Info Ramadan
Apakah Momentum Ramadan Bisa Menjadi Kesempatan Berpisah Selamanya dengan Rokok? Begini Caranya
merokok dapat meningkatkan risiko untuk terinfeksi dan terjangkit tuberkulosis dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi seorang perokok aktif, puasa juga memisahkannya dari batang rokok selama sekitar 13 jam, dari waktu sahur hingga berbuka.
Selama menjalankan ibadah puasa, tentunya seseorang tidak hanya menahan diri dari nafsu makan dan minum saja,
namun juga berbagai nafsu duniawi lainnya.
Momentum ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk berpisah sepenuhnya dengan rokok.
Menurut Dr. dr. Erlina Burhan. MSc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dan pakar tuberkulosis,
merokok dapat meningkatkan risiko untuk terinfeksi dan terjangkit tuberkulosis dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
“Satu batang rokok akan melumpuhkan silia (rambut getar) di saluran napas yang berfungsi untuk mengusir kuman keluar tubuh”, terang Erlina.
Baca: Pernikahan Unik, Ijab Kabul di Atas Bak Mobil Terbuka yang Berjalan, Pengantin Pria Sempat Grogi
Baca: Menanti Final Liga Champions-Tanpa Cristiano Ronaldo & Lionel Messi dalam Perebutan Si Kuping Besar
Baca: Live Streaming Indosiar PSS Sleman vs Arema FC Shoope Liga 1 2019 Hari Ini, Tonton di Handphone
Erlina juga memaparkan bahwa hampir 70 persen pria dewasa di Indonesia adalah perokok,
dan sebagian besar pasien tuberkulosis pernah merokok atau mantan pecandu rokok, dan biasanya berhenti merokok setelah divonis mengidap tuberkulosis.
Untuk menurunkan risiko tuberkulosis tersebut, Erlina berbagi beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mulai berhenti merokok.
“Yang penting, pertama kali adalah niat sungguh-sungguh dari diri sendiri untuk berhenti merokok.
Sampaikanlah niat ini ke dokter, dan dokter akan membantu anda untuk stop merokok. Lebih baik stop sama sekali dibanding mengurangi rokok sedikit demi sedikit”, tutur Erlina.
Menurut Erlina, tindakan untuk berhenti merokok sama sekali akan menimbulkan gejala ‘withdrawal syndrome’ atau sindroma putus rokok yang mengakibatkan seseorang menjadi cemas, gelisah, kurang konsentrasi, dan merasa lemah.
Baca: UPDATE TERBARU: Pacar korban Pingsan Mengetahui Irene Soenarno Meninggal, Menyesal Seumur Hidup
Baca: UPDATE TERBARU: Pacar korban Pingsan Mengetahui Irene Soenarno Meninggal, Menyesal Seumur Hidup
Baca: Chairul Anwar Bacok Jurnalis hingga Tewas, Motif karena Sakit Hati, Pelaku Sebut CCTV
“Tapi itu hanya bersifat sementara. Bila menyadari itu dan berhasil melewatinya maka tubuh akan menyesuaikan diri sehingga tidak ada lagi rasa kebutuhan dan keinginan untuk merokok”, paparnya.
Erlina menjelaskan bahwa konsultasi dan bimbingan untuk berhenti merokok dapat dijumpai di rumah sakit besar atau menemui praktik dokter spesialis paru.