Hardiknas 2019
Kisah Ki Hadjar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional yang Tidak Lulus Sekolah Sampai Jadi Aktivis
Ki Hadjar Dewantara terkenal dengan tulisannya, dimana seringkali terlibat masalah dengan Belanda akibat dari tulisan-tulisan yang tajam ke belanda
Untuk mengerti sejarah Hardiknas dan makna Hari Pendidikan Nasional lebih jauh, ada semboyan terkenal milik Ki Hadjar Dewantara yang hingga kini masih digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Semboyan tersebut adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada (dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik).
Baca: Jerry Sambuaga Raup Suara Terbanyak DPR RI di Tomohon, Adriana Membuntuti, Ini Daftarnya
Ing Madya Mangun Karsa (dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide).
Serta Tut Wuri Handayani (dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi arahan).
Makna dari “Ing Ngarsi Sun Tulodo” dapat diartikan bahwa sebagai seorang pemimpin, harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk menjadi di contoh oleh pengikutnya.
Sedangkan “Ing Madyo Mbangun Karso” dapat diartikan bahwa seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah untuk dapat membangkitkan atau membentuk niat para pengikutnya untuk terus maju dan melakukan inovasi.
Kalimat terakhir adalah “Tut Wuri Handayani” yang berarti bahwa seorang pemimpin jika berada di belakang.
Kalimat terakhir ini pun dapat diartikan harus dapat memberikan motivasi serta dorongan untuk semangat kerja bagi para pengikutnya.
Siapa Sebenarnya Ki Hajar Dewantara
Siapa sebenarnya Ki Hajar Dewantara dan bagaimana perjuangannya sampai hari ini ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional?
Mungkin, tak banyak yang tahu jika nama Ki Hajar Dewantara bukanlah nama asli yang diberikan untuk pelopor pendidikan Indonesia itu sejak kecil.
Ya, nama kecilnya adalah Soewardi Soerjaningrat.
Baru pada 1922, nama Soewardi Soejaningrat ini diubah menjadi Ki Hajar Dewantara.
Soewardi diketahui sebagai anggota keluarga Kadipaten Pakualaman karena di depan namanya disematkan gelar 'Raden Mas', sehingga menjadi Raden Mas Soewardi Soerdjaningrat.
Ia menamatkan pendidikan di sekolah dasar Eropa/ Belanda dan melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera).