Kehidupan berdemokrasi bangsa ini sudah semakin maju dengan ditandai tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilu dan proses pemungutan serta penghitungan suara yang relatif berjalan damai.
Namun kita juga prihatin karena sampai hari ini kehidupan masyarakat belum kembali bersatu sebagai dampak dari pilihan politik yang berbeda-beda serta adanya ketidakpuasan terhadap proses dan hasil rekapitulasi pemilu.
Dengan memperhatikan kondisi tersebut, Kerawam KWI menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada KPU dan Bawaslu yang telah menyelenggarakan dan mengawasi jalannya pesta demokrasi pada tahun ini.
Kami juga turut berduka cita dan prihatin untuk para petugas KPPS yang meninggal dan menderita sakit. Mereka adalah para pahlawan demokrasi yang mengabdi dengan tulus dan penuh totalitas. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan mereka yang sakit segera sembuh.
2. Kami mengecam berbagai bentuk kekerasan yang mengarah pada tindakan anarkis. Semua elemen bangsa, hendaknya tetap mengedepankan cara-cara damai dalam menyalurkan aspirasi, mengungkapkan kekecewaan, dan menyelesaikan berbagai perselisihan terkait dengan pemilu.
Penggunaan kekerasan tidak hanya menciderai nilai-nilai demokrasi tetapi juga bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi kerukunan dan persaudaraan dalam perbedaan.
3. Kami mengajak semua pihak untuk menghormati dan menaati konstitusi. Konstitusi sebagai payung bersama dalam hidup berbangsa telah menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan keadilan, termasuk jika terjadi ketidakpuasan dan persengketaan dalam pemilu.
Oleh karena itu, hukum sebagai panglima di negeri ini harus benar dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Masyarakat juga harus percaya dengan aparat penegak hukum sambil ikut mengawasinya dengan cara-cara yang beradab.
Baca: Dampak Aksi 22 Mei, Pendapatan Sopir Ojek Online Turun 2 Kali Lipat: Performa Bintang Saya Turun
4. Kami berharap para elite politik, tokoh agama dan masyarakat turut terlibat aktif dalam menciptakan suasana tenang dan damai dengan memberikan pencerahan yang mendorong terwujudnya rekonsiliasi sosial dan seruan-seruan yang menyejukkan sehingga masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh ajakan serta hasutan untuk melakukan kekerasan. Para tokoh tersebut tidak hanya menjadi pemimpin tetapi juga menjadi penjaga nilai-nilai moral, etika, dan jati diri bangsa.
5. Kami mengajak semua masyarakat tetap bergandengan tangan dan waspada terhadap kekuatan-kekuatan,orang-roang atau pihak-pihak yang dengan sengaja ingin memanfaatkan situasi sosial-politik saat ini untuk tujuan tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan demokrasi.
TNI dan Polri dengan sekuat tenaga telah menjaga masyarakat agar tetap merasa damai dan mempertahankan keutuhan NKRI. Sudah semestinya juga, masyarakat secara sukarela ikut menjaga lingkungan dan tempat ibadah masing-masing sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Demikianlah pernyataan sikap dan harapan KWI yang dirilis Ketua Mgr Vincentius Sensi Potokota dan Sekretaris Rm PC Siswantoko Pr di Jakarta Kamis kemarin. (ana/dma)